Sinopsis
Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi pengganggu di hubungan mereka.
Di satu sisi yang lain Quella ternyata sudah memiliki seorang suami yang dikenal sebagai CEO dari Parvez Company.
Tentu sangatlah terkesan aneh mengingat status Quella yang ternyata sudah memiliki seorang suami tapi masih mengejar laki-laki lain.
•••••
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lightfury799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Berjalan secara mondar-mandir menunggu kedatangan putranya di teras Mansion Parvez. "Dimana anak itu? Sudah waktunya jam pulang, masih belum juga datang," Alina menunggu dengan raut wajah yang kesal.
Alina memang masih mengkhawatirkan putranya, apalagi Xaver telah membuat masalah yang terbilang cukup besar. Dirinya memutuskan mulai sekarang untuk mengawasi putranya lebih dari biasanya. Mungkin Alina juga akan meminta Xaver sementara tinggal bersama mereka, dari pada membiarkan putranya itu berkeliaran.
Suara panggilan dari seseorang saja, bahkan tidak berhasil membuatnya mengalihkan pandanganya dari depan untuk menunggu.
"Sayang.... sayang....," Zafran mencari kesana kemari keberadaan istrinya. Namun nihil istrinya tidak ada.
Wajahnya langsung terlihat masam, saat menemukan keberadaan istrinya, yang ternyata sedang mondar-mandir menunggu kepulangan putra mereka, beserta raut wajah yang kesal dan khawatir secara bersamaan.
"Sayang....," Zafran meraih pinggang Alina memeluknya dari belakang. "Putra kita sudah besar, jangan menunggu nya seperti ini," bisik Zafran sambil mengecup kecil bahu Alina, cemburu tentu saja. Terkadang Alina terlalu mementingkan putranya dari pada dirinya.
"Hatiku gelisah, rasanya jauh sekali dari kata nyaman," adu Alina menyentuh tangan Zafran yang melingkar di pinggangnya.
Zafran tidak menjawab, sebaliknya dirinya menyembunyikan kepalnya di lipatan leher istrinya. Mereka tetap diam bersama, menikamati sejuknya angin yang berhembus.
Hingga kepala pelayan memanggil namanya. "Tuan maaf, tapi ada pesan dari asisten Roy untuk anda," ucap Willy memberikan handphone milik tuannya yang sedari tadi berbunyi.
"Oh benarkah, terimakasih Willy," Zafran mengambil handphone itu, dan membukanya. "Hah.... Xaver dan Quella akan menikah," Zafran terkejut dengan apa yang dibacanya, beserta rentetan foto dan pesan dari Xaver.
"Apa?!!!" Alina tentu ikut terkejut dengan apa yang dikatakan suaminya.
"Lihatlah ini," Zafran memberikan handphone nya, dan membiarkan Alina membacanya sendiri.
Menutup mulutnya karena membaca pesan itu, sudut bibirnya ikut tersenyum kecil saat melihat ekspresi bahagia Xaver di dalam foto itu. "Sudah lama sekali, Xaver tidak seterang-terang ini menunjukkan ekspresi bahagianya," gumam Alina pada beberapa foto yang secara sembunyi-sembunyi memotret Xaver dan Quella.
Zafran memperhatikan wajah Alina yang terlihat ikut berseri. "Jadi sekarang, bagaimana keputusan istri yang cantikku ini?" Zafran bertanya, karena keputusannya tergantung pada Alina juga.
"Yah sepertinya....," Alina berpikir sejenak. "Kita harus ikut membantu Xaver menyiapkan pernikahan yang begitu mendadak ini," ucap Alina semangat, sambil tersenyum menunjukkan deretan giginya.
"Ayo Willy, ada agenda besar yang harus kita kerjakan," Alina berjalan masuk, dirinya langsung bersemangat untuk mempersiapkan pesta pernikahan putranya ini.
"Baik nyonya," Willy mengikuti langkah kaki nyonyanya dari belakang.
Zafran yang menyaksikan istrinya begitu bersemangat menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Istriku memang selalu saja membuat ku jatuh cinta berkali-kali," gumam Zafran, saat tadi senyuman manis Alina membuat hatinya menghangat.
"Xaver apa ini yang bener-bener kamu cari?" Zafran bertanya pada dirinya sendiri, sebari memandangi foto Xaver dan Quella di layar handphonenya.
°°°°°
Memandangi matahari yang terbenam, Owira duduk di taman rumah sakit bersama dengan Yuren yang menemaninya. Awalnya dokter melarangnya, tapi ia memaksa merasa bahwa jika berlama-lama di ruangan inapnya, membuatkannya terasa tertekan setiap menitnya, dan akhirnya dokter setuju, dengan syarat hanya sebentar saja.
"Yuren dimana Quella?" Owira bertanya karena hari sebentar lagi malam, tapi Quella belum juga menemuinya kembali.
Yuren tidak langsung menjawab, sebenarnya dirinya juga kebingungan dengan keberadaan nonanya itu. "Maaf nyonya, tapi nona entah pergi kemana. Saya sudah mencoba menghubunginya beberapa kali, tapi sayangnya tidak mendapatkan jawaban apapun."
"Dasar anak itu, bisakah tidak membuat masalah," gerutu Owira sambil memegang kepalanya. Menikmati angin sore yang berhembus hangat, untuk menghilangkan rasa sakit di kepala yang timbul lagi. "Yuren sepertinya kamu bisa untuk mencari-cari pekerjaan yang lain," ucap Owira dengan berat hati. Hal ini memang cepat atau lambat harus segera dikatakan.
"Yah seperti yang kamu tahu, Queez Hotel mungkin tidak akan bisa selamat. Terimakasih atas semua dedikasimu untuk kami," Owira mengatakan semuanya dengan begitu tulus.
"Tidak nyonya, saya yang seharusnya berterimakasih atas kesempatan yang anda berikan," Yuren berusaha menahan nada suaranya agar tidak bergetar. "Lagi pula saya yakin, nona Quella pasti akan membuat situasi sekarang menjadi normal kembali," ucap Yuren berusaha membuat Owira tidak merasa putus asa.
"Yah aku juga berharap sama seperti mu," gumam Owira pelan, walaupun rasa-rasanya mereka tidak akan memiliki harapan.
Saling diam selama beberapa menit, Owira melihat sesuatu menuju kearah mereka. "Bukankah itu Quella dan Xaver," tunjuk Owira pada pasangan yang berjalan sambil bergandengan tangan.
Yuren mengikuti arah pandang itu, menganggukkan kepalanya. "Yah itu memang nona bersama tuan Xaver, tapi mengapa mereka begitu dekat sekali," Yuren dibuat heran, karena nonanya terlihat diam saja saat Xaver merangkul bagian pinggang Quella.
"Oma," seru Quella melepaskan rangkulan dari Xaver, dan berlari cepat kearah Omanya yang diam memandang heran ke arahnya.
Duduk disamping omanya, dan memeluknya dari samping. Quella diam saja, walaupun ada Xaver di hadapan mereka.
"Tuan muda Parvez ada apa ini?" Owira bertanya, sudah sangat pasrah apabila memang Quella membuat masalah kembali. "Apa cucuku membuat onar lagi?"
Xaver tersenyum kecil, berlutut dihadapan Owira dan Quella. "Cucu oma meminta ku menikahnya, dan aku menyetujuinya," ucap Xaver sambil tersenyum tipis kearah mereka.
Mulut Owira terbuka, melepaskan pelukan dari Quella dan memberikan tatapan tanda tanya akan ucapan dari Xaver. Quella mengendus pelan, yang kemudian menjawab setelah mendapatkan tatapan tajam dari omanya.
"Ya kami akan menikah, oma cepatlah sembuh. Karena pernikahan itu tidak akan dilakasanakan, jika kondisi oma belum membaik," ujar Quella dengan enteng, tanpa mau menjelaskan apapun lagi. Bahkan sengaja langsung berdiri saat omanya akan bersiap bertanya lebih lanjut.
Mendengar ucapan dari mulut Quella, tentu membuat Owira masih tidak percaya. Namun kegelisahan hatinya seketika sinar, saat melihat tatapan mata dari Xaver yang menunjukkan begitu mencintai cucunya.
"Kami harus mempersiapkan pernikahan, Yuren jaga oma," lanjut Quella melirik kearah Yuren, kemudian berjalan mendahului Xaver. Alasan hatinya entah merasa tidak nyaman.
Owira menahan tangan Xaver yang akan bersiap menyusul Quella. "Apapun itu oma mohon, jangan sakiti cucu oma. Oma doakan semoga kalian menjadi pasangan yang serasi," Owira tersenyum lembar, rasa-rasanya beban dipundaknya perlahan-lahan menghilang.
"Aku pastikan semuanya sempurna," ujar Xaver dengan wajah serius. "Dan... untuk permasalahan Queez Hotel, jangan terlalu dipikirkan. Akan aku selesaikan secepat mungkin, dan cepatlah sembuh untuk Quella," tanpa menunggu balasan Xaver setelahnya langsung menyusul Quella yang malah pergi begitu saja, seperti rencana awal mereka berubah.
Owira memandangi kepergian mereka, dirinya tidaklah bodoh. Quella pasti yang merencanakan untuk memilih menikah dengan Xaver. Apalagi Xaver secara terang-terangan mengatakan Quella melakukan ini untuk Queez Hotel dan dirinya. "Maafkan oma Quella, karena kamu harus menanggung beban ini," gumamnya dengan sedih, namun Owira merasa bangga karena Quella bisa menurunkan egonya, untuk kepentingan yang lain.
"Tapi kamu tau, oma rasanya lega karena kamu berada ditangan keluarga yang tepat," Owira merasa lega sekali, saat tau pasangan Quella ialah Xaver. Walaupun dirinya sendiri tau bahwa Quella masih memiliki perasaan dengan Elvis. "Yah lagi pula aku lebih setuju Xaver yang bersama Quella," ucap Owira yang kemudian berdiri dibantu oleh Yuren.
"Yuren sepertinya, kita harus ikut mempersiapkan pernikahan mereka," ujar Owira bersemangat ingin cepat sembuh agar bisa hadir di pernikahan cucunya ini.
Yuren menganggukkan kepalanya, tanpa mau berkomentar apapun. Yuren tau nonanya pasti terpaksa melakukan hal itu. Sambil membantu Owira melangkah kakinya kembali menuju ruangan rawat inap nya, Yuren hanya dapat berharap semuanya akan berjalan lancar.
°°°°°
Quella termenung di dalam mobil yang dikendarai Xaver. Awalnya dirinya berniat menemani omanya, tapi baru bercakap sebentar saja. Hatinya merasa janggal sekali, sakit dan senang menjadi satu. Senang karena mendapatkan kabar dari Yuren bahwa omanya mulai semangat untuk sembuh, sedih karena Quella merasa berat untuk menjalankan kehidupan bersama makhluk di sampingnya ini.
"Kita sudah sampai," ucap Xaver sambil melepas sabuk pengaman yang terpasang pada dirinya sendiri.
Quella yang sedari tadi melamun, mengerutkan dahinya saat mereka tiba di sebuah mansion mewah. "Kita dimana?" tanya Quella, sambil terus melihat kearah para pelayan yang berbaris di depan pintu masuk.
"Mansion Parvez," ucap Xaver setelahnya keluar dari mobil, tanpa menunggu respon dari Quella yang begitu tercengang.
"Gila sekali," gumam Quella saat dirinya sekarang harus berhadapan dengan keluarga Parvez. "Tapi bukankah ini terlalu mewah," ujarnya saat melihat sekeliling Mension Parvez yang begitu memukau matanya.
Pintu mobil terbuka oleh Xaver, Quella mau tak mau harus masuk dan turun. Mengendus dengan kesal, bahkan wajahnya cemberut saat menggapai tangan Xaver. Quella sama sekali tidak merasa harus menunjukkan keromantisan itu.
"Selamat datang tuan muda dan nona muda," sambut Willy akan kedatangan tuannya bersama calon istrinya itu. Willy tersenyum ramah saat matanya berpapasan dengan Quella.
Mendapati tatapan itu, Quella membalasnya dengan tatapan sombong dan angkuh. Sebaliknya Willy hanya bersikap biasa saja, walaupun agak terkejut saat mendapati respon itu.
"Dimana ibu dan ayah?" tanya Xaver pada Willy, karena dirinya ingin segera bertemu kedua orangtuanya.
"Tuan dan nyonya sedang makan malam tuan muda," jelas Willy.
"Ya sudah, oh dan siapakan kamar tamu untuk Ella," ucap Xaver dengan arah pandangannya pada Quella.
"Tidak aku tidak mau menginap," Quella langsung menolak ucapan Xaver, bahkan melepaskan gandengan tangan mereka. Merasa tidak terima akan Xaver yang tiba-tiba saja memutuskan sesuatu, tanpa mengatakan apapun padanya, atau bahkan memberikan sebuah penjelasan.
Xaver menghembuskan napasnya pelan, meluapkan fakta bahwa Quella masih sangatlah mudah tersulut emosi, dan sekarang sifat angkuhnya kambuh. "Hari sudah terlalu malam, lagi pula besok kita harus merencanakan pernikahan kita," Xaver menjelaskan.
Quella diam saat mendengar itu. "Aku tidak mau di kamar tamu," ucapnya arogan, Quella ingin menunjukkan pada Xaver, bahwa dirinya tidak bisa diatur sesuka hati.
Menganggukkan kepalanya, Xaver tanpa merasa keberatan sedikit pun langsung setuju. "Oke, kamu bisa tidur di kamar ku. Nanti aku tidur di ruang kerja," Xaver mengalah dan membiarkan Quella dengan keinginannya itu.
"Hmm...," Quella hanya membalas dengan gumaman.
Setelah perdebatan singkat yang ditonton oleh para pelayan, Xaver berjalan masuk yang diikuti Quella dari samping. Mereka tidak saling berpegangan tangan lagi, karena Quella yang langsung menepis tangannya begitu saja.
Willy tentu melihat itu semua, hal aneh akan sikap keduanya membuatnya khawatir. Menurutnya nona Quella terlihat jelas tidak memiliki tatapan cinta sedikitpun untuk tuan Xaver. Namun sebaliknya tuan Xaver memberikan tatapan penuh cinta akan nona Quella.
Tanpa berkomentar apapun, Willy masuk kembali ke dalam kediaman mengikuti dari arah belakang langkah kaki pasangan yang sebentar lagi akan menikah itu.
°°°°°
Kecanggungan Quella rasakan saat makan malam bersama keluarga Parvez. Dirinya seolah kaku saat menikamati makan malamnya. Hingga suara dari kepala keluarga Parvez membuatnya langsung memperhatikannya.
"Quella, sebentar lagi kamu akan menjadi bagian keluarga kami. Jadi mulailah untuk beradaptasi perlahan-lahan, seperti mulai sekarang panggil lah kami dengan sebutan ayah dan ibu," Zafran mengatakan itu sambil tersenyum ramah.
Alina menganggukkan kepalanya setuju. "Iya itu juga merupakan langkah pertama yang bagus, kamu menginap kan?!" Alina memastikan, karena persiapan pernikahan harus secepatnya selesai.
"Iya aku menginap tann..., bukan maksudku ibu," Quella dengan cepat memperbaiki ucapannya yang hampir salah itu.
"Bagus, besok akan ada..," Alina belum menyelesaikan ucapannya, tapi Quella mengatakan sesuatu yang membuatnya langsung tidak bersemangat.
"Em... Bisakah pernikahan itu sederhana saja," ucap Quella dengan kepala tertunduk melihat makanan di depannya, merasa tidak berani untuk melihat ekspresi sedih dari Alina.
Xaver yang awalnya hanya mendengarkan, langsung menjawab ucapan itu. "Aku juga setuju tentang itu ibu... Aku juga ingin sederhana saja, intimate wedding saja," Xaver menyetujui permintaan Quella bukan tanpa sebab. Dirinya ingin Quella tau bahwasanya, ia tidaklah bermain-main dengan pernikahan mereka.
Alina berpikir sejenak, padahal baru saja dirinya gembira saat akan menyiapkan pesta megah untuk pernikahan putranya. "Ya sudah, jika bintang utama memilih pilihan itu," Alina menyetujuinya walaupun sedikit terpaksa. "Ya sudah besok kalian harus ikut mommy untuk mempersiapkan intimate wedding nya."
"Baik ibu," ujar Xaver cepat, agar pembahasan ini selesai.
Quella menghembuskan napasnya lega, saat pernikahan itu sesuai dengan keinginannya. Sebuah tangan menyentuh pergelangan tangannya, Quella melirik ke arah Xaver yang berbisik sesuatu padanya.
"Apapun untukmu aku kabulkan," ucap Xaver dengan nada pelan, hanya akan bisa di dengarkan oleh Quella.
Tertegun akan kata-kata itu, Quella langsung mengalihkan pandanganya. Bisa di rasakan olehnya pipinya terasa panas. 'Hatiku berdebar aneh,' Quella berkata dalam hatinya, bahkan sampai memang dadanya memastikan.
Zafran melihat interaksi itu, sudut bibirnya terangkat. Lucu sekali melihat tingkah keduanya yang masih terlihat jelas kaku dan canggung itu.
"Xaver sepertinya Quella kelelahan, wajahnya memerah. Kamu cepat antar ke kamar," Zafran sengaja ingin menjahili Quella, dan ternyata berhasil Quella kelabakan dan langsung menutup wajahnya.
"Benarkah, apa perlu kita panggil dokter," Alina berkata panik, bahkan bersiap berdiri untuk menelepon dokter keluarga mereka.
"Tidak aku baik-baik saja," Quella menggelengkan kepalanya cepat, bukannya terlihat membaik malahan Quella terlihat panik dan wajahnya terasa lebih memerah.
Xaver menyentuh dahi dan pipi Quella dengan telapak tangannya. "Suhu mu terasa naik," Xaver berkata lembut, dan sedikit terlihat di matanya sebuah kekhawatiran akan itu.
"Willy cepat panggil dokter," ucap Xaver memberikan perintah dengan tegas, tangannya terus mengelus pipi Quella lembut sekali.
Tanpa menunggu lagi, Xaver menggendong Quella dengan tiba-tiba. Quella bahkan hampir berteriak saat Xaver membawanya ala bridal style. "Ibu jika dokter datang, suruh dia ke kamarku," ucap Xaver setelahnya segera membawa Quella dalam gendongannya.
Mendapati semua orang panik karenanya, Quella merasa hatinya menghangat. Hanya karena wajahnya yang merah, dan suhu tubuhnya meningkat sedikit. Semua orang memberikan perhatian yang begitu baik padanya. "Inikah keluarga itu," gumam Quella menenggelamkan wajahnya di dada kekar Xaver.
Alina hampir akan menelpon dokter, tapi Zafran mencegahnya. "Sudah jangan berlebihan, Quella tidak apa-apa," cegah Zafran, dirinya tidak mengira bahwa candaan tadi membuat situasi menjadi serius seperti ini.
"Tidak, walaupun Quella terlihat baik-baik saja. Tapi pernikahan mereka sebentar lagi akan diadakan, jadi pemeriksaan dokter harus dilakukan," ucap Alina tegas, tanpa mau repot menuruti ucapan Zafran. "Willy panggil dokter segera," Alina memberikan perintah.
"Baik nyonya," Willy yang sedari tadi menyimak, langsung berjalan menuju telepon rumah untuk memanggil dokter keluarga Parvez.
Zafran yang menyaksikan hanya dapat terkekeh geli saja. "Yah drama keluarga yang menyenangkan," gumam Zafran yang memperhatikan Alina ikut ribet sendiri, hanya karena kondisi Quella yang sebenarnya baik-baik saja.
•••••
TBC
JANGAN LUPA VOTE