Tidak pernah terbersit di pikiran Mia, bahwa Slamet yang sudah menjadi suaminya selama lima tahun akan menikah lagi. Daripada hidup dimadu, Mia memilih untuk bercerai.
"Lalu bagaimana kehidupan Mia setelah menjadi janda? Apakah akan ada pria lain yang mampu menyembuhkan luka hati Mia? Kita ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Power Of Mbak Jamu. Bab 27
Vano berlari mengejar Mbak Jamu setelah dekat, lalu berseru memanggilnya. "Mbak Jamu" napasnya terengah-engah begitu Mbak Jamu menoleh rupanya sudah Mak-Mak. Vano kesal dengan dirinya sendiri, kenapa menjadi gila padahal dilihat dari postur tubuhnya pun berbeda.
"Mau minum jamu Tuan" Wanita itu berhenti lalu menoleh ke arah Vano. Dia tersenyum lalu mendekati Vano dengan mata berbinar-binar karena senang mendapat pelanggan pria tampan.
"Pakai plastik saja Mbak" Vano pada akhirnya membeli jamu tersebut karena sudah terlanjur memanggilnya. Setelah membayar Jamu, Vano pun akhirnya pulang.
"Tumben... hari kerja kamu jalan-jalan," Kata Paulina ketika putra ketiganya sudah berada di rumah. Vano mempunyai dua saudara perempuan. Saat ini keduanya sudah menikah dan tinggal diluar negri mengelola perusahaan almarhum papanya.
"Biar lemas saja kaki aku Ma" jawab Vano lalu meletakan bungkusan plastik di atas meja. Vano duduk berhadapan dengan Paulina.
"Mama sudah sehat?" Vano belum bertemu sang mama sejak tadi malam ketika dia tinggalkan dalam keadaan sakit.
"Mama tidak apa-apa" Paulina mengatakan hanya masuk angin, setelah tadi malam minum teh jahe buatan Mia lalu sembuh.
"Apa ini?" Paulina memeriksa isi kantong plastik. Dia angkat wajahnya menatap Vano dengan dahi berkerut. Sejak kapan anak laki-laki nya ini suka minum jamu.
"Buat Mama" ucap Vano sekenanya.
"Buat bibi saja" Paulina tidak mau minum jamu lain, karena sudah cocok dengan jamu buatan Mia.
"Ma..." ucap Vano ada hal serius yang akan dia bicarakan.
"Ada apa" Sebagai ibunya, Paulina bisa merasakan bahwa sang putra mengalami kegundahan hati, tetapi entah apa itu.
"Tekat aku sudah bulat Ma, besok... aku akan menemui kedua orang tua Dona agar membatalkan pernikahan aku dengan Dona," tegas Vano. Jika pembicaraan tempo hari Vano masih sedikit bimbang, untuk saat ini dia sudah ambil keputusan yang menurutnya tepat.
"Mama sih terserah kalian saja" Paulina menasehati putranya agar jangan ada perselisihan antara orang tua Dona, walaupun mereka tidak berjodoh.
"Iya Ma" Vano mengatakan akan minta maaf kepada kedua orang tua Dona, dan menceritakan tentang keburukan putri mereka. Vano tidak mau disalahkan atas keputusan yang dia ambil. Tetapi Vano tidak menceritakan keburukan seperti apa yang dilanggar Dona kepada Paulina.
Setelah anak dan ibu itu sependapat, Paulina mengajak putranya pindah ke meja makan, kemudian sarapan pagi.
****************
Seminggu kemudian, selama itu Mia merasa tenang karena tidak ada orang yang mengganggu. Yaitu Dona maupun Ranti. Selama seminggu pula, Vano selalu memberikan perhatian kepada Mia, tanpa Mia sadari.
Seperti pagi ini, sebelum berangkat ke kantor, Vano menjemput Mia ke rumah dan mengantarkan ke pasar. Tetapi rupanya Mia tidak tahu bahwa tujuan Vano menjemput karena ada maksud tertentu.
"Kamu belanja banyak tidak hari ini?" Vano akan menyempatkan diri menjemput Mia, jika belanjaan Mia berjumlah banyak.
"Tidak banyak kok" bohong Mia kerena tidak mau merepotkan Vano. Vano hanya mengangguk, netranya fokus dengan stir, sesekali mencuri pandang ke arah Mia.
"Terimakasih Mase..." ucap Mia, ketika sudah tiba di depan pasar.
"Iya... yakin tidak dijemput"
"Yakin Mase"
Mia masuk ke pasar akan membeli bahan kue yang kwalitasnya bagus. Jika dikatakan belanja sedikit tentu tidak. Karena acara ulang tahun Sandranu grup akan dilaksanakan esok hari. Tiba di depan penjual sayur, Mia sudah memesan ini itu untuk keperluan tiga macam kue yang akan di kemas dalam satu snak box.
Mia berada di tengah hiruk pikuk para Mak-Mak yang tengah belanja di pasar tradisional. Kentang, wortel, dan bahan isian kue lainnya sudah dimasukkan ke dalam tiga karung beras ukuran 50 kg. Belum lagi terigu kemasan dalam karung. Satu persatu karung tersebut Mia gendong ke pinggir jalan. Jika sudah selesai nanti Mia akan menyewa angkutan.
Semua bahan kue sudah terkumpul, Mia ke toko plastik membeli obo rampe untuk snak box. Tidak merasa lelah, Mia kemudian ke toko minuman memesan air mineral
"Kalau beli banyak bisa diantar tidak Bang?" Tanya Mia kepada penjual minuman.
"Bisa, minimal 10 karton Mbak" Pedagang menjelaskan.
Tentu saja banyak, karena yang Mia butuhkan 3000 pcs air mineral untuk pelengkap kue. Setelah membeli air sesuai yang dibutuhkan, Mia memberikan alamat rumah.
"Diantar sampai teras ya Bang" pesan Mia sebelum akhirnya numpang duduk membeli air satu botol untuk mengurangi dahaga.
"Beres Mbak" ujar pedagang tersenyum senang karena dagangannya laku banyak.
Saat ini yang terakhir, Mia ambil belanjaan dari toko plastik, kemudian menyatukan dengan belanjaan yang lain. Pandangan matanya menangkap seorang wanita yang tengah memperhatikan dirinya dengan tatapan tidak suka.
"Mia... Mia... kasihan amat sih loe, berat ya, hahaha..." Wanita itu tertawa meledek. Rupanya Ranti memperhatikan sejak tadi bagaimana kerja keras Mia bolak balik mengangkut karung.
Tidak ada sahutan dari Mia, Mia memilih menemui supir angkot yang kebetulan tetangga rumahnya. Minta mengantarkan barang belanjaan pulang.
"Siap Mbak Mia" Supir angkutan yang sejak tadi menunggu penumpang belum ada yang naik kegirangan, menjadi orang terpilih mengantarkan barang Mia.
"Mari Bang" Mia mengajak supir ke tempat dimana dia meletakkan barang yang akan diangkut.
Tiba di tempat, rupanya Ranti yang membawa kantong plastik besar masih di tempat itu, entah menunggu siapa.
"Hihihi... Daripada menyuruh pria lain mendingan... kawin dong Mia, jangan betah menjanda dan senang mengganggu suami orang" Tiba-tiba saja mulut nyinyir Ranti menyerang Mia kembali. Ranti menghalangi Mia yang akan mengangkat karung ke angkutan.
"Minggir Ranti. Jangan memancing kesabaran saya. Ngerti kamu!" Mia menabrak pundak Ranti, tidak ada waktu untuk meladeni mulut yang tidak pernah disekolahkan oleh pemiliknya yaitu Ranti sendiri. Lagi pula tidak ada urusan dengannya.
"Woi, jangan sewot dong Mia" Ranti justru lebih berani. Dia berkata bahwa Mia janda yang tidak laku-laku.
"Jangan begitu dong Mbak, menghina orang, kalau hal ini menimpa kamu bagaimana?" Supir yang menjawab. Pria itu kesal mendengar kata-kata Ranti yang tidak sopan.
"Biar saja Bang, tidak usah diurusi" Mia tetap cuek saja.
"Lihat Mia, kalau punya suami itu enak loh. Jadi ada yang menjemput" Ranti memamerkan Slamet yang baru tiba akan menjemputnya dengan motor yang sudah terlihat dari kejauhan.
Lagi-lagi Mia tidak menimpali justru mengikat ujung karung yang terlepas.
"Mia... kamu perlu bantuan?" Slamet justru mendekati Mia yang membantu Supir mengangkat terigu 25 kg.
"Tidak usah" Jawab Mia tidak menoleh, karena sudah tahu suara siapa itu.
"Mas Slamet" Ranti merengut kesal melihat Slamet begitu tiba bukan langsung mendekatinnya tetapi justru mendekati Mia.
"Kamu belanja banyak sekali mau ada acara apa Mia?" Slamet lagi-lagi tidak menyahut panggilan Ranti justru melihat tumpukan karung yang sudah di angkutan.
"Alhamdulillah... saya mendapat rezeki" Mia mengatakan bahwa mendapat pesanan dari Sandranu grup.
"Waah... jadi perusahaan memesan kue sama kamu Mia, syukurlah..." Slamet ikut senang, mantan istrinya itu rezekinya semakin mengalir setelah bercerai darinya.
"Mas Slamet..." Pekik Ranti mendekati Slamet hingga menjadi perhatian banyak orang.
Tin.
Saat sedang ribut-ribut pengendara mobil mewah berhenti di belakang angkutan, memperhatikan Mia dari kaca.
...~Bersambung~...