Jia menemukan kembali arah hidupnya setelah dia bercerai dari Alex.
Namun siapa sangka, perceraian itu membuat Alex kehilangan pijakan kakinya.
Dan Rayden adalah bocah kecil berusia 4 tahun yang terus berharap mommy dan daddy nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AD BAB 14 - Sebuah Dongeng
Hari berlalu, setiap jam nya selalu Jia habiskan dengan Rayden. Dari pagi hingga malam, Jia tidak pernah membuang kesempatan.
Dia sekuat tenaga untuk tidak menangis dan terus memperlihatkan senyumnya ketika bersama dengan sang anak.
Jia benar-benar menciptakan kenangan indah sebelum dia pergi. Namun semakin lebar senyum Rayden, bocah kecil itu pun semakin merasakan ketakutan besar di dalam hatinya.
Seperti sebuah dongeng yang pernah dia dengar dari Ina.
Tentang seorang ibu Beruang yang harus meninggalkan anaknya untuk berburu. Sebelum pergi ibu Beruang itu membuat kenangan-kenangan indah bersama sang anak. Berharap jika kelak ibu Beruang tidak pulang, sang anak akan mengenangnya dengan kebahagiaan.
Tapi Rayden tidak mau seperti itu, Rayden tidak mau jadi anak beruang itu. Tidak ingin pula sang ibu jadi ibu Beruang.
Rayden terus mengikat Jia dengan banyak janji yang mereka buat.
Mommy harus berjanji untuk tidak meninggalkan Rayden.
Mommy harus janji untuk terus menyayangi Rayden.
Dan
Mommy harus berjanji untuk selamanya bersama Rayden.
Tapi Jia hanya menjawab dengan senyuman, selalu berkata bahwa yang jauh hanyalah raga, namun hatinya akan terus berpaut pada sang anak.
Siang ini setelah Rayden tidur siang, Jia memasuki kamarnya.
Melihat sekeliling dan menatap lekat-lekat tiap sudut ruangan yang sudah dia tinggali selama 5 tahun.
Ada rasa syukur diantara pedih yang dia rasa.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, Andreas masih menemuinya dan membawanya ke rumah ini. Dilindungi, diberi tempat tinggal yang layak.
Terima kasih Pa, tapi sekarang sudah saatnya aku pergi.
Andreas adalah orang yang baik, selama ini dia selalu melindungi Jia dan menggantikan peran kedua orang tuanya yang sudah pergi.
Jia mulai melangkahkan kakinya, mengambil koper kecil di dalam lemari.
Lalu mengemas beberapa baju yang akan dia bawa besok.
Kata Alex, Sean akan mengantarnya ke rumah yang baru. Tidak terlalu jauh dari rumah ini, sekitar 20 menit perjalanan dan sampai.
Tangan Jia yang membuka koper itu terhenti saat mendengar pintu kamarnya di ketuk.
Salah seorang pelayan datang ke kamar Jia dan meminta sang Nyonya untuk makan siang. Jika tidak diingatkan seperti ini, Jia sering lupa, menunda makan hingga malam.
"Nanti saja Bik, aku masih mau mengemas baju."
"Maaf Nyonya, biar saya bantu," jawab pelayan itu.
Tentang perceraian Alex dan Jia sudah diketahui oleh para pelayan. Mereka sungguh merasa iba kepada Jia, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk membantu seperti ini pun harus bersembunyi-sembunyi agar Sofia tidak tahu.
"Aku bisa sendiri Bik."
"Tidak Nyonya, kita kerjakan bersama agar cepat selesai. Setelahnya anda bisa makan siang."
Jia tersenyum, " Terima kasih Bik."
"Sama-sama Nyonya."
"Bik, bolehkah aku meminta sesuatu?" tanya Jia, hingga menghentikan pergerakan tangan mereka berdua yang sedang sibuk dengan baju-baju.
"Apa Nyonya? katakan, saya pasti akan membantu Anda."
"Aku tau Mama dan Alex sangat menyayangi Rayden, tapi aku tidak yakin jika ibu sambung Rayden nanti akan seperti itu juga. Bisakah Bibik menjaga Rayden untukku tentang itu," ucap Jia, dia bicara lirih sekali, sungguh-sungguh memohon.
"Pasti Nyonya, saya dan pelayan yang lain pasti akan melindungi tuan muda Rayden. Nyonya jangan khawatir."
Lagi, Jia tersenyum dan bersyukur. Hidupnya tidak benar-benar miris kan? karena masih banyak yang menyayangi dan peduli padanya.