mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saya bersedia!
Sepulangnya dari bandung, Raihan tak langsung pulang ke rumah. Dia pergi ke kantor Aaron karena ingin buru-buru mengabarkan tentang status Zeva.
"Pasti bang Aaron patah hati banget, gak sabar liat k0muk jones nya hahaha."
Niat hati, Raihan ingin melihat kegalauan abang datarnya itu. Tapi, setibanya di ruangan Aaron. Orang yang dia temui tidak ada di tempatnya.
"Eh, kemana bang Aaron?" Gumam Raihan.
"Lagi meeting kali yah, aku tunggu aja deh." Putus Raihan.
Raihan duduk di kusi kebesaran Aaron, dia berputar-putar dengan kursi itu. Seakan-akan kursi itu mainan.
"Bosen banget gue, tangan gatel banget pengen ngacak-ngacak." Lirih Raihan.
Akhirnya Raihan beranjak menuju lemari, dia memegang berkas-berkas yang tersusun rapih. Hingga tangannya pun menarik laci dan melihat banyaknya tumpukan berkas.
"Banyak amat nih berkas, duit semua nih. Kalau gue jual satu biji aja, bisa kaya gue." Gumam Raihan memutuskan untuk mengambil map berwarna biru.
"Sertifikat rumah."
"Wah, ternyata abang bisa beli rumah juga rupanya dia. Bagus-bagus, uangnya bermanfaat." Puji Raihan.
Namun, sesaat Raihan terdiam saat melihat nama yang tertera dalam sertifikat itu.
"Eh, ini .... sertifikat rumah atas nama Zevanya ...,"
"Bang Aaron udah beliin kak Zeva rumah? wih gil4, gercep banget. Tapi, kasihan banget. Di. bahagiakan oleh cinta pandangan pertama, dia patahkan oleh status." Celoteh Raihan.
Cklek!
Raihan terkejut mendengar suara pintu yang terbuka, sehingga map di tangannya pun terjatuh.
"Tuan Raihan?"
"Eh si jen0ng, ngagetin aja si lo!" Greget Raihan saat melihat ternyata Fajar lah yang masuk.
"Abang gue kemana?" Tanya Raihan sembari mengambil map yang isinya tercecer itu.
"Kamu memangnya gak di ajak? abang kamu kan lagi ...."
Fajar menjeda perkataannya saat Raihan mengambil sebuah foto yang ternyata jatuh dari map.
Raihan melihat foto pernikahan Zeva dan abangnya dengan tatapan terkejut, sontak Fajar mendekat ke arah Raihan.
"I-ini bang Aaron? Ja-jadi, su-suami kak Zeva itu bang Aaron? Bang Aaron itu ayahnya Marsha?" Batin Raihan menatap tak percaya foto yang ia pegang.
"Tuan." Panggil Fajar menyadarkan Raihan.
Raihan mengambil map yang belum sempat ia ambil tadi, dia membereskannya dan menaruhnya kembali ke tempat semula.
"Mana abang gue?" Sentak Raihan dengan raut wajah ya berubah serius.
"Tu-tuan Aaron sedang melangsungkan lamaran, memangnya anda tidak di undang?"
Fajar sebetulnya juga merasa terkejut dengan pertunangan Aaron, tapi fakta tentang status Aaron. Fajar memilih untuk tutup mulut, karena menyangkut privasi bos nya.
Degh!!
Tanpa pikir panjang, Raihan langsung bergegas keluar. Dia harus buru-buru menyusul Aaron sebelum kakaknya itu melamar putri keluarga Rafassya.
"Jangan bertindak bodoh bang, lo punya anak. Lo udah jadi ayah, anak lo butuh lo. Lo gak bisa melamar wanita lain, sementara anak lo butuh kasih sayang lo." Batin Raihan. Remaja itu berlari ke jalan raya, mengejar angkutan umum tanpa peduli jika dirinya bisa memanggil taksi.
Kedatangan keluarga Smith di keluarga Rafassya du sambut baik oleh sang pemilik rumah. Rumah keluarga Rafassyah sama besarnya seperti rumah keluarga Smith, keduanya sama-sama memiliki bisnis yang sangat maju.
"Haikal! selamat datang di rumahku!"
"Andre!"
Kedua pria paruh baya itu saling berpelukan, sama halnya seperti yang lain ikut menyambut kedatangan keluarga Smith.
"Laras, kamu semakin awet muda saja,"
"Kamu bisa aja Rena,"
Renata Athena dan Andre memiliki dua orang anak, Sofia adalah anak kedua mereka. Sementara anak pertama mereka seorang laki-laki yang berprofesi sebagai dokter di rumah sakit yang sama dengan Jacob.
Mereka semua duduk di ruang tamu, sama-sama bercerita tentang kehidupan mereka dan belum masuk dalam pembahasan perjodohan.
"Oh ya, dimana Aaron? apa dia tidak ikut?" Tanya Rena pada Laras yang duduk di sebelahnya.
"Dia akan menyusul," ujar Laras.
Sementara di posisi Aaron, kini pria itu tengah berhadapan dengan Zeva. Keduanya berada di taman belakang rumah, agar orang lain tak melihat mereka.
"Ini surat cerainya, aku sudah menandatanganinya. Tinggal Mas Aaron yang tanda tangan." Ujar Zeva sembari menyerahkan surat cerai.
Aaron menerimanya, dia melihat jika benar Zeva telah menandatanganinya. Aaron melihat sekilas Zeva yang kini menundukkan kepalanya.
"Kamu benar-benar ingin menikah dengan Rio yah." Ujar Aaron dengan suara lirih.
Seketika Zeva mengangkat wajahnya, dia menatap Aaron dengan tatapan tak percaya. Sungguh aneh pria di hadapannya, bagaimana caranya Zeva menjelaskan bahwa dia dengan Rio sudah lama usai. Bahkan sebelum mereka berpisah.
"Terserah deh mas, kamu mau berpikir apa denganku. Aku sudah menuruti keinginanmu, aku buat ulang surat cerai kita," ujar Zeva tanpa menatap Aaron.
Sudut bibir Aaron terangkat, dia mengadahkan tangannya pada Zeva. Zeva yang melihat tangan suaminya seperti itu pun menatap Aaron bingung.
"Aku tidak mungkin menulis tanda tanganku dengan darah bukan?"
Zeva pun tersadar, dia menyerahkan pena pada Aaron dengan cepat. Aaron menerimanya, dia beralih duduk di bangku taman agar lebih mudah menandatanganinya.
Tangan Aaron bersiap untuk menandatangani surat itu, tetapi sebelum itu dia sempat melirik Zeva yang sepertinya enggan melihat ke arahnya.
Zeva melihat ke arah Aaron, suaminya itu berhasil menandatanganinya tanpa terbebani sedikit pun. Sontak air mata Zeva jatuh, apa cinta suaminya sudah benar-benar hilang padanya.
Srek!
Bunyi sebuah map di tutup membuat Zeva buru-buru menghapus air matanya, karena setelahnya Aaron bangkit untuk menyerahkan berkas perceraian itu.
"Kita akan sama-sama ke pengadilan, aku tidak akan menyulitkanmu di sana. Selamat, semoga Rio bisa membahagiakanmu."
Zeva memeluk berkas itu sembari memejamkan matanya, kata demi kata yang Aaron keluarkan untuknya sangat melukai hatinya.
Aaron pun beranjak dari sana, saat memasuki pintu kaca. Dia berhenti sebentar dan menoleh kembali melihat Zeva.
"Aku sadar, diriku tidak sesempurna yang kamu inginkan sampai kamu luluh dengan cinta Rio. Mungkin perpisahan ini, adalah hal yang terbaik untuk kita." Batin Aaron.
Sama hal nya dengan Aaron, Zeva hanya bisa meratapi kisah cintanya. Karena terbujuk rayuan Rio, dia mengabaikan suaminya. Dia yang menodai pernikahannya.
"Seandainya kamu tahu kalau benihmu berhasil tumbuh di rahimku, dan kini janin itu telah tumbuh menjadi seorang putri yang cantik. Apakah kamu akan mempertahankan pernikahan ini? atay justru kamu membuangku dan merebut anakku?" Batin Zeva menatap nanar ke arah surat perceraian yang telah Aaron tanda tangani.
"Pernikahan ini, membuat kita sama-sama sakit." Batin keduanya serempak.
***
"Mana putramu? sudah setengah jam kita menunggu, apa dia tidak menerima perjodohan ini?" Tanya Andre meminta ketegasan dari Haikal.
Haikal menatap istrinya, yang di tatap pun hanya bisa menggeleng tidak tahu.
"Sabar Ndre, mungkin putraku masih ...,"
"Selamat malam semuanya, maaf saya terlambat."
Aaron datang di saat yang tepat, sontak semua keluarga berdiri. Haikal mendekati putra sambungnya itu, dia menepuk bahu Aaron dengan kesal.
"Kemana saja kamu, kami disini ketar ketir menunggumu. Jangan permalukan kami." Bisik Haikal.
Aaron hanya menanggapinya dengan tatapan datar, lalu tatapannya mengarah pada seorang wanita yang berdiri di samping sang mama.
Wanita itu, dialah Sofia Arina Rafassyah. Wanita itu menatap Aaron dengan senyum anggunnya.
Aaron akui, jika Sofia adalah wanita yang cantik. Wajah yang menurun dari sang ayah yang memiliki keturunan Korea. Membuat wanita itu terlihat manis.
Bahkan senyuman Sofia sangat mirip dengan senyuman Zeva, kedua wanita itu sama-sama cantik di mata Aaron. Namun, Zeva memiliki kecantikan yang berbeda dari wanita lain. Dan hal itulah yang membuat Aaron langsung jatuh hati pada istrinya.
"Eh malah bengong, terpesona yaahh." Canda Laras membuat Sofia justru menundukkan kepalanya lantara malu.
Aaron berdehem, wajahnya masih terlihat datar.
"Ayo Aaron, duduk." Titah Rena.
Aaron pun duduk di sebelah Jacob, tak ada rasa deg degan. Hatinya masih di liputi rasa kecewa pada Zeva, entah dia pun tak tahu mengapa hatinya masih memikirkan tentang Zeva. Padahal di hadapannya kini ada wanita cantik yang tak kalah dari istrinya itu.
"Nak Aaron sudah melihat Sofia, begitu pun sebaliknya. Jadi, apa kalian setuju dengan perjodohan ini? Sofia, kanu setuju kan nak?"
Sofia menganggukkan kepalanya dengan malu-malu setelah sang ibu bertanya, lalu tatapan Rena beralih menatap Aaron.
"Kalau nak Aaron?"
Seketika semua pasang mata menatap ke arahnya, menanti keputusan yang Aaron katakan.
"Apa yang aku tunggu? Zeva memang ingin berpisah dariku, aku harus mencari kebahagiaanku sendiri bukan?" Batin Aaron.
"Aroon!" Bisik Jacob menyenggol lengan adiknya.
Aaron mengangkat wajahnya, dia menatap sofia yang juga tengah menatapnya.
"Ya, saya bersedia."
Maaf kemaleman update nya, dari tadi susah banget log in nya. pas masuk ke langsung ke log out, mungkin sinyal kali yah
lucu banget daah...
syedih nih kayanya..
perlu bawa kanebo kering gak yaaaah
K E R E N !!!!