"kita kenapa sih milih eksplor ke desa plosok?" tanya maya.
"aduh lo bego apa gimana sih, kita kan jual konten horor misteri. ya kita harus pergi ke desa desa yang plosok dan terbelakang lah. mikir bloon," maki saki.
"diem diem, jadi kita ber empat ini fix ya pergi ke desa pancuran di kaki gunung kawi. Ada yang keberatan gak?"
.....
"lo yakin itu manusia? kenapa bungkuk begitu? dagu sama lutut aja sejajar anjir!"
"jangan ngomong kasar disini, bego lu," maki sintia.
"sorry sorry gue lupa,"
.....
"woy woy saki kesurupan anjir pasti gara gara ngomong kasar dia!" teriak sintia.
"lah lo barusan?"
"omg!!!! gak gak gue gak sengaja," teriak sintia histeris.
....
"gue mau pulang, gue mau pergi dari sini," tangis maya sambil bersembunyi di balik pohon beringin.
selengkapnya>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mermaidku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 20
Sampai sore hari, farel tak kunjung keluar kamar. Makanan yang di siapkan maya di meja depan kamar juga tak tersentuh sama sekali.
"saqi," rengek maya.
"apa?"
"sintia mana ya? Kok gak pulang pulang,"
"may, sebenernya tadi dion kesini, dia bilang liat cewek ilang rambutnya panjang. Kayak sintia kan? Tapi dia tiba tiba ngilang pas di samperin pak kades sama warga, di cari ke sekeliling sungai juga gak ada. Tapi aneh..."
"aneh kenapa?"
"dion bilang tu cewek nyari temennya, kalau itu sintia bukannya dia bisa langsung balik kesini ya? Ngapain nyari nyari? Kayak arwah penasaran aja,"
"siapa yang penasaran?" tanya mbok indri, ia menyusul maya dan saqi yang sedang duduk di ruang tamu.
"gak mbok tadi katanya ada orang ilang, nah ciri cirinya mirip sama sintia. Tapi kata dion itu ceweknya nyari temen temennya,"
"kalau itu benar temen kalian gimana?" tanya mbok Indri.
"gak mungkin lah mbok, farel aja udah pulang. Gak mungkin dia ninggalin sintia sendiri atau bahkan bikin sintia celaka. Kayaknya gak mungkin deh mbok," bantah saqi tak percaya.
"hati manusia...." guman mbok indri.
"apa mbok?"
"gak papa,"
Sampai malam hari, maya dan saqi masih duduk di ruang tamu. Maya sibuk memotong singkong untuk di jadikan kripik, sedangkan saqi yang mengupas singkong.
Tok.....tok.....tok.....
"iya sebentar....!" teriak maya dari dalam rumah.
Setelah pintu terbuka, terlihat arya berdiri disana, "maya,"
"eh kenapa mas? Cari mbok indri ya? Sebentar ya dari tadi sembayang mbok indri belum keluar kamar. Masuk dulu mas,"
"iya, makasih ya,"
"mau minum apa mas?" tawar maya.
"eh gak usah may, aku disini sebentar aja kok udah malem,"
"kenapa le?" tanya mbok indri.
"ini mbok, di suruh kerumah sama bapak. Ada yang mau di omongin katanya, tentang hasil panen itu. Jatahnya bisma bakalan di kasih ke mbok,"
"aku gak mau, sudah gak usah di beri. Walaupun aku istrinya, tapi aku gak mau mengabdi padanya jadi jangan kasih harta milik bisma kepada mbok," tolak mbok indri, ia memang selalu menolak hasil panen atau warisan pak kusna untuk bisma.
Walaupun pak kusna masih hidup, namun ia sudah membagi rata harta yang bisa ia berikan kepada anak anaknya. Termasuk bisma walaupun dia tak bisa mengurus atau menikmatinya.
"kenapa to mbok, gak papa mbok. Bapak gak minta apa apa kok sama mbok,"
"gak usah gak usah,"
"mbok," panggil farel yang tiba tiba keluar dari kamar.
"kenapa le? Makan dulu, mukamu sampai pucat begitu,"
"mbok, sintia udah meninggal, dia jatuh dari jembatan..." ucap farel lirih.
"maya...! Maya... Nduk cah ayu...! Sini nduk," panggil mbok indri gelagapan.
Maya dan saqi langsung keluar dari dapur untuk menghadap mbok indri, mereka juga nampak terkejut melihat keadaan farel yang seperti orang linglung dan ketakutan.
"kenapa mbok?"
"kata farel ini sintia sudah meninggal, coba kamu tanya lagi,"
"apa? Gimana rel? Lo bercanda kan?" tanya maya.
"gue harus gimana may, gue takut," rengek farel.
"lo ngomong apa sih anjing, gimana bisa? Lo nge prank kan? Gak mungkin beneran kan rel? Jawab gue anjing...!" maya terus mengguncang tubuh farel meminta penjelasan.
"gue juga gak tau may, gue takut,"
Farel terus menangis, ia bersimpuh di lantai. Badannya benar benar lemas, hilang selama seharian penuh membuatnya tak bis berpikir jernih. Takut dan marah terus menyelimuti hatinya.
"arya, minta pak kades buat arahin warga cari jasad sintia. Ayo sama gue, pake motor aja," ajak saqi.
"oh iya ayo, jatuhnya dimana?"
"rel jatuhnya di mana?" tanya saqi.
"gue gak tau, di jembatan pokoknya. Jembatan yang ada patung monyetnya, pokoknya disitu, gue gak inget dimana,"
"jembatan ketekan? Mbok tapi gak ada yang berani lewat sana, apalagi kita mau cari, bahaya... Mungkin pak kades juga gak akan beri ijin," jelas arya.
"seharusnya kalau jatuh di jembatan itu, bakalan hanyut kan? Mungkin ada di sekitar curug,"
"tapi di luar hujan mbok, bahaya juga kalau malam malam ke curug lagi hujan. Airnya deres banget mbok, gak hanya Sintia... Mungkin kita juga bisa hanyut,"
"yasudah besok kita lapor ke pak kades soal ini, tutup pintunya. Kamu tidur di sini aja," perintah mbok indri.
Saqi dengan cepat menutup pintu rumah dan juga gorden, "rel lo gak inget kenapa tiba tiba sintia jatuh?"
Farel hanya menggeleng, lagi lagi Maya di buat geram dengan situasi tersebut. Ia ingin mendengar penjelasan dari farel, namun farel tak mampu menjawab.
"rel bisa kasih tau yang lainnya gak sih? Kenapa bisa jatuh? Kenapa? Gak masuk akal banget...!"
"Maya udah may, farel masih syok... Kasih dia waktu, nanti juga dia pasti cerita kalau udah tenang," lerai saqi.
Saqi segera memapah farel untuk kembali ke kamar, ia mendudukan farel di tepi ranjang, "rel lo mandi dulu ya, lo lengket. Pakean lo juga basah, bau juga sih haha... Udah sana mandi cepet terus makan, maya udah capek capek masak malah lo gak makan, kurang ajar...!"
"saq, sintia mati gara gara gue ya?" tanya farel lirih.
"ya kalau lo yang bunuh ya jelas lo, tapi kalau enggak ya... Tetep lo sih kan lo yang terakhir sama dia," jawab saqi membuat farel makin lemas.
"eh mulut lo, bukannya di tenangin malah di buat buat. Udah sana keluar, farel juga cepet mandi rel,"
Saqi hanya bisa cengengesan sambil membuka buka tas milik farel, ia ingin mencari barang barang miliknya yang di curi. Sedangkan farel langsung keluar menuju kamar mandi.
"lo ngapain?" tanya maya.
"cari barang barang gue lah, sempak gue ilang. Pasti di bawa dia,"
"biji mata lo, ngapain orang curi sempak... banyak tungau nya sempak lo, jijik dia,"
"eh may, ini dompet sintia," saqi memberikan dompet yang ia temui di tas farel pada maya, setelah di buka memang itu dompet sintia. Lengkap dengan kartu pengenal dan kartu kartu lainnya.
"lah kok bisa sama farel, kalau sintia jatuh bukannya harusnya ini sama sintia ya? Soalnya farel gak bawa tas Sintia pulang, ini harusnya di tas Sintia kan?" tanya maya curiga.
"ya tapi bisa aja loh may kalau di titip, kata Arya kan mereka pas berangkat isi bensin dulu. Kemungkinan sintia yang bayar terus karena males naro di tasnya ya dia nitip gitu. Masuk akal kan?"
"iya sih, coba deh lo cari apa lagi gitu bongkar aja semuanya," pinta maya.
"kalau farel marah gimana?"
"ya kita tinggal marah balik, kan dia nyuri barang kita,"
"ide bagus," saqi dengan semangat membongkar tas farel yang berat dan besar. Ia mengeluarkan semua yang ada di tas tersebut, termasuk barang yang ada di kantong kantong tas.
"ni kamera gue, tripod nya ilang sih tapi. Laptop lo gak ada juga... Tapi ini..." farel mengambil bra yang ada di ujung bawah tas.
"ini punya sintia may?"
"apa?" maya segera melihat, namun ia benar benar syok karena itu bra miliknya, "ini punya gue bajingan! Kenapa di curi juga sih, dia tu punya kelainan ya?"
"yakan dia suka sama lo,"
"ya suka suka aja, gak usah nyuri daleman gue juga monyet, buat apa? Mesum banget setan...!"
"lo marah may?"
"ya menurut lo anjing...!"