Aulia Aisha Fahmi Merupakan sepupu Andika, mereka menjalin cinta tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Andika adalah cinta pertama Aulia dan ia begitu mencintainya. Namun, kejujuran Andika pada ayahnya untuk menikahi Aulia ditentang hingga Andika perlahan-lahan hilang tanpa kabar.
Kehilangan Andika membuat Aulia frustrasi dan mengunci hatinya untuk tidak menerima pria lain karena sakit di hatinya begitu besar pada Andika, hingga seorang pria datang memberi warna baru di kehidupan Aulia... Akankah Aulia bisa menerima pria baru itu atau masih terkurung dalam masa lalunya.
Penasaran dengan kisah selanjutnya, yuk ikuti terus setiap episode terbaru dari cerita Cinta untuk sekali lagi 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aninda Peto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 15
"Hari ini, aku berdiri seorang diri tanpa dia menemani... Rasanya aku tidak rela. Sudah menjadi kebiasaan, kami selalu bersama tapi aku harus mengejar impian hingga ku putuskan untuk berpisah sementara"
"Aku akan segera menyusul mu setelah aku menyelesaikan masalah di sini" Ucap Ryan pada Aulia. Perempuan itu mengangguk. Saat kapal berukuran sedang akan berangkat, Aulia berpamitan pada kedua orang tuanya, menarik tangan ayah dan ibunya, kemudian bibirnya mencium punggung tangan yang keriput itu.
"Ayah, ibu, aku berangkat dulu" Pamit Aulia.
"Siapa yang akan menjemputmu di pelabuhan nanti?" tanya ayahnya.
"Om Ali akan menjemput ku" Jawab Aulia membuat ayahnya mengangguk pelan. Om Ali merupakan adik kandung ayah Aulia yang sudah lama tinggal di kota Ambon dan bekerja sebagai pegawai kantor hubungan perkapalan di Ambon.
Kini, kapal yang ditumpangi Aulia perlahan-lahan bergerak meninggalkan kampung Tiang Bendera itu, berlayar menyusuri hamparan laut yang begitu tenang.
Aulia menatap ke luar jendela, ia melihat sekelompok lumba-lumba berenang ke arah yang berlawanan dengan kapal yang ditumpanginya. Bibirnya mengukir senyuman tipis. Ia harus menunggu empat jam untuk tiba di pelabuhan Tahuku yang berada di pulau Ambon.
Aulia melihat orang-orang di dalam kapal sudah mulai tertidur ada juga yang masih berbincang santai. Sementara Kapal itu semakin melajukan kecepatannya.
"Lebih baik aku tidur dulu, aku tidak tahu akan sampai jam berapa nanti" Bisik Aulia dalam hati.
Tak terasa satu jam telah berlalu, waktu terus berjalan, dan matahari semakin terik menyinari luasnya Bumi, hingga tiba-tiba kapal berwarna biru putih itu berhenti di sebuah pelabuhan dan saat itu Aulia menyadari bahwa kapal mereka telah mendarat dengan sempurna di pelabuhan Tahuku.
ABK kapal mulai menuruni angkutan barang dan penumpang kapal mulai turun satu persatu. ada banyak orang di pelabuhan yang ingin juga pulang serta ada yang menunggu kiriman, mungkin dari orang tua mereka atau kerabat dekat atau mungkin saja dari sahabat mereka.
Jujur saja, Aulia merasa mual karena bau tak sedap yang ada di pelabuhan tersebut, entah itu bau minyak bensin, sampah atau anyir darah dari ikan.
Aulia menatap ke luar jendela melihat laut yang berwarna hitam serta sampah bertebaran di bibir pantai. Perempuan itu menutup mulut juga hidungnya karena jujur saja ia hampir mual sekarang.
"Pantas saja bau, ada banyak sekali sampah di sini" Bisiknya pelan dan mulai mengambil tas ranselnya. Ia berjalan perlahan menuju pintu kapal kecil itu.
Ini ke-tiga kalinya ia menginjakkan kakinya di pelabuhan itu. Setelah keluar dari kapal mini itu, Aulia pun merogoh kantong celana jeans jogger panjang, ada selembar uang seratus ribu. Ia pun memberikannya kepada salah satu ABK kapal. Setelah itu, Aulia berjalan menaiki tangga pelabuhan hingga tiba dirinya di salah satu toko dekat pelabuhan. Ia berteduh di sana dari panasnya matahari.
Ada banyak sekali orang-orang yang berlalu lalang.
"Aulia" Seseorang memanggil membuat Aulia mencari-cari sumber suara tersebut, hingga matanya tertuju pada sosok pria yang tidak asing menurutnya.
"Randy?" Tanya Aulia sedikit ragu. Namun sepersekian detik ia yakin karena anggukan kepala oleh pria itu yang membenarkan pertanyaannya.
Randy adalah teman sekolah Aulia saat kelas tujuh, tapi hanya setengah semester pria itu pindah sekolah ke kota dan setelah itu ia tak pernah bertemu dengan pria tersebut bahkan mendengar kabarnya pun tidak. Namun, ia tak menyangka di pelabuhan kapal mini ia bertemu kembali dengan temannya itu.
Ada banyak sekali perubahan dalam diri Randy terutama bagian fisik. Kulit pria itu begitu terang, bahkan Aulia sendiri tidak percaya sebab beberapa tahun yang lalu kulit Randy begitu hitam.
"Dia sudah berubah bahkan stylenya pun terlihat keren" Ucap Aulia di dalam hati, sambil menghampiri pria itu dan menjatuhkan bokongnya di atas kursi plastik samping Randy.
"Bagaimana kabar kamu Li?" Randy membuka obrolan.
"Aku baik... Aku tidak menyangka bahwa kamu masih mengingatku padahal sudah sangat lama kita tidak bertemu... Jika kamu tidak memanggilku aku mungkin tidak tahu bahwa itu kamu" Jawab Aulia tertawa kecil.
"Mungkin Karena kamu pernah menjadi orang yang spesial di hati aku... Makanya aku tidak lupa Hehehehe" Jawaban Randy membuat Aulia menatap aneh padanya, ia mengernyitkan alisnya tinggi. Namun tidak ambil pusing dengan ucapan Randy, ia menganggap bahwa hal itu adalah gurauan semata.
"Dasar. Tidak pernah berubah" Gumam Aulia membuat Randy tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi.
"Ais"
DEG
Suara yang begitu familiar di telinganya, jantungnya berdegup sangat kencang bahkan membuatnya sulit bernapas. Suara yang sangat dirindukannya selama beberapa tahun, dan sangat mengharapkan sapaan dari suara itu. Namun, tak satu pun kabar ataupun sapaan yang menyertainya setelah kepergiannya. Namun, kini ia kembali mendengarnya setelah sekian lama tak terdengar lagi, setelah sekian lama ia berusaha melupakannya, dan setelah sekian lama ia mengubur perasaannya dalam-dalam, tetapi...
"Ternyata aku masih mengharapkannya..."
"Setiap kali aku mendengar suaramu, aku jatuh cinta lagi..."
Dengan sekuat tenaga Aulia melihat pria yang telah berdiri di hadapannya. Ia mengepalkan tangannya dengan sangat erat menguatkan hatinya agar tidak menangis. Jujur saja, ia rapuh sekarang ia benar-benar terjatuh.
Randy yang melihat reaksi Aulia tak biasa menyadari jika ada sesuatu yang tidak beres di antara Aulia dengan pria yang baru datang.
"Sayang, ada apa?" Entah kenapa, panggilan 'sayang' keluar begitu saja dari mulut Randy dan hal itu membuat Aulia mengubah ekspresinya menjadi tersenyum.
"Eh, tidak ada apa-apa... Hehehe" Tutur Aulia sedikit gagap dan tertawa malu pada Randy.
"Eh... Sejak kapan kak Dika kembali ke Ambon?" Tanya Aulia memberanikan diri untuk bertanya. Sejujurnya ia begitu canggung dengan situasinya yang sekarang. Ia tidak tahu jika Dika telah kembali ke Ambon apalagi Dika yang menjemputnya membuat perempuan itu ingin segera mati.
Randy masih menggenggam tangan Aulia begitu pun dengan Aulia membalas genggaman tangan pria di sampingnya. Mata Dika terus tertuju pada tangan yang saling tergenggam sedikit tidak suka melihatnya. Ia bahkan tak merespon pertanyaan Aulia.
"Bukankah sangat tidak bermoral, pasangan seperti kalian menggenggam tangan apalagi di tempat ramai?" Tutur Dika menatap Randy tak suka, lalu melirik Aulia yang pura-pura bodoh amat.
"Berarti di tempat sepi tidak jadi masalah?" Sahut Randy tersenyum simpul melihat reaksi Dika yang semakin kesal padanya. Dika memelototi Randy seperti ingin mengajak berantem.
"Maaf kak, kami sudah terbiasa melakukan ini jadi aku sedikit tidak terbiasa jika tidak menggenggam tangannya" Ucap Aulia dengan ekspresi malu yang dibuat-buat. Membuat Dika mendesah berat.
"Sudahlah, ayo pulang" Ajak Dika membuat Aulia menatap Randy. Seakan meminta bantuan. Kode itu pun dimengerti oleh Randy membuat pria itu mengangguk pelan.
"Aulia akan pulang denganku"
"Tidak bisa!" Tegas Dika dengan tatapan tajam dan ekspresi yang sangat dingin membuat Aulia bergidik ngeri.
"Aku tidak ingin lagi berhubungan denganmu apalagi harus meluangkan waktu dengan dirimu... Karena aku sadar, aku akan semakin lemah jika kita kembali dekat" Bisik Aulia dalam hati.
.
.
.
.
Lanjut part 16