Nabila tidak pernah membayangkan jika harus di hadapkan dengan situasi rumit seperti ini, dirinya harus terjebak dengan pernikahan semu bersama dengan seorang pria yang bernama Revan Alvaro.
Di usia pernikahan yang ketiga tahun ini dirinya harus berpisah karena Revan sudah ada wanita lain yang sejak dulu singgah di hatinya.
Nabila pun berusaha menerima semua keputusan Revan, dan tanpa dirinya tahu ternyata Allah sudah menitipkan janin di balik perceraiannya itu. Apakah Nabila bisa menemukan kebahagiaannya setelah ini?? temukan jawabannya hanya di manga toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 05 Keluar rumah
Malam harinya saat ini Nabila sedang tertidur di kamarnya, dia merasa kepalanya sangat pusing dan tubuhnya terasa pegal-pegal semua tidak seperti biasanya, diapun langsung mengambil minyak aroma terapi untuk meredakan pusing yang ada di kepalanya tersebut.
Setelah itu, dia mulai mengambil air hangat dan untuk meminum obat pereda pusing tersebut, setelah meminum obatnya tiba-tiba saja dia dikagetkan dengan kedatangan suaminya yang mendobrak pintu, kamarnya.
"Brak ...." Bunyi pintu di dobrak sehingga membuat Nabila kaget dan langsung melempar gelas sehingga gelas tersebut menjadi pecah.
"Ada, apa Mas, tiba-tiba datang marah-marah seperti ini!" bentak Nabila.
"Kamu, berani membentak ku!" geram Revan.
"Kamu sendiri yang membuat masalah, datang main dobrak pintu, kalau ada masalah denganku, jelaskan dengan baik," ucap Nabila yang mengerti dengan tingkah suaminya. Yang mendapat teduhan dari mama mertuanya.
"Ngomong apa kamu sama mama, jangan mencoba kurang ajar ya dengan mamaku!" desis Revan
"Oh ternyata hanya gara-gara itu, kamu memarahiku, baik akan aku jelaskan, agar supaya dirimu tidak memihak ke sebelah pihak saja."
"Siapa yang membelah sebelah pihak, kamu jangan mencoba untuk mengajari ku!" tekan Revan.
"Ya, makanya ijinkan aku menceritakan semua agar kamu tahu!" teriak Nabila tak kalah kerasnya.
"Kamu ..., plak ...." Sebuah tamparan lolos di pipi putih Nabila.
"Apa-apaan kamu ini. Beraninya kau menamparku seperti ini, bahkan kamu belum mengijinkan aku berbicara sepatah kata pun, ingat ya semua itu yang memulai mamamu sendiri, dia yang terus-menerus menghinaku, bahkan mamamu itu, tega mengatai ku dengan perkataan yang sangat menyakiti hati ku," ucap Nabila di sela isaknya.
"Apa, yang dikatakan oleh mamaku, sehingga dirimu merasa tersakiti seperti itu!" bentak Revan.
"Baik akan aku ceritakan, mamamu bilang kalau hidupku sangat malang bahkan sedari kecil pun aku sudah di tinggal oleh kedua orang tuaku, dan setelah menikah aku tidak pernah mendapatkan cinta dari suamiku sendiri, puas kamu," ucap Nabila sambil meninggalkan Revan.
Saat ini Nabila sedang ada di taman belakang rumahnya dia tidak habis pikir kalau suaminya akan berbuat kasar seperti ini.
"Ya Allah, sudah cukup aku sudah tidak tahan lagi dengan pernikahan ini aku menyerah. Ya Allah," ucap Nabila di sela isaknya.
Sedangkan saat ini Revan sedang berada di dalam kamarnya dia sangat menyesal telah menampar pipi istrinya untuk yang pertama kalinya, bahkan dirinya tidak habis pikir kenapa dirinya selalu termakan dengan omongan mamanya yang jelas-jelas memang tidak pernah menyukai Nabila.
Sungguh pertengkaran tadi, adalah pertengkaran pertama selama hidup bersama Nabila, Revan memang jarang berkomunikasi dengan istrinya secara baik, maka dari itu dia tidak pernah tahu tentang isi hati dari istrinya selama ini, bahkan dengan ucapan mamanya tadi terhadap Nabila menjadi tamparan keras untuk dirinya. Tapi, di sisi lain Revan harus mengungkapkan kejadian sebenarnya antara dirinya dan juga Andah, dengan alasan agar supaya dirinya tidak menyakiti hati Nabila secara terus menerus.
Setelah menangis di taman belakang saat ini hati Nabila sudah mulai terasa lega, lalu dia memutuskan untuk masuk kedalam rumahnya, untuk mengemasi semua pakaiannya, karena dirinya sudah mulai yakin dengan keputusannya untuk tidak melanjutkan hubungan pernikahan yang tidak baik-baik saja, sudah cukup selama ini dirinya menahan kesedihan dan pengkhianat yang Revan lakukan terhadap dirinya.
Setibanya di kamar dia mendapati suaminya yang sedang terduduk di sofa kamar sambil memijat pelipisnya. Nabila berusaha untuk tidak menegur karena memang untuk saat ini dia mau fokus ke tujuannya, yaitu keluar dari rumah ini agar supaya bisa terlepas dari jeratan cinta Revan.
"Mau kemana kamu?" tanya Revan saat melihat istrinya mengeluarkan bajunya dari dalam lemari, sedangkan Nabila tidak menggubris omongan Revan.
"Heh, kalau ditanya itu jawab bukan malah diam seperti ini!" geram Revan yang merasa pertanyaannya tidak di gubris oleh Nabila.
"Aku mau pulang," jawab Nabila dengan singkat, lalu melanjutkan kembali memasukkan baju-bajunya di dalam koper.
"Kenapa tiba-tiba kamu mau pulang. Bukanya hubungan kita sudah tidak baik-baik saja, sedari dulu, kenapa kamu baru mau pulang sekarang."
"Oh, jadi kamu menginginkan diriku pulang sedari dulu, ya sudah mulai sekarang aku akan mengabulkan permintaanmu itu," jawab Nabila sinis.
"Ya, sudah terserah. sebenarnya aku mau membicarakan ini baik-baik tapi keburu kamu sadar diri duluan, dan asal kamu tahu saat ini Andah sedang mengandung anakku dan cepat atau lambat aku akan menceraikan dirimu, tapi beruntung kamunya sudah sadar duluan," ucap Revan sambil tersenyum mengejek.
"Oh, ya sudah kalau begitu selamat atas pencetakan anak haram mu itu," jawab Nabila tidak kalah sinisnya.
"Plak ...." Tamparan mendarat kembali ke pipi Nabila kali ini Revan menampar Nabila lebih keras dari sebelumnya, bahkan hingga meninggal luka lebam di pipi mulus Nabila.
"Dasar laki-laki kurang ajar beraninya main tangan sama, perempuan kalau kamu tidak terima ini silahkan tampar lagi, silahkan!" geram Nabila sambil menunjuk-nunjuk wajahnya.
"Kamu yang kurang ajar berani-beraninya kamu mengatai anakku sebagai anak haram."
"Oh, kamu marah aku berkata seperti itu, bahkan setiap hari kamu menyakiti hatiku dan bermain di belakangku, apa aku pernah marah, hanya gara-gara sedikit perkataanku kamu tersinggung, apa yang salah dengan perkataanku tadi tolong jelaskan dimana letak kesalahan perkataanku barusan, hah!" geram Nabila sambil meremas kerah kemeja Revan.
Saat ini keduanya saling terdiam, begitu juga dengan Nabila dia lebih memilih memasukkan kembali sisa baju-bajunya, sedangkan saat ini Revan masih menatap punggung istrinya dari belakang, saat ini hatinya sedang kacau makanya dia lebih memilih untuk diam dan membiarkan istrinya begitu saja.
Selesai mengemasi barang-barangnya Nabila mulai melangkahkan kakinya menuju keluar kamar, di dalam hatinya dia berharap suaminya mencegah kepergiannya, karena mengingat malam ini hujan begitu deras mengguyur kota ini, karena sudah lama menunggu dan suaminya tidak mengeluarkan suara sepatah pun akhirnya Nabila memutuskan untuk melanjutkan langkahnya.
di tengah guyuran hujan yang sangat lebat mulai malam ini Nabila resmi keluar dari rumah yang selama ini dia tinggali, banyak kenangan yang tersimpan dibenaknya di dalam rumah tersebut dan mungkin malam ini terakhir dirinya menginjakkan kaki di rumah ini.
"Terimakasih ya sudah menjadi tempat berlindung ku selama tiga tahun lebih ini sekarang saatnya aku pergi meninggalkan mu," ucap Nabila sambil memandangi pintu utama rumahnya.
Kini Nabila menyusuri jalan di tengah guyuran hujan yang sangat lebat tidak ada satu orang pun yang ingin dia mintai bantuan karena memang jalanan yang sangat sepi, hingga akhirnya dia berhenti di sebuah mushola, di sinilah Nabila mulai berteduh, dan mencoba mengambil air wudhu untuk melakukan salat sunnah, karena di kondisi seperti ini hatinya sedang kalut di mana lagi dia meminta pertolongan kalau tidak kepada Tuhannya.
Selesai salat dan memanjatkan doa, tiba-tiba ada seseorang paruh baya menghampirinya, dan dia pun berkata kepada Nabila.
"Wahai anak mudah tenangkan lah, dirimu fokuskan dirimu untuk kehidupan yang akan datang," ucap seorang kakek tua tersebut.
Nabila mencoba mencerna dengan perkataan pria sepuh tersebut. "Maksud kakek apa?" tanya Nabila.
"Mulai saat ini fokuskan dirimu karena akan ada sesuatu yang menunggu dirimu, tetaplah menjadi wanita yang kuat, dan selalu perbaiki diri dengan iman dan tutuplah auratmu dengan baik," ucap kakek tersebut lalu meninggalkan Nabila begitu saja.
Dan setelah ditinggalkan kakek tersebut Nabila mulai memanggil dan mengejar kakek tersebut tapi Nabila tidak menemukannya. Laki-laki sepuh tersebut seolah hilang begitu saja, hingga pada akhirnya Nabila terbangun karena kumandang adzan subuh di mushola itu.
'Astaga Ya Allah ternyata aku sedang bermimpi, rasanya mimpi tersebut begitu nyata,'gumam Nabila dalam hati.
Zahra yg dibisik aku yg kaget dan mukaku merah padam krna nahan malu 😍😍😍
mau kabur atau diusir bisa lah duduk teras bntr nunggu hjn reda br pesan grab yg sllu online. klo dia jln pake mantel ujan msh ok lah..
yahh namanya alur dibuat dramatis tp kdg tak logis..ngikut aja dan jg crta bagus n rapi
TAMAT