NovelToon NovelToon
Setelah Talak Tiga

Setelah Talak Tiga

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Cerai / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aina syifa

Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Percakapan di sore hari

Aditya dan Amira sudah sampai di sebuah rumah mewah dua lantai. Amira terkejut saat melihat rumah itu. 

"Ini rumah yang Mas Reifan belikan untuk aku?" tanya Amira pada Aditya. 

"Iya Bu Amira. Ini memang rumahnya."

"Apa Mas Reifan nggak berlebihan membelikan aku rumah semewah ini."

"Sejak bercerai dengan Bu Amira, Pak Reifan semakin fokus pada pekerjaannya. Dia tidak pernah mencari wanita untuk menggantikan Bu Amira. Sepertinya Pak Reifan memang masih mencintai Bu Amira. Dan Pak Reifan juga sudah berhasil menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar di berbagai wilayah di negara kita. Makanya tidak heran, dia bisa membelikan Bu Amira rumah mewah ini," jelas Aditya. 

Amira manggut-manggut saat mendengar ucapan Aditya. Amira tidak menyangka, kalau Reifan akan menjadi pengusaha besar dan pengusaha sukses seperti saat ini. Padahal dulu, Reifan hanya mengolah perusahaan kecil milik ayahnya. Setelah ayahnya meninggal, Reifan yang menggantikan semua tugas ayahnya termasuk menjadi Ceo di perusahaan kecil milik ayahnya. Dia yang menggantikan menjadi tulang punggung untuk ibu dan adik perempuannya. 

Aditya turun dari mobilnya. Setelah itu dia membukakan pintu mobil untuk Amira. 

"Kayla nyenyak banget tidurnya," ucap Aditya saat melihat Kayla masih terlelap di pangkuan Amira. 

"Iya. Tolong gendong Kayla masuk ke dalam Dit!"

"Baik Bu."

Aditya kemudian mengangkat tubuh Kayla dan membawanya masuk ke dalam. Aditya membawa Kayla sampai ke kamar dan membaringkan tubuh mungil Kayla di atas ranjang. Sementara Amira, masih memandang takjub rumah mewah itu. 

"Rumah ini, lebih besar dari rumah Bu Rianti. Kenapa Mas Reifan membelikan aku rumah semewah ini. Kenapa nggak dari dulu aja, Mas Reifan membelikan aku dan Kayla rumah. Agar aku tidak serumah dengan Bu Rianti dan Desti. Kira-kira, berapa ya harga rumah ini," gumam Amira. 

"Selamat sore nyonya," ucap seorang wanita lima puluh tahunan saat melihat Amira. 

"Nyonya? kenapa kamu memanggil saya Nyonya." 

"Karena anda kan pemilik rumah ini." 

"Ini bukan rumah aku. Ini rumah mantan suami aku. Dan kamu siapa?" 

"Perkenalkan Nyonya. Saya Atun asisten rumah tangga baru di rumah ini."

Amira tersenyum. 

"Jangan berlebihan seperti itu Bik Atun. Jangan panggil saya Nyonya. Panggil yang lain saja."

"Baik Bu Amira."

"Iya. Aku lebih suka panggilan itu."

"Oh iya. Biar saya bantu Bu Amira membawakan barang-barangnya."

"Saya nggak bawa barang-barang Bik. Barang-barang saya masih di rumah kontrakan."

"Oh..." 

Di sela-sela Bik Atun dan Amira mengobrol, Aditya menghampiri mereka. 

"Bu Amira, aku sudah membawa Kayla ke kamar. Semoga kamu dan Kayla betah ya tinggal di sini," ucap Aditya.

"Iya Dit. Makasih ya" 

"Bu Amira, mari saya antar ke kamar!" ucap Bik Atun. 

"Nggak usah Bik. Aku mau bicara dulu sama Aditya sebentar. Bibik buatin kita minum saja." 

"Baik Bu." 

Bik Atun pergi ke dapur untuk membuatkan Amira dan Aditya minum. Sementara Amira dan Aditya duduk di sofa ruang tamu. 

"Aditya, kamu yang memilih rumah ini?" tanya Amira. 

"Bu Amira tahu?"

"Iya. Kata Mas Reifan, kamu yang mengatur semua urusan saya dan Kayla."

"Iya memang benar Bu. Dan rumah ini, sudah atas nama ibu sekarang. Jadi ibu nggak perlu sungkan untuk tingal di sini."

"Apa! yang benar Dit? rumah ini sudah atas nama aku?"

"Iya Bu. Bu Amira beruntung bisa mendapatkan Pak Reifan."

Amira menghela nafas dalam. 

"Tapi kami sudah bercerai Dit. Dan kami juga sudah talak tiga. Sepertinya aku tidak akan bisa rujuk dengan Mas Reifan."

"Bisa saja  ibu rujuk dengan Pak Reifan. kalau ibu mau mencari muhalil."

Amira terkejut saat mendengar ucapan Aditya. Aditya seakan tahu apa yang sedang Amira fikirkan. 

"Em, aku boleh tanya sesuatu Dit sama kamu?"

"Boleh, mau tanya apa Bu?" 

"Apa kamu sudah   punya pacar?"

Aditya tersenyum saat mendengar ucapan Amira. 

"Untuk saat ini, aku belum punya pacar Bu. Kenapa emang Bu?kenapa ibu tanya seperti itu?" 

"Oh nggak apa-apa. Aku cuma tanya aja kok."

Di sela-sela Amira dan Aditya ngobrol, Bik Atun datang dengan membawa dua cangkir teh manis hangat. Bik Atun kemudian meletakan dua cangkir teh manis  hangat itu di atas meja. 

"Makasih bik," ucap Amira. 

"Iya Bu. Sama-sama."

Bik Atun kemudian pergi meninggalkan Amira dan Aditya di ruang tamu.

Amira menatap Aditya lekat. 

"Tentang muhalil, apa Pak Reifan pernah membicarakan hal itu sama kamu?" tanya Amira.

"Itu..." Aditya menggantungkan ucapannya. 

"Kenapa Dit?" 

"Ngga apa-apa Bu Amira."

"Sebenarnya aku sudah tahu kalau Mas Reifan meminta kamu untuk menjadi muhalil.  Dan apa kamu sudah menyetujuinya?"

Aditya menggeleng. 

"Maaf Bu Amira, sepertinya aku tidak bisa menerima tawaran Pak Reifan. Aku tidak bisa menikah dan menjadi muhalil untuk Bu Amira."

"Kenapa?"

"Aku belum siap untuk menikah Bu. Bu Amira dan Pak Reifan, bisa mencari orang lain saja."

"Tapi kata Mas Reifan, keluarga kamu sudah mendesak kamu untuk segera menikah? benarkah itu?"

"Ibu saya sebenarnya sedang sakit Bu Amira. Dia meminta saya untuk cepat-cepat menikah. Tapi sampai saat ini, saya belum punya calon istri. Bu Amira tahu kan, bagaimana wanita sekarang. Mereka cuma memilih lelaki yang tampan dan kaya raya. Sementara saya, nggak punya apa-apa. Cuma pekerjaan ini satu-satunya pekerjaan yang saya punya."

"Sebenarnya kamu cukup tampan kok Dit. Dan kamu juga punya jabatan bagus di kantornya Mas Reifan. Gaji kamu juga lumayan di kantor itu. Apalagi kamu sudah lama kerja di kantornya Mas Reifan. Masa sih, nggak ada wanita yang mau sama kamu.  Mungkin, kamu kurang pendekatan saja sama wanita."

Aditya tersenyum. "Mungkin ya Bu. Aku kurang jago merayu wanita. Atau karena aku terlalu pilah-pilih dalam memilih pasangan." 

"Sebenarnya aku penasaran. Wanita seperti apa sih Dit yang kamu inginkan?" 

Aditya diam. Entah apa yang sedang dia fikirkan saat ini. 

Bu Amira wanita yang baik. Dia wanita yang  lembut dan perhatian.  Aku takut, aku tidak akan bisa melepaskan dia setelah aku menikahinya. Bagaimana  kalau suatu saat nanti, aku benar-benar jatuh cinta sama Bu Amira. Aku tidak mau mengkhianati Pak Reifan. Pak Reifan sudah terlalu baik sama aku, batin Aditya. 

"Wanita seperti kamu," ucap Aditya tiba-tiba.

Amira tersenyum. 

"Apa! kamu suka wanita seperti aku?" 

"Em. Maksud aku, kalau ada lagi wanita yang seperti Bu Amira, aku mau-mau aja. Tapi sepertinya nggak ada wanita  yang sebaik Bu Amira."

"Ah, kamu bisa aja. Terus, kenapa kamu menolak menjadi muhalil aku?" 

"Aku cuma nggak pede aja Bu, aku kan jelek, mana mau Bu Amira menikah denganku. Sementara lelaki di luar sana banyak yang jauh lebih tampan dari aku. Bu Amira cantik, ibu bisa mendapatkan seorang muhalil  yang tampan, yang jauh lebih baik dari aku."

"Jangan merendahkan diri Dit. Siapa bilang aku nggak mau. Kalau kamu mau nikah sama aku, aku mau-mau aja kok. Karena aku sudah cukup lama mengenal kamu. Kamu itu lelaki yang baik. Yah, walaupun  pernikahan itu hanya sementara. Tapi nggak ada salahnya kan kalau kita mencoba. Kita bisa sama-sama menguntungkan. Aku bisa rujuk dengan Mas Reifan, dan kamu bisa memenuhi keinginan ibu kamu."

"Hehe... Bu Amira bercanda?"

"Aku serius Dit. Aku mau kamu jadi muhalil aku. Karena aku pengin rujuk lagi dengan Mas Reifan. Aku melakukan ini juga demi Kayla. Kayla ingin aku dan Mas Reifan bersatu lagi."

"Bu Amira mau rujuk lagi dengan Pak Reifan? apa Bu Amira yakin, mau menerima Pak Reifan kembali. Dia kan sudah sering menyakiti Bu Amira. Bagaimana kalau Pak Reifan menyakiti Bu Amira lagi."

"Entahlah,Dit. Aku juga bingung." Amira mulai ragu, setelah dia diingatkan kembali pada masa lalunya bersama Reifan.

"Fikirkan lagi soal menikah denganku Bu. Jangan sampai Bu Amira menyesal nanti setelah menikah denganku."

1
Putri Chaniago
jgn bilang Aditya ada rasa dg Amira, jgn bilang pula Aditya yg d jadikan muhalil antara Amira n suaminya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!