banyak mengandung ***, tolong yang dibawah umur bijaklah dalam membaca setiap novel.
karya ini adalah karya saya di platform sebelah. terpaksa saya pindahkan disini sebab novel ini sudah hilang di platform sebelah. saya sudah menunggu beberapa bulan kembali nya novel ini tapi nyatanya tidak kembali lagi.
mengandung *** bijaklah dalam membaca
Zahra harus rela di nikahi oleh calon suami kakaknya, intan. sebab intan kabur di hari H pernikahannya. tak ada pilihan lain akhirnya Zahra menuruti keinginan orang tua angkatnya. ingin rasanya wanita itu menolaknya tapi hal itu menyangkut nama baik keluarga mereka.
William menyalahkan Zahra atas hilangnya calon istri saat menjelang pernikahan, pria itu mengira jika Zahra dalang dibalik semua ini karena iri dengan intan.
seakan buta mata dan hati, William terus saja menyiksa Zahra setelah menjadi istrinya. hari-hari dijalani Zahra penuh dengan penyiksaan, hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"bagaimana nona Zahra, apa nona betah tinggal disini ?". Tanya laki-laki berparas tampan dengan senyuman manis dibibir nya.
"Ah bahkan tempat ini sangat nyaman buat saya tuan Nalendra, kita masih bisa melihat keindahan alam dipagi hari maupun menjelang sore". Jawab Zahra membalas senyuman Nalendra.
"Syukurlah jika begitu, saya senang mendengar nya".
Laki-laki berwajah tampan, senyum khas dengan lesung pipi di satu sisi membuat senyumnya begitu manis, tak hanya itu hidung mancung, kulit putih dan tinggi semampai membuatnya terlihat sangat sempurna.
Nalendra Adiwijaya, kakak dari Natasha Adiwijaya. Setelah menyelesaikan tugasnya diluar negeri sebab harus mengurus perusahaan orang tuanya, dia juga pengacara kondang yang memiliki firma sendiri tapi tuntutan orang tua yang harus menjadi penerus membuatnya mau tidak mau harus terjun juga dengan dunia bisnis.
Sekarang Mereka berada disalah satu perkebunan teh milik keluarga Adiwijaya yang begitu sejuk dan asri. Sudah seminggu Zahra menginjakkan kakinya ditempat itu, setelah pergi dari rumah William, ternyata dijalan bertemu dengan Nalendra yang dimana Zahra tertabrak olehnya.
Karena tak mau ada luka serius, Zahra segera dibawa ke rumah sakit dimana adiknya bertugas disana. Disitulah awal mula Nalendra mengetahui semuanya jika Zahra ingin pergi dari kota itu bahkan identitas Zahra di sembunyikan serapat mungkin dan jejak hilangnya Zahra sudah Nalendra atur semua.
"Bisa kah nona Zahra tidak berbicara formal dengan saya, rasanya kita seperti rekan bisnis saja". Kekeh Nalendra.
"Jadi saya harus panggil tuan dengan apa ?, rasanya begitu tidak etis apalagi anda sudah banyak menolong saya". Kata Zahra sungkan.
"Panggil saja Nalen, dan saat ini juga aku akan memanggil kamu Zahra. Bagaimana ?". Zahra mengangguk mengiyakan ucapan Nalendra.
"Baik kak Nalen".
"Ah itu lebih bagus, hmm kalau begitu aku permisi dulu karena masih ada beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan". Pamit Nalendra segera berdiri dari kursi teras rumah Zahra.
Sebelum beranjak Nalendra kembali mengatakan sesuatu. "Oh iya mungkin besok aku akan kembali ke kota apa kamu ingin menitipkan sesuatu ?".
"Sepertinya nggak ada kak, nantilah jika ada aku akan mengabari Natasha". Nalendra hanya mengangguk kemudian kembali berpamitan dengan Zahra.
Haaaaa
Zahra menghela nafas ketika mobil Nalendra sudah tidak terlihat, perasaannya begitu tidak enak karena kakak dari Natasha itu selalu berkunjung kerumahnya apalagi dia hanya tinggal sendiri, selain itu dia tidak enak dengan tetangga. Apalagi ada beberapa orang yang tidak menyukai nya disini karena sebab laki-laki itu selalu singgah dirumahnya.
"Sepertinya bagus jika aku membuka cabang restoran ku disini, nantilah aku cek lokasi yang strategis dulu". Gumam Zahra kemudian mask kedalam rumah nya. Rumah yang begitu sederhana dengan pekarangan depan dan juga belakang yang luas. Zahra menanam beberapa bunga dipekarangan depannya sedangkan dibelakang ditamani dengan berbagai macam sayur dan juga buah.
Saat ini Zahra berada dibelakang rumah memandangi tanaman sayurnya sudah mulai tumbuh tinggi, sesekali helaan nafas keluar dari bibir mungilnya. Ingatan nya kembali dengan malam yang begitu suram baginya. Malam dimana kesuciannya harus direlakan secara paksa bukan direlakan tapi di rebut oleh suaminya sendiri yang begitu kejam.
Hal itu memang wajar dilakukan sebagai suami istri tapi disini berbeda dengan kehidupan Zahra, bahkan dia dipaksa menikah dan setelah menikah bukannya bahagia melainkan hanya kesakitan yang didapat. Bahkan perempuan itu harus menerima hinaan demi hinaan seakan dialah manusia yang paling menjijikkan.
Zahra bukan tidak mau memberikan kesucian yang dijaganya selama ini kepada suaminya, tapi bukan suami yang sekarang melainkan suami yang akan mencintainya sepenuh hati begitu pun sebaliknya. William yang bahkan tidak bisa disebut suami hanya mencintai kakaknya bukan dirinya yang hanya dijadikan pengganti.
Rasa sesak kembali menguak dalam dada Zahra, sekuat tenaga dia melupakan kejadian itu tapi rasanya tidak mungkin. Zahra menepuk-nepuk dadanya yang sakit.
"Ini sudah terbaik untuk mu Zahra, jangan pernah pikirkan laki-laki sialan itu. Mungkin dia akan tertawa senang jika tidak melihat mu dirumahnya".
"Selamat tinggal masa lalu yang suram dan selamat datang kebahagiaan".
Tok
Tok
Bugh
Lamunan Zahra terhenti ketika dirasa ada ketukan pintu dari luar, awalnya ketukan tapi sekarang menjadi tendangan pintu yang kencang, Zahra segera berlari kedepan melihat siapa yang datang.
Sebelum membuka Zahra melihat siapa orang yang datang dibalik jendela, setelahnya dia segera membuka pintu menampakkan dua orang perempuan yang berbeda usia.
"Heee Zahra sudah berapa kali saya kasih tau kamu yah, jangan pernah godain calon suami saya. G*tal banget sih kamu ini". Zahra memutar bola matanya malas melihat dua orang yang berdiri didepannya dengan berkacak pinggang.
"Heee bisu kamu yah, diajak bicara malah diam seperti patung". Ucap kembali Jihan dengan ketus.
"Maaf yah mbak Jihan yang paling cantik, saya tidak pernah menggoda calon suami mbak. Kasih tau saja tuh calon suaminya mbak Jihan agar tidak sering-sering mampir kesini". Balas Zahra tak kalah ketus, jika menghadapi dua orang dihadapannya kini harus dibalas ketus juga.
"Alah dasarnya kamu saja yang g*tal tuh, pengen banget di garuk sama calon suami anak saya makanya godain terus". Timpal Bu marwah ibu Jihan.
Jihan sendiri adalah sekretaris Nalendra jika berada di kampung penghasil teh ini, gayanya seolah dialah pemilik perkebunan teh itu padahal hanya sekretaris saja. Bahkan dia selalu mengakui jika Nalendra adalah calon suaminya pada warga sekitar sini.
"Tolong kalian kembali ke habitat masing-masing, karena kedatangan kalian ini begitu menganggu saya. Sekali lagi saya tekan kan, saya tidak pernah menggoda pak Nalendra bahkan kalian juga tidak tau mengenai kehidupan saya. Jadi jangan berbicara sembarangan". Tegas Zahra pada anak dan ibu itu.
"Awas yah kamu kalau sampai pak Nalendra singgah disini lagi saya tak segan-segan untuk menjambak dan menghancurkan muka sok cantik mu itu". Ancam juga pada Zahra.
"Awas juga kamu nanti ku Jambak balik dan menghancurkan muka mu yang pas-pasan itu biar tambah jelek". Jihan tertegun dengan ucapan Zahra karena perempuan itu melawannya Bakan menantangnya kembali.
Warga lain yang mendengar hanya tertawa sebab Zahra begitu berani membalikkan ucapan Jihan. Selama diangkat jadi sekretaris oleh Nalendra pada saat itu juga Jihan dan ibunya semena-mena bahkan tak segan menyuruh orang dengan membentak ketika turun dilapangan meninjau pemetikan daun teh.
"Pulang sana hush hush sana". Jihan menghentakkan kaki nya meninggalkan rumah Zahra bahkan ibunya kini ditinggalkan.
"Tunggu kamu yah Zahra". Tunjuk ibu Marwah.
"Iya Bu Marwah saya tunggu kok". Balas Zahra terkekeh geli melihat tingkah ibu dan anak itu.
Ibu Marwah ikut meninggalkan rumah Zahra dengan dongkol bahkan menyinyir beberapa tetangga yang melihatnya.
"Hahaha lucu juga yah si Marwah itu". Ucap tetangga lain.
"Lah diakan memang begitu sok-sokan jadi bos padahal mah levelnya sama kayak kita juga". Timpal yang lainnya lagi.
"Biasalah orang halu pengen dinikahin anaknya oleh pengusaha terkenal yah maka nya begitu jadi gila seperti si Jihan Jihan itu".
Bersambung...