Cinta Untuk Sekali Lagi
Aulia adalah perempuan berusia 24 tahun, ia berasal dari salah satu suku Sulawesi Tenggara. Namun mereka tidak tinggal di sana. Orang tuanya merantau hingga menduduki kota Ambon dan telah menetap di sana. Ada satu adat yang sangat dibencinya, tidak boleh menikah dengan seseorang yang tidak semarga dengannya dan tidak pula menikah dengan seseorang yang memiliki strata rendah. Perjalanan cinta berkisah saat dirinya menginjak kelas 11, peliknya Aulia menyukai seorang pria yang tidak seharusnya ia cintai.
Perasaan itu tumbuh begitu saja, mungkin karena seringnya berinteraksi dan mata yang sering bertemu, hingga memicu gejolak aneh di jantung, lalu memberikan sinyal ke otak untuk menyimpan gambaran wajahnya ke dalam memori dan membuatnya terus-terusan memikirkan pria itu.
Pria yang menjadi sepupunya yang kini telah menjadi pria spesial dalam hati Aulia, tidak tahu saja jika ada aturan keras untuk tidak menyukai sesama sepupu. Aturan dalam suatu daerah, suku bahkan keluarga begitu sulit ditembus, seperti yang dirasakan oleh Aulia.
Pertama kalinya ia bertemu dengan sepupu laki-lakinya itu. Pria itu bernama Andika. Andika bersama orang tuanya sudah lama tinggal di pulau Sulawesi Selatan, Ia pulang kampung untuk merayakan lebaran bersama keluarga besar dan tinggal di rumah tantenya bernama Rahmah. Rumah dinas hanya memiliki satu kamar, tidak terlalu besar laki-laki dan perempuan tidur di ruang tengah yang sempit itu. Rahmah adalah seorang guru di sekolah dasar dan memiliki lima anak laki-laki yang sudah dewasa, Andika juga tidur di sana.
Malam hari, Aulia dan Bella yang merupakan sepupu sekali, tidur di rumah Rahmah juga merupakan bibinya, sebab jika pulang pun sudah terlalu larut sementara jarak rumah Aulia begitu jauh, sama halnya dengan Bella. Aulia melihat Andika masih menonton film horor di laptop yang di bawahnya, ia pun ikut bergabung dengan santainya, sementara Bella sudah terlelap.
"Kamu menyukai film horor?" Pria itu membuka obrolan, Aulia mengangguk dengan tatapan serius ke layar laptop.
"Kamu tidak takut? Sekarang sudah malam" Tanyanya lagi. Kali ini Aliyah memberanikan diri menatap wajah itu, sebenarnya ia sangat malu, apalagi dengan jarak hanya sejengkal tangan di ruangan dalam kondisi remang-remang.
"Takut, jika wajah hantunya jelek" Jawab Aulia malu. Dua anak manusia yang masih berkutat dengan film horor Indonesia, sedangkan waktu terus berjalan, tak terasa film itu selesai, Aulia maupun Andika bersiap untuk tidur. Namun, entah kenapa mata Aulia kesulitan untuk terpejam, seperti ada sesuatu yang membuatnya terjaga, ia tidak tahu apa itu.
"Kenapa belum tidur?" Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Andika, rupanya laki-laki itu masih belum memejamkan matanya, sorot matanya tertuju pada perempuan yang mengenakan jilbab coklat.
"Pertanyaan bodoh" Batin Aulia
"Belum ngantuk kak" Jawabnya singkat. Kedua mata mereka bertatapan, ada gejolak aneh dalam diri Aulia, ia tidak mengerti apa itu. Sebab baru kali ini ia merasakannya.
"Kemari lah sebentar!" Pinta Andika dengan wajah sayu, Aulia dengan polosnya beranjak dari pembaringan dan menghampiri sepupunya. Namun, siapa sangka, pria itu dengan sigap menarik tangan Aulia dan mendekapnya, serta mencium bibir Aulia dan memainkan lidahnya di dalam sana. Sungguh Aulia bergeming, dengan mata melotot ke arah pria di bawahnya. Tiga detik adegan yang tak pernah sedikitpun terlintas dibenaknya kini terjadi dalam hidupnya
"Apa tadi?" Bisiknya dalam benaknya. Aulia memunggungi Andika, tidak ada ucapan di antara kedua manusia itu. Begitu cepat peristiwa tak senonoh itu terjadi, Aulia dengan perasaan yang masih berkecamuk dan keheranan berusaha menutup matanya rapat-rapat dan menjauhkan dirinya dari pria bejat itu.
Ia tahu, dirinya habis dilecehkan oleh saudara laki-lakinya, tapi sulit baginya untuk bercerita. Ia tidak pernah berani mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi, semua yang terjadi dalam dirinya selalu ditutup rapat-rapat. Tinggal di Desa dengan orang-orang yang masih memiliki pemikiran sempit akan sangat kesulitan harus mengungkapkan apa yang terjadi.
Korban maupun pelaku akan menjadi sasaran omongan orang-orang kampung, itulah sebabnya ia tidak memiliki keberanian itu, apalagi Aulia adalah tipe perempuan yang sangat menjaga citra dirinya dan kedua orang tuanya.
Secerah mentari mengeluarkan sinar terangnya, menyinari Bumi belahan Indonesia bagian Timur. Aulia terbangun dan seketika itu, muncul gambaran jorok dalam ingatannya, tanpa sepatah kata pun ia buru-buru beranjak dan meninggalkan orang-orang yang masih tidur di ruang tengah.
Tak banyak orang-orang bangun, hanya segelintir orang yang dilihat Aulia pagi itu. Sementara Andika, pria itu sudah bangun sejak azan berkumandang, ia memandangi Aulia sekilas melihat bibirnya dan pria itu pun tersenyum simpul. Entah apa yang dipikirkannya. Namun, itu pasti sesuatu yang tidaklah baik.
"Aku sungguh bejat telah melakukannya pada adik sepupuku sendiri... Benar kata orang, pesona sepupu perempuan tidak ada tandingannya, mudah bermaksiat jika terus berdekatan dengannya" bisiknya pelan sambil tersipu malu.
Ciuman pertama bagi Aulia, yang sudah dijaga selama tujuh belas tahun, hilang selama tiga detik bersama Sepupu gilanya, dirinya tidak menyangka akan kehilangan ciuman pertama bersama saudara laki-lakinya yang tidak seharusnya dilakukan. Ia menyimpannya untuk sang suami. Namun, di ambil paksa oleh-nya.
Aulia hanya merasa kesal, tapi ia tidak bisa marah, watak kalem itu benar-benar merugikan dirinya, sebab ia tidak tahu harus bagaimana untuk melindungi harga dirinya bahkan saat diinjak pun ia masih bergeming.
Kini Aulia sudah berada di rumahnya, ia melihat beberapa ekor ayam sedang mematuk beras di atas tanah, yang diberikan oleh ayahnya. Ia langsung masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya. Aulia berdiri di depan cermin, menyentuh bibir yang habis dicium oleh Andika.
"Apakah aku sudah berciuman? Seperti itukah rasanya?" Bisiknya pelan sambil memandangi bibirnya yang merah itu.
Hari itu adalah hari Minggu, Aulia bergegas mengumpulkan pakaian kotor yang akan di cuci di sungai, setelah mengumpulkan semuanya ia pun membawanya ke sungai, di sana ia melihat ibunya sedang mencuci piring. Dengan langkah tergesa-gesa ia menghampiri ibunya dan menurunkan baskom berisi pakaian di samping ibunya.
"Tidur di mana kamu semalam?"
"Di rumah Tante Rahmah, kenapa kalian tidak ke sana?" Tanya Aulia dengan suara datar
"Ayahmu lelah, setelah berkebun kami istirahat"
"Oh"
Orang tua Aulia adalah seorang petani, setiap harinya mereka pergi ke kebun, menanam singkong, sayur, ubi talas. Penghasilan di kampung mereka hanya mengandalkan hasil laut dan gunung, setiap tahun akan ada panen cengkeh tetapi jika penghasilan bulanan, mereka mengandalkan hasil jahe, cabai dan ikan.
Kebutuhan mereka sehari-hari mengandalkan hasil kebun, dan laut, sangat mudah bagi mereka untuk mencukupi kehidupan sehari-hari tanpa repot-repot membeli ke pasar. Udara di sana masih sangat jernih, lingkungan yang masih asri bahkan tidak ada kendaraan beroda dua maupun empat, membuat hawa di pedesaan sangat sejuk dan sangat baik bagi kesehatan paru-paru.
.
.
.
.
Lanjut part 2
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments