Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23.
Laki laki setengah baya yang sedang serius memberi arahan pada anak buahnya tampak kaget mendengar suara Mona tiba tiba, apa lagi suara itu memberi perintah sangat berat baginya.
Pak Mandor menoleh ke arah Mona.
“Mon, itu sangat sulit dilakukan kamu lihat saja tempat makam ini sangat luas, mana mungkin dikerjakan dalam waktu dua hari.” Ucap Pak Mandor dengan nada serius.
“Pak Mandor kan sudah berpengalaman, pakai akal lah.. buat proyek padat karya kek... semua warga disuruh kerja kalau perlu lembur, paling satu hari selesai. Aku tidak mau tahu pokoknya sebelum aku pergi ke Bali tempat makam ini harus sudah berpagar tembok tinggi dan pintu pagar besi baja sudah jadi.” Ucap Mona keukeuh pada keinginan nya yang dinilai banyak orang tidak waras.
Ekspresi Pak Mandor terlihat bingung, belum juga dia berucap apa apa. Mona sudah melangkah pergi meninggalkan Pak Mandor.
Mona melangkah menuju ke makam Wanandi yang sudah di beri batu nisan di atas semen cor. Makam Ina Wanandi pun juga sudah diberi batu nisan yang sama oleh Kerabat Wanandi
Mona menepuk nepuk nisan makam Wanandi sambil berkata..
“Kakak Wanandi, akhirnya aku bisa mendapatkan jasad dan jiwa mu, aku sudah tidak sabar untuk mengambil jasad kamu Kakak Wanandi... aku akan belikan baju baju yang bagus buat kamu, kamu pasti akan semakin ganteng dan tampan..” gumam Mona di dalam hati sambil tersenyum membayangkan wajah Wanandi.
Setelah menepuk nepuk nisan Wanandi, Mona cepat cepat melangkah untuk keluar dari tempat makam itu.
“Ingat dua hari harus selesai pagar tembok keliling dan pintu pagar besi baja nya.” Ucap Mona sambil menoleh ke arah Pak Mandor sebelum dia keluar dari tempat makam itu.
“Iya iya Mon.” Ucap Pak Mandor takut diguna guna Mona kalau menolak kemauannya.
Mona terus melangkah menuju ke mobil nya, dan dia akan pergi ke kota, tujuannya datang ke mall untuk membelikan baju baju baru buat Wanandi.
Pak Mandor dan para pekerja membicarakan Mona setelah mobil yang membawa Mona sudah pergi meninggalkan lokasi tempat makam itu.
“Mona sudah benar benar gila, tidak waras. Makam umum dibeli gara gara demi menguasai makam Wanandi.” Ucap salah satu pekerja.
“Iya dia kan ingin mengambil jasad Wanandi.” Ucap yang lain nya.
“Hah apa sudah tidak busuk jasad itu, sudah satu tahun lebih..” ucap Pak Mandor yang tidak tahu jika jasad Wanandi sudah diberi racun anti membusuk.
“Entahlah Pak, waktu sehabis Wanandi meninggal itu dia sudah menyuruh orang untuk ambil jasad Wanandi, kalau masih mayat baru mungkin bisa diformalin tapi entahlah kalau sudah satu tahun.. mungkin dia mau ambil tulang nya untuk menambah ilmu guna guna nya, juragan Sukron saja sampai juga tekuk lutut kalah menghadapi Mona, dua istri tua juragan sukron juga kalah. Sekarang mobil yang pakai Mona.” Ucap salah satu pekerja.
“Aku mau ke pak Kades dulu, biar dia yang menyuruh rakyat kerja padat karya untuk menyelesaikan pagar Tembok ini., aku juga takut diguna guna ...” Ucap Pak Mandor lalu dia cepat cepat pergi meninggalkan tempat makam itu menuju ke balai desa untuk menemui Pak Kades.
Sementara itu di lain tempat Windy kini berada di dalam mobil lagi mengikuti dua pemuda tampan ..
“Senangnya .. jalan jalan teyussssss..... hi... hi....hi...” suara imut Windy yang duduk di jok paling belakang, bibir nya tersenyum lebar, punggung mungil nya bersandar pada sandaran jok mobil. Sambil duduk menikmati perjalanan telinga Windy menyimak perbincangan dua pemuda tampan yang ada di dalam mobil itu.
“Ooo Kakak Pung Pung puasa ingin membantu temannya Kakak Ndien Ndien yang hilang digondol jin.. Kasihan mereka.. tenang Kakak Pung Pung aku akan bantu kamu.. sabar ya... “ suara imut Windy dan tampak ekspresi wajahnya berpikir keras, ujung telunjuk jari mungil nya mengetuk ngetuk dahinya sendiri
Mobil itu terus melaju dan beberapa menit kemudian mobil masuk halaman pada suatu rumah yang berarsitektur tradisional jawa. Rumah joglo dengan pendopo yang luas..
“Oooo ini rumah Kakak Mbak Ningrum yang tinggal di kost itu. “ suara imut Windy saat melihat seorang gadis cantik keluar dari rumah.
Windy terus mengikuti dua pemuda itu, dia pun ikut menyimak perbincangan orang orang yang ada di ruang pendopo itu..
“Kakak Ndien Ndien hilang dibawa ke kerajaan Sang Ratu? Kakak Ndien Ndien dipaksa untuk jadi pengantin? Mereka juga akan ke kerajaan Sang Ratu...” gumam Windy di dalam hati dan tampak masih berpikir pikir..
“Aku akan bantu Kakak Pung Pung, tapi aku malas kembali ke Kerajaan Sang Ratu selalu disuruh suruh dan tidak ayah Ibu di sana. Aku mau ikut Kakak Pung Pung saja..” gumam Windy di dalam hati lagi. Windy masih terus menyimak perbincangan mereka yang bercerita tentang kerajaan Sang Ratu, karena dua pemuda itu pun pernah datang ke kerajaan Sang Ratu.
Waktu terus berlalu, dan kini di desa Luh Sari, masyarakat dihebohkan oleh perintah Pak Kades agar warga yang ada di rumah pergi ke tempat makam untuk melakukan kerja padat karya membuat tembok pagar.
“Bagaimana ini, makam makam belum dipindah sudah mau dibuat pagar tembok.” Ucap pemuda kerabat Wanandi.
“Iya Pak Kades padahal belum menentukan lahan untuk tempat makam yang baru.” Ucap laki laki yang lain.
“Aku akan menemui Pak Kades agar hari ini juga sudah ada kepastian lahan untuk makam makam yang akan dipindahkan. Kurang ajar benar itu Mona, karena cinta nya ditolak Kakak Wanandi membuat gempar orang satu desa Luh Sari.” Ucap pemuda kerabat Wanandi dan dia cepat cepat pergi ke balai desa untuk menemui Pak Kades. Sementara orang orang lain nya sudah pergi ke tempat makam untuk kerja padat karya.
Beberapa menit kemudian pemuda kerabat Wanandi itu sudah sampai di balai desa. Ternyata juga ada beberapa teman nya pemuda masjid yang melakukan protes pada Pak Kades.
Pak Kades pun menemui mereka di ruang depan balai Desa.
“Pak, kalau setahu saya tempat makam yang digusur itu yang ada di kota kota besar yang berada di tempat strategis dan akan digunakan untuk tempat tempat umum seperti rumah sakit, sekolah atau yang lain. Lha ini tempat makam digusur untuk apa coba? Dan Pak Kades belum juga menentukan lahan barunya malah sekarang warga disuruh kerja padat karya untuk buat tembok pagar. Lah kalau sudah dipagar rapat gimana kita mau ambil makam saudara kita, leluhur kita, terus nanti ujung ujungnya disuruh bayar mahal kalau kita mau masuk tempat makam. “
“Iya Pak Kades harus adil memihak rakyat banyak bukan memihak rakyat banyak uang.”
“Sabar sabar... saya berusaha untuk cari jalan tengah.. saya tadi sudah bicara dengan Pak Mandor, orang orang masih bisa ambil jenazah. Saya sedang cari lahan yang tidak jauh dari tempat makam lama agar warga tidak terlalu sulit untuk memindah.. sudah sekarang kalian ikut kerja padat karya.. saya mau menemui notaris untuk urusan lahan tempat makam yang baru..”