NovelToon NovelToon
Ketika Hati Memilih Tuhan

Ketika Hati Memilih Tuhan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:940
Nilai: 5
Nama Author: syahru

> "Dulu, namanya ditakuti di sudut-sudut pasar. Tapi siapa sangka, pria yang dikenal keras dan tak kenal ampun itu kini berdiri di barisan para santri. Semua karena satu nama — Aisyah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syahru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31: Ujian Berat

Bab 31: Ujian Berat

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku."

(QS. Al-Baqarah: 186)

---

Menghadapi Kenyataan

Fahri sedang duduk di bawah pohon rindang di pesantren, menikmati angin sore yang sejuk. Namun, hatinya tidak tenang. Beberapa hari terakhir, ia merasa ada yang mengganggu pikirannya. Meskipun ia telah menemukan kedamaian di pesantren, ada sesuatu yang terus menghantuinya. Aisyah.

Ia teringat akan kata-kata Aisyah dalam surat yang pernah ia terima, bahwa ia sudah menikah dengan orang lain. Aisyah, gadis yang pernah mencuri hatinya, kini telah berada di jalan yang berbeda. Sebuah perasaan sesak tiba-tiba muncul, perasaan yang telah lama ia pendam. Ia tahu, ia tidak bisa terus menghindari kenyataan bahwa Aisyah bukan lagi miliknya.

Namun, ia juga sadar bahwa ia telah memilih jalan untuk berubah. Ia tidak bisa membiarkan perasaan itu menguasainya. Ia harus lebih kuat, lebih tegar. Itulah yang diajarkan di pesantren, bahwa segala cobaan hidup adalah bagian dari ujian yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran dan tawakal.

---

Mencari Ketenangan dalam Doa

Fahri kemudian beranjak menuju masjid pesantren, tempat yang selalu memberinya ketenangan. Ia merasa, hanya dengan berdoa, hatinya akan merasa lebih ringan. Ia memanjatkan doa, memohon agar diberikan keteguhan hati dan petunjuk dalam menghadapi cobaan hidup ini. Ia sadar, hidupnya tak lagi hanya tentang dirinya, tetapi juga tentang orang lain yang membutuhkannya.

Sambil menundukkan kepala, ia merasakan ketenangan yang perlahan menyelimuti hatinya. Dalam diam, ia membaca doa yang selalu ia panjatkan sejak pertama kali datang ke pesantren.

"Ya Allah, berikan aku kekuatan untuk menghadapi setiap ujian. Sungguh, aku hanya bisa mengandalkan-Mu, karena Engkaulah yang Maha Mengetahui dan Maha Pengasih."

Fahri merasakan kedamaian yang luar biasa setelah berdoa. Ia tahu, Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya yang tulus memohon kepada-Nya. Walaupun perasaan hatinya masih terombang-ambing, ia berusaha untuk menerima kenyataan bahwa Aisyah kini telah memiliki hidupnya sendiri. Dan mungkin, Allah telah menyiapkan jalan yang lebih baik untuknya.

---

Panggilan untuk Melangkah

Tak lama setelah itu, saat ia kembali ke kamar pesantren, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Kali ini, pesan itu berasal dari Rudi, teman yang beberapa waktu lalu telah berubah menjadi lebih baik. Rudi ingin bertemu dengan Fahri untuk membicarakan sesuatu yang penting.

"Fahri, ada hal yang perlu kita bahas. Aku ingin bicara denganmu. Bisa ketemu malam ini?" pesan Rudi singkat namun penuh arti.

Fahri pun merasa bahwa ada yang perlu diurus segera. Ia merasa ada sesuatu yang besar yang akan terjadi. Tanpa pikir panjang, ia segera membalas pesan itu dan setuju untuk bertemu.

---

Pertemuan dengan Rudi

Malam itu, mereka bertemu di tempat yang sama, sebuah warung kopi yang tidak jauh dari pesantren. Rudi terlihat lebih serius dari biasanya, dan Fahri bisa merasakan kegelisahan dalam diri temannya itu.

"Fahri," mulai Rudi dengan suara agak terbata-bata, "aku ingin menceritakan sesuatu yang sudah lama aku pendam. Aku tahu, hidupku dulu penuh dengan kesalahan, dan aku tidak tahu bagaimana bisa menebusnya. Tetapi sekarang aku merasa ada sesuatu yang harus aku lakukan, dan aku butuh bantuanmu."

Fahri memandang Rudi dengan penuh perhatian. "Apa yang terjadi, Rudi? Ceritakan saja."

Rudi menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Aku... aku punya hutang besar kepada orang-orang yang salah. Aku terlibat dalam sebuah urusan yang bisa berakhir buruk jika aku tidak segera menyelesaikannya. Aku tidak ingin kembali ke jalan lama, Fahri. Tapi aku juga tidak tahu harus bagaimana. Aku datang padamu karena aku tahu kamu bisa membantu."

Fahri merasa hatinya bergetar. Ia tahu betul bahwa Rudi sedang berada di persimpangan jalan yang sulit. Sepertinya, meskipun ia telah berusaha berubah, masa lalu tetap menghantuinya.

---

Memberikan Jalan yang Benar

Fahri berpikir sejenak. Ia tahu bahwa ini bukan sekadar masalah Rudi, tetapi juga masalah bagi dirinya. Jika ia memilih untuk membantu Rudi, ia harus berhati-hati agar tidak terjerumus kembali ke dalam masalah yang bisa merusak perubahan yang telah ia buat. Namun, ia juga tidak bisa meninggalkan teman lama yang membutuhkan bantuan.

"Aku akan membantumu, Rudi," kata Fahri dengan tegas. "Tetapi kita akan melakukannya dengan cara yang benar. Tidak ada jalan pintas. Kita akan meminta bantuan orang yang tepat, dan kita akan selesaikan masalah ini dengan cara yang sesuai dengan ajaran agama."

Rudi menatapnya dengan mata penuh harapan. "Terima kasih, Fahri. Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku merasa sudah banyak berutang padamu."

Fahri tersenyum. "Tidak perlu berterima kasih, Rudi. Ini adalah jalan yang harus kita tempuh bersama. Kita mulai dengan niat yang baik, dan insya Allah, Allah akan memberi kita jalan keluar."

---

Refleksi dan Pertumbuhan

Setelah pertemuan itu, Fahri merasa lebih tenang. Ia tahu bahwa ia telah mengambil langkah yang benar, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Ini adalah ujian yang datang setelah perjuangan panjangnya di pesantren. Dalam hatinya, ia tahu bahwa perubahannya bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk membantu orang-orang di sekitarnya.

Malam itu, Fahri berdoa sekali lagi. Ia memohon agar diberikan kekuatan untuk terus menolong sesama, agar dapat tetap berada di jalan yang benar meskipun godaan dan ujian datang silih berganti.

---

Perjalanan Fahri di pesantren memang tidak mudah, tetapi ia tahu bahwa setiap langkah yang diambilnya adalah bagian dari takdir yang lebih besar. Dengan tekad dan doa, ia terus melangkah, siap untuk menghadapi tantangan yang ada di depan.

1
Ilham
ini cerita tentang Fahri apa tentang Rudi sih bg
Syahru Ramadhan: Fahri ,maaf ya saya sudah revisi
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!