Hasrat Tuan Impoten

Selena mendengus kesal saat Nathan secara blak-blakan mengatakan hal yang membuatnya kecewa. Ibaratkan sudah berharap banyak dan hampir bisa memeluk apa yang diinginkan, tiba-tiba saja Nathan menghempaskannya ke dasar.

Selena pikir dengan menikahi Nathan, dia bisa menyelamatkan harga dirinya. Selama ini Selena memang menjalin hubungan dengan Nathan demi menutupi skandal yang dia lakukan.

Saat tahu bahwa Nathan memiliki kelainan, Selena langsung menyetujui perjodohan mereka karena yakin Nathan membutuhkan dirinya untuk menutupi kekurangannya itu. Tentunya pernikahan mereka juga akan membuat Selena tidak perlu repot-repot melayani laki-laki yang tidak dicintainya itu.

Kini, ketika Nathan mengatakan bahwa dia sudah menemukan wanita yang mungkin bisa menyembuhkan penyakitnya itu, Selena merasa tidak terima.

“Wanita mana yang sudah membuat kamu seperti ini? Apa dia sekretaris barumu itu?” tanya Selena sembari meeremas tali tas miliknya.

“Tidak ada hubungannya sama sekali dengannya. Lagi pula tidak penting juga kamu tahu,” jawab Nathan dengan santai. Dia mengambil kunci mobil dan berjalan meninggalkan Selena.

Selena tentu tidak mau ditinggal begitu saja. Dia mengekor di belakang Nathan.

“Nathan, aku ini tunangan kamu.” Selena berhasil meraih tangan Nathan sebelum laki-laki itu benar-benar keluar dari ruang kerjanya.

“Selena, aku sudah tahu semua kelakuan kamu. Aku tahu kenapa kamu menyetujui perjodohan ini, semua karena skandalmu yang menjadi wanita simpanan itu bukan?”

Nathan menarik ujung bibirnya, mengejek Selena yang seketika langsung syok. Dia memang tahu banyak tentang Selena, tapi beritanya baru-baru ini saja hinggap di telinga Nathan. Semua berkat Mr. Richard yang memberitahukan informasi mengenai tunangannya itu, karena kebetulan selingkuhan Selena adalah rival bisnis Mr. Richard.

“M-maksud kamu apa, Nath? Wanita simpanan apanya?” tanya Selena dengan bibir bergetar. Jantungnya sudah hampir copot saat Nathan mengatakan kebenaran tentang dirinya.

Memang, dia menjadi simpanan pria asing selama ini, tapi dari mana Nathan tahu rahasianya itu? Bahkan, keluarganya sendiri tidak ada yang tahu.

“Jangan pura-pura bodoh. Aku sudah tahu rahasiamu itu, jadi kalau kamu mau rahasiamu aman, batalkan pertunangan kita dan jangan menggangguku lagi!” balas Nathan dengan tegas.

Napas Selena naik turun saat mendengarkan Nathan bicara. Wanita cantik itu lalu menghentakkan kaki dengan keras sebelum berjalan meninggalkan Nathan.

“Kamu pikir kamu siapa? Lihat saja apa yang bisa aku lakukan sama kamu, Nathan!” gumam Selena sambil berjalan dengan kesal.

Sheren memperhatikan Selena yang keluar dari ruangan Nathan dengan raut wajah yang tidak baik-baik saja. Wanita itu menebak bahwa Nathan dan tunangannya pasti sedang bertengkar. Mungkin saja wanita itu minta dilayani tapi Nathan sudah ada pelanggan.

Karena pikiran negatifnya itu, Sheren cekikikan sendiri seperti orang gila sampai tidak menyadari bahwa Nathan memperhatikannya.

“Ngapain kamu ketawa? Kamu ngetawain saya sama tunangan saya?” tanya Nathan dengan formal.

Sheren langsung menutup mulut rapat-rapat. Wanita itu tidak berani menjawab karena sebenarnya memang ia menertawakan Nathan dan Selena, hanya saja pikiran negatifnya itu yang salah.

“Ayo pulang!” ajak Nathan yang kini berdiri tepat di depan Sheren.

“Iya, Pak. Bapak duluan saja, saya akan di belakang setelah Bapak pulang!” balas Sheren.

“Kita pulang sama-sama. Saya mau pulangnya sama kamu,” sela Nathan sembari melirik jam tangan mewah di pergelangan tangannya.

Kening Sheren seketika berkerut. Namun, belum sempat melayangkan protes, Nathan kembali menambahkan. “Kamu tidak lupa tugas kamu, kan?”

“Memastikan Bapak pulang dengan selamat,” balas Sheren dengan lemas. Sepertinya dia harus mengantarkan bosnya itu pulang, lalu dia naik taksi untuk pulang lagi. “Harusnya ada uang transport tambahan, Pak. Saya kan jadi bolak-balik.”

“Sudah jangan cerewet!” Nathan menarik tangan Sheren agar segera meninggalkan ruangan mereka.

***

Di dalam mobil, Sheren tidak mau banyak bicara. Dia sedang memikirkan kembali keputusannya menjadi sekretaris Nathan karena sepertinya dia sudah rugi waktu, tenaga, dan finansial.

Nathan menyetir dengan santai, sedangkan Sheren masih terus melamun. Sampai akhirnya, mobil berhenti di apartemen mereka.

“Loh, kok Bapak tahu saya tinggal di sini?” tanya Sheren yang baru menyadari bahwa Nathan membawanya pulang.

“Hem.” Nathan enggan menjawab lebih rinci dan malah berjalan dengan santai.

Saat masuk ke lift dan menekan nomor lantai, Sheren jadi semakin panik dan pikiran negatifnya kembali bekerja.

“Ya ampun, kamu menyelidiki aku sampai apartemen baruku juga? Jangan macam-macam ya kamu. Kalau kamu nekat buat sentuh aku lagi, aku bisa laporkan kamu ke polisi!”

***

Kembang kopinya jangan lupa gaess 🥰🥰