Tidak pernah terbersit dibenaknya untuk menikah dalam waktu dekat, Namun karena kebodohan sang adik, yang ingin dirinya cepat menikah, Membuatnya terpaksa harus menikahi laki-laki yang bertubuh gemuk, berjenggot juga berkumis dan satu lagi berkacamata tebal.
"Apa ini karma?" ucap Julya saat dirinya melihat pantulan wajahnya dicermin, dengan riasan khas pengantin wanita.
"Iya benar ini karma bagiku, yang sering menyakiti hati pria." ucapnya lagi yang sadar sudah menolak banyak pria, yang datang melamarnya.
"Dan sepertinya kamu yang paling sakit hati. Riski. Maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melupakan hal yang lebih penting
"Aku sudah mencoba melupakanmu, tapi itu sangat sulit Jul, jadi jangan salahkan aku memanfaatkan kesalahan adikmu." Radit berucap sambil menatap kepergian Julya yang terus berjalan, tanpa menoleh kebelakang.
Seperti yang dikatakan Radit barusan, dia memang benar-benar sudah berusaha keras melupakan Julya, seperti saran sang tante. Namun apalah daya rasa cinta yang terlalu besar, juga Julya yang masih sendiri membuatnya sulit melupakan Julya.
Sementara itu di malam yang sama, namun jam yang berbeda Julya yang sudah sampai rumah, dan berada dikamarnya, kini tengah membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, dengan tubuh yang menghadap kelangit-langit kamarnya.
Julya kembali mempertanyakan dari mana Radit mengetahui kebiasaan juga makanan kesukaannya.
"Agh, kenapa aku sangat ingin tahu dari mana dia tahu semua itu?" ucap Julya yang amat sangat kesal karena pertanyaan itu terus saja berputar di benaknya.
"Sudahlah Julya, dari mana pun dia tahu, semua tentangmu, itu tidak penting," ucap Julya yang mencoba untuk menghentikan keinginan tahunnya itu.
Julya yang sudah pusing dengan keingintahuannya, mencoba untuk tidur dengan menutup kedua matanya rapat-rapat. Namun bukannya pindah kealam mimpi. Dia justru malah menerka-nerka dari siapa Radit tahu tentang dirinya.
"Mamah? itu tidak mungki. Ayah? ah sama itu juga tidak mungkin. Junny? apa lagi, dia terbukti tidak mengenali bos gendut itu. tapi tunggu, apa mungkin Riski?" dan Julya langsung membuka matanya karena merasa yakin jika Radit tahu tentang dirinya dari Riski, yang dia tahu Riski dekat dengan Bu Merry, tante dari bos gendutnya itu.
"Ya pasti dari Riski, secara Riski dekat dengan Bu merry, dan itu artinya bos gendut itu pasti tahu Riski dimana bukan?"
Julya benar-benar berpikir jika Radit mengenal Riski dari Bu Merry dan karena keyakinannya itu Julya langsung menghubungi Radit.
Radit yang mendapat telpon langsung mengangkat telponnya, tanpa melihat siapa yang menelponnya, karena sedang fokus dengan pekerjaannya, dan saat terdengar suara Julya dari sebrang telpon, barulah Radit memastikan siapa yang menelponnya.
"Ini gak salah?" batin Radit, setelah melihat nama si penelpon.
"Julya, kamu tidak sedang mengigau?" tanya Radit mana tahu Julya memang sedang mengigau.
"Tidak pak, memang kenapa?" jawab Julya yang seolah melupakan kejadian beberapa jam yang lalu, dimana Radit mengancamnya.
"Aneh saja, saya pikir kamu tidak akan pernah menghubungi saya, karena marah telah saya ancaman."
"Untuk itu saya masih marah, tapi ada hal yang lebih penting dari pada itu."
"Apa?" ucap Radit penasaran hal apa yang lebih penting dari sebuah kemarahan.
"Riski, ya pak Radit pasti tahu tentang saya dari Riski bukan?" Sungguh terdengar bersemangat sekali saat Julya berbicara barusan.
"Tidak, saya tahu tentang kamu dengan sendirinya, bukan dari Riski dan lagi siapa Riski ?" ucap Radit tentu berpura-pura tidak tahu.
Sementara Julya yang mendengar Radit mempertanyakan siapa Riski padanya, hanya diam membisu. Harapannya yang ingin bertemu Riski musnah, karena ternyata Radit tidak mengenal siapa Riski.
"Julya, Julya..." ucap Radit memanggil Julya yang lama terdiam, bahkan saking lamanya, tadi Radit berpikir jika Julya sudah menutup telponnya, tapi saat dilihat, masih tersambung.
"Maaf pak, sudah mengganggu waktu anda." tut tut.... sambungan telpon terputus dan hal itu sukses membuat Radit bingung luar biasa.
"Ni anak kenapa? apa dia merindukan aku yang dulu?" tebak Radit, namun detik berikutnya dia berkata lagi "Itu tidak mungkin bukan? ah sudahlah terserah dia." ucap Radit yang sudah tidak tertarik untuk menebak tujuan Julya mencari dirinya yang dulu. Karena pekerjaannya yang masih banyak.
Sementara Julya kini tengah merenungi sikapnya barusan, demi bisa bertemu Riski dia rela menghubungi bos gendutnya.
"Ya ampun memalukan. Mau ditaruh dimana mukaku besok." ucap Julya yang malah sibuk dengan hal yang tidak penting. Melupakan keinginan Radit yang sudah Radit pastikan akan terjadi.
ceritanya bagus
mampir kenovelku juga jika berkenan/Smile//Pray/
maaf, ya. keknya aku terlalu ikut campur sama dialog kamu🙏