"Perkenalkan, dia yang akan menjadi suamimu dalam misi kali ini."
"Sebentar, aku tidak setuju!"
"Dan aku, tidak menerima penolakan!"
"Bersiaplah, Miss Catty. Aku tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."
Catherine Abellia, bergabung dengan organisasi Intel, Black Omega Agency, untuk mencari tau tentang kasus kematian ayahnya yang janggal. Berusaha mati-matian menjadi lulusan terbaik di angkatannya agar bisa bergabung dengan pasukan inti. Mencari selangkah demi selangkah. Ia mencintai pekerjaannya dan anggota timnya yang sangat gila.
Namun, ketika dia sudah lebih dekat dengan kebenaran tentang kasus Ayahnya, Catty harus bekerjasama dengan anggota Dewan Tinggi! Oh, really? Dia harus bekerjasama dengan orang yang gila kesempurnaan yang bahkan sudah lama tidak terjun lapangan? Wait, mereka bahkan harus terlibat dalam pernikahan? Ia harus menikahi pria yang memiliki kekasih? Tuhan, ini sangat buruk!
Oke, fine! Atasannya sudah gila!
Ayo, ramaikan lapak ini dengan Vote dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seraphic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Pirang Gila
"Tuan muda! Nona Felice memaksa memasuki pintu gerbang utama!" adu Kim pada Tuan mudanya.
Catty dan Sean saling bertukar tatapan. Benar, kenapa Catty bisa melupakan sosok Nona Felice yang begitu penting ini. Ia hampir lupa kalau dia menikahi seorang pria yang memiliki kekasih. Sangat memalukan! Meskipun, ini hanya untuk kepentingan misi, jika Janessa tau tentang pernikahannya, gadis pirang gila itu pasti akan menertawakannya dengan keras.
Sean menghela nafas sebelum berkata pada wanita tua pengurus mansionnya, "Layani dia dengan baik, Kim. Jangan izinkan dia naik ke atas."
Mereka bisa mendengar suara Kim yang menyahuti perintah Sean dari luar kamar. Lalu, langkah kakinya terdengar menjauh.
Sean menatap pada gadis yang tengah bersandar di dinding kaca itu dengan jemari yang memainkan daun telinganya.
Catty mendongak, merasa ditatap oleh pria itu. "Apa?" tanyanya. Dia tak bisa menahan raut wajahnya yang balas menatap pria itu dengan mengejek.
Nona Felice ini sungguh sangat bersabar, bahkan bisa menunggu sampai hari terang baru bergerak. Jika itu gadis lain, takutnya Catty tak akan bisa tidur dengan pulas sejak semalam.
Sean malas menghadapinya, jadi dia masuk ke dalam ruangan kaca di depannya, memerintahkan gadis itu untuk segera masuk juga. Ia berbalik untuk melihat reaksi gadis itu yang begitu menyenangkan. Hamparan kemewahan ada di depannya, siapa yang bisa tidak bergeming dan menolaknya?
Jika sebelumnya gadis itu merasa kesal dengan misi pernikahan ini, bukankah sekarang gadis itu akan menerimanya dengan lapang dada?
Mata Catty menelusuri seisi ruangan. Ternyata di balik ruang kaca itu adalah sebuah walk-in-closet yang begitu mewah. Di sisi sebelah kanan terdapat pakaian pria dengan berbagai setelan. Lengkap dengan sepatu dan yang lainnya. Lemari kaca di tengah yang lebih seperti meja, terpajang dasi dan jam berbagai variasi.
Ia menatap pada pakaian perempuan yang terpajang di sebelah sisi lainnya. Gaun, dress, dan yang formal, semuanya tersedia. Jangan lupakan, berbagai macam aksesoris wanita yang available yang tersusun dalam rak dengan pintu kacanya. Ada juga sepatu dengan bermacam model dan berbagai jenis tas dan dompet.
Catty menoleh pada pria yang berdiri sambil menatapnya yang tengah menelisik isi ruangan. Gadis dengan rambut yang belum ditata itu mencibir dengan sebelah alis yang menukik tinggi, "Apa kau ingin menyuruhku untuk memakai pakaian bekas kekasihmu?"
Haa?
Sean seketika merasa orientasinya terganggu. Dia sulit untuk berdiri tegak. Apa gadis ini merasa dia begitu miskin hingga memberinya pakaian bekas? Dia tak sanggup berkata-kata, hingga memilih untuk langsung berjalan menuju salah satu pakaian yang terpajang di sana dan melemparkannya pada gadis itu.
Dengan refleks yang bagus, Catty menangkapnya. Dia bingung, kenapa pria itu tiba-tiba marah? Tapi, yang lebih penting adalah ia tak ingin baju bekas wanita lain! Cukup pria bekas, jangan lagi baju bekas!
Sebelum gadis itu sempat protes, Sean berdesis, "Apa matamu buta? Tak bisa melihat label hang tag yang tergantung disana?"
Catty menciut mendengar runtutan pertanyaan yang dilayangkan. Santai saja, kenapa begitu emosi?
Tapi, gadis itu tetap menunduk, memamerkan cengiran setelah melihat label hang tag baru yang tergantung di kerahnya. "Hanya saja, kau yakin ingin menyuruhku memakai gaun seperti ini?" cicitnya mendongak pada Sean.
Sean melihat gaun yang tadi di lemparnya. Sial, siapa yang membeli baju kekurangan bahan seperti itu?! Bagaimana bisa ada baju dengan motif jaring-jaring?!
Sean melengos pergi dan berteriak menyuruh gadis itu memilih pakaiannya sendiri. Ia tak ingin ikut campur.
Bola mata Catty mengikuti langkah kaki pria yang keluar dari walk-in-closet. Bahunya mengendik santai dengan sudut bibir yang menyeringai saat suara pengering rambut kembali terdengar. Hanya saja, sedetik setelahnya dia menghembuskan nafas dengan kepala yang menggeleng saat melihat koleksi busana yang terpajang disana.
Dari sekian banyaknya pakaian, tak ada yang cocok dengannya. Dia bukan wanita karir, bukan juga sosialita, mana bisa dia menendang seseorang dengan baju-baju seperti ini.
...'*'*'*'*'...
...'*'*'*'*'...
Pasangan suami istri kemarin jadi itu keluar dari lift dengan setelan memukau. Bahkan, para pekerja dan pelayan terpaku melihat keduanya. Sang pria dibalut dengan vest rompi yang memeluk tubuh tegapnya dan jas yang disampirkan di lengannya. Sedangkan sang istri, memakai pink cropped jacket yang dipadukan dengan flared skirt berwarna senada. Heels-nya yang berwarna putih sangat kontras dengan pantofel hitam mengkilat milik suaminya.
Keduanya beriringan menuju ruang makan, diikuti dengan Kim dan Joe di belakangnya. Sean menyambut iPad yang disodorkan oleh tangan kanan yang merangkap menjadi pengawal pribadi nya.
Catty sedang membalas pesan dari Janessa ketika seseorang menjambak kuat rambutnya dari belakang, hingga ponselnya terpental jatuh. Catty masih tak bisa mengendalikan rasa terkejutnya, ketika sebuah tangan menarik badannya dan satu tamparan melayang ke pipinya!
PLAK!
"Dasar, gadis jalang! Beraninya kau mengambil milikku! Beraninya kau menggoda Abercio!"
Catty terdiam, meresapi rasa perih di pipinya. Sialan! Siapa yang berani menamparnya?! Gadis itu mendongak untuk melihat siapa pelakunya. Gila, mereka hampir melupakan Nona besar yang satu ini.
"Astaga, Nona Felice, tenanglah!" Joe berujar sambil mencoba menahan gadis yang masih belum puas menyerangnya. Kedua tangan dengan kuku dihias cantik itu mencoba meraihnya yang segera dihalangi oleh Kim.
Catty menggeser tubuh Kim dari hadapannya, kaki jenjangnya melangkah menuju gadis pirang gila setelah Janessa itu. Tangannya mengkretek ruas jemarinya, bersiap untuk membalas tamparan dari si pirang.
Tangannya sudah mengayun naik, namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Sean. Catty berdesis pada pria itu, "Jangan menghalangiku."
Pria itu menunduk, berbisik di telinganya, "Dia masih putri presiden!"
Catty mengerutkan dahinya dan menolehkan kepalanya kesamping, mendengus kecil. Bibirnya menyeringai, berbisik dengan nada rendah, "Kau pikir aku peduli?"
Gadis yang ditahan oleh Joe, memekik kesal saat melihat pemandangan di depannya. Abercio lebih mementingkan gadis itu di hadapannya! Dia sekuat tenaga melepaskan diri, dan menerjang ke arah gadis yang kabarnya merupakan istri pria itu.
Akan tetapi, sebelum ia bisa meraih gadis itu, Sean berdiri menghalanginya.
"Kembalilah," ujar pria itu, "Joe akan mengantarmu!" sambungnya.
"Apa?" tanya gadis itu tak terima. "Abercio, Apa benar kau sudah menikah? Apa bagusnya dia?"
Catty menggigit pipi bagian dalamnya, menahan rasa kesal. Dia bisa melubangi kepala putri presiden hanya dengan sekali percobaan!
Suasana menjadi hening setelah Sean membenarkan pertanyaan Felice. Gadis itu terengah-engah, lalu menatapnya seperti robot pemindai. Dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Berjalan menuju Catty dan berdiri di depannya.
"Siapa namamu?" tanya Felice dingin.
"Abellia."
"Nama keluargamu?" tanyanya lagi, mempertahankan sikap angkuhnya.
Catty hanya diam tanpa jawaban, membuat gadis di depannya menyemburkan tawa yang sangat menyebalkan. Ia berbalik menghadap Sean dan bertanya dengan nada mengejek, "Abercio, dimana kau memungut istrimu ini?"
Tanpa mendengar jawaban pria itu, Felice kembali menatap Catty. "Aku merasa aku pernah melihatmu di suatu tempat. Apakah di pesta sosial kelas atas?" Mata gadis itu menelisik sekali lagi pada sosok Catty. "Tapi, sekarang aku yakin, sepertinya aku melihatmu di tempat penyantunan pengemis!"
...'*'*'*'*'...
...'*'*'*'*'...
Kata gua mah mending lu cabut deh mba peliss, sebelum rontok gigi lu di tonjok mba keti wkwkwk.
Sorry late update, cz banyak kegiatan kalo hari Jumat.
Like usually ygy, vote n komen cerita ini agar aku makin semangat apdetnyaa.
Love u All,
Sera<3
penataan bahasanya loh keren