“ Tubuh mu di ranjang ku atau kepala mereka di tempatmu”
Darren Ludovic menginginkan renata, sang beautiful mafia, jauh sebelum kekuasaannya bermula.
Ia terikat ambisi, lelaki itu selalu mendapatkan semua yang ia inginkan, kecuali renata, mafia cantik dari klan Louise yang memiliki satu per tiga wilayah Dan Fransco.
Sesuatu tiba-tiba terjadi, renata terjebak. Darren mendapatkan kesempatan untuk menuntaskan hasrat panas yang terus menggerogoti nya dari dalam.
Ancaman itu terlalu berbahaya untuk renata. Ia terjebak dalam situasi yang benar-benar sulit.
Apakah renata memberikan apa yang Darren inginkan?
Haruskah ia menyerahkan dirinya untuk seseorang yang terkenal biadab?
Sungguh, lelaki tampan, dan memesona itu tak lagi mengincar kekuasaan, melainkan dirinya, tapi kenapa?
Cinta, kekuasaan, hasrat, yang manakah yang harus dipenuhi?
Ketika cinta hanya menghasilkan penderitaan.
Kekuasaan hanya bisa membutakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yusnita hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Closed For Renata
Darren melepaskan cengkeraman nya dari rahang Renata.
Kemudian, tanpa berkata-kata pagi, ia berlalu sambil mengelap wajah dengan sapu tangan, dan pergi membersihkan diri dibilik yang lain.
Sementara Renata masih terdiam di atas meja dengan dada dan nafas naik turun.
Tatapannya kosong dan bergoyang. Ia mencoba bernafas dengan stabil.
Rosita pun memberikan renata waktu sesaat, lalu maju perlahan dengan hati-hati. “ Nona Renata, mari saya antar ke kamar tuan Darren. ”
Renata hanya bisa melepas nafas kesalnya. Sungguh, ia tidak tahu akan sampai dimana ujung semua ini. Darren memang pria br\*ngsek, meski tak perlu repot-repot mengatakannya.
***
Sampai dikamar.
“Saya akan kembali membawakan anda makanan, nona Renata. ”
Renata tetap tak menjawab dan hanya memunggungi Rosita. Ia memandangi tempat tidur yang kini sudah dalam keadaan rapi kembali.
Begitu cepat mereka membereskannya, saat Renata pergi ke meja sarapan. Padahal tadi ditinggalkan dalam keadaan berantakan seperti kapal pecah.
Pergulatan mereka semalam, benar-benar kacau.
Dan kini, semua tanda itu sudah hilang, bahkan dress sobek, sepatu dan pakaian dalam yang ditinggalkan renata dalam keadaan berceceran, sudah tak ada dilantai dan disisi mana pun. entah mereka membuangnya atau menaruh nya dimana.
Renata tentu enggan menanyakannya. meski saat ia benar-benar butuh pakaian. Atau sehariannya hanya memakai bathdrobe yang mungkin saja bekas si pria br*ngsek itu!
Merasa tak ada tanggapan dari Renata, rosita pun berjalan mundur dan pamit dari sana.
Renata lantas berbalik saat mendengar pintu kamar itu tertutup. lalu sebuah bunyi terkunci menyusul terdengar.
Mata biru yang cantik sekaligus tajam itu langsung membulat. Ia sadar sesuatu! ia terkunci!
“ Heii! heii! heiiiii! ” segera renata melangkah maju ke arah pintu.
Dan benarlah! tak peduli berapa kali pun Renata menurunkan gagangnya, dan menarik dengan sekuat tenaga, tetap saja pintu tersebut sama sekali tidak bisa terbuka.
Buk Buk Buk
“ Hei, Rosita! kenapa kau malah mengunci ku? ” teriaknya tegas. masih punya energi untuk menggeram. “ Buka pintunya! aku bukan tawanan, br\*ngsek! aarrgghhh! buka pintunya! berani-beraninya kalian mengunci ku seperti ini! ”
“ Maafkan saya, nona Renata. ” suara lembut Rosita terdengar lagi dari luar. “ Saya akan segera kembali. harap tunggu sebentar. ”
“ Buka pintunya! ” teriak Renata. Dan tentu saja sudah tidak ada respons lagi.
“ Aaargghh!” Renata mengerang frustasi sambil memukul-memukul daun pintu. Ia bahkan mundur beberapa langkah, lalu menendangnya berkali-kali.
Entah untuk apa, ia tahu itu tak akan terbuka dengan cara seperti itu. namun, Renata hanya ingin meluapkan semua emosi yang membara.
Renata kemudian meringis lagi. “ Ssh. ” kembali sendi di kakinya berdenyut. Belum termasuk jari kaki yang menghantam daun pintu yang kekeras
“ Br*ngsek! ” makinya lagi kesal.
Lengkap lah sudah penderitaan dan semua rasa terhina ini. sekarang ia seperti tawanan yang dikurung disini! Laki-laki itu memang tidak bisa dipercaya!
Bagaimana mungkin persyaratan nya jadi seperti ini?
Sampai kapan ia akan puas?
Kemungkinan besar, ia tak akan pernah puas.
Renata bernafas lemah, dan menyandarkan punggungnya ke daun pintu, ia benar-benar merasa lelah dengan semua ini.
Diusapnya wajah dan mencoba untuk tenang.
Tidak pernah ia se-emosi ini. bahkan pada anak buah nya sendiri. meski mereka melakukan kesalahan fatal.
Renata biasa nya hanya menggerakkan jari untuk mengeksekusi, dan membiarkan eldhan mengurus sisanya.
Sungguh, kini semua amarah terpendam bagai punya kesempatan untuk keluar. Biasanya, Renata lebih bisa mengendalikan diri. namun, semuanya bagai hancur dihadapan Darren.
Lelaki itu sanggup membangkitkan sisi singa liar didalam dirinya.
Sungguh, menjengkelkan!
Renata juga menyesal telah dua kali membiarkan Darren melihat airmatanya. hal itu terlalu untuk seorang Renata Louise yang berani dan tegas. Oh! bahkan eldhan sendiri pun, tangan kanan yang paling dekat dan menyiapkan segala sesuatu untuknya, tak pernah melihat Renata menangis. Kecuali saat kematian Enrico. itu pun semua terkurung dibalik kaca mata hitam.
Tak ada yang tahu.
Tak ada yang berani menatap lama.
Ia memilih menangis didalam kamar nya sendiri.
Hanya sekali. Ia bahkan meminta izin pada sang ayah, untuk menangisi kepergian lelaki yang sangat berarti bagi nya itu.
Lalu Darren... !
Darren Ludovic yang si\*lan itu!
Dia malah telah melihat kerapuhan renata untuk yang kedua kalinya.
Demi apa!
Renata rasanya tidak mau percaya ini!
Ia tertunduk dan mend*sah panjang.
Dia benar-benar rindu kamarnya. Klannya. suasana di sana, Orang-orang dan tentu saja raylie.
Tubuh Renata merengsek jadi turun. punggung dan kepalanya menggerus sisi dalam pintu. Hingga terduduk dilantai.
Dipandanginya sekitar kamar ini dengan tatapan lesu.
Bahkan tak ada jendela untuk melarikan diri.
Memang ada satu pintu yang mengarah ke rooftop balkon yang luas.
Tapi, untuk apa kesana?
Kamar ini bahkan terletak di ketinggian. Ia tak mungkin meloncati gedung. Kecuali Renata punya kekuatan spiderman, atau minimal alat canggih berupa tali dengan pengait dan sebagainya.
Pakai sprei pun tak bisa. ini gedung. Bukan rumah bertingkat.
Benar-benar si\*lan!
Lebih tepatnya, ia seperti Rapunzel yang terjebak di menara tinggi. Renata bahkan tak punya rambut panjang untuk dimainkan.
“ Huft! ” des\*han nafas kasar di hembuskannya lagi.
“ Apa yang kupikirkan? ” keluh nya. “ Melarikan diri dari sini pun, aku hanya akan pulang sendiri. Ch! ” Renata mulai mengganti ratapnya dengan decakan dan tawa sinis. “ Kau benar-benar sudah terjebak disini, Renata Louise. Pemimpin klan terhebat di Fransco. dikurung di dalam kamar pria br\*ngsek m\*sum yang tidak tahu diri! ”
Huft!
Des\*han panjang terdengar lagi.
Kepala renata didongakkan hingga bersandar kebelakang pintu. Ia menutup mata. leher jenjangnya terlihat. “ Bagaimana keadaannya sekarang, raylie? hm? Maaf, aku tak bisa menjaga mj dengan lebih baik. Seharusnya aku menjaga mu, seharus nya, aku lebih berhati-hati. Seharusnya tak kubiarkan kau kesana. aku merasa seperti kakak yang tak berguna. ” Renata kenalan salivanya. “ Raylie..., bertahan lah sebentar lagi. ”
Renata tertunduk kemudian dengan segala penyesalan yang tercipta.
Ia tetap berada diposisi itu, sampai Rosita kembali dan mengetuk pintu terlebih dahulu.
Tak begitu lama waktu yang dibutuhkan gadis itu saat datang lagi.
Renata pun berdiri dan berjalan ke arah ranjang, ia terduduk disitu. menatapi pintu yang terbuka dan Rosita beserta dua pelayan lain membawa makanan dan entah apa yang ada di paper bag.
“ Nona Renata, makanan anda. ” Rosita menyampaikan. “ Anda ingin makan ditempat tidur atau di meja? ” tanyanya sopan
Renata menarik nafas panjang dan mend*sah. ia menunjuk dengan dagu ke arah meja, yang tersedia disana.
“ Baik, ” Rosita tersenyum dan menginstruksikan dua pelayan yang membawa baki dan air minum untuk menaruh semua makanan itu ke atas meja.
Renata hanya terdiam saat dua orang itu menata semuanya dengan cantik. mereka seperti profesional, bahkan memberikan alas di atas meja, serbet, bunga dan sendok, serta peralatan makan yang lengkap dan elegan.
Seketika meja kosong itu berubah menjadi meja sarapan yang aestetik.
Rosita kemudian mendekat dan membawa paper bag hitam dengan tinta emas kaligrafi yang terlihat cantik didepannya. itu logo salah satu boutique yang paling terkenal dan eksklusif di San Fransco. mereka mempunyai banyak macam koleksi pakaian.
“ Nona renata, ini pakaian untuk anda. ” rosita menyampaikan. “ Dimana saya harus menaruhnya? ” tanyanya lagi minta izin.
Renata pun hanya langsung merampas benda tersebut dari tangan gadis itu. “ Akhirnya kalian memberikan ku pakaian! ”
Ditaruh Renata benda yang masih tertutup itu di samping tubuhnya.
Rosita pun kembali menanggapi dengan senyum, atas keluh Renata itu, meski senyum Rosita malah terlihat mengandung banyak makna yang lain.
Ada apa pula dengan gadis ini?
Sudah sejak pagi dia memandangi Renata.
“ Apa...ada yang bisa saya bantu lagi, nona Renata? ”
“ Ya, bisa kau tunjukkan dimana si br\*ngsek itu menawan orang-orang ku, lalu keluarkan aku dari sini! ” renata asal berucap saking masih menyimpan jengkel.
Rosita langsung tertawa sambil menutup mulutnya. Gelaknya terlihat ringan tanpa beban.
Renata pun hanya mendengus dan menatap ke arah lain dengan sisa amarah. Sebelah alisnya terangkat kemudian. “ Kau tidak bisa melakukannya, kan? ”
“ Ha ha ha. maaf nona Renata, anda lucu sekali. ”
ia menunduk. “ Benar, saya tidak bisa membantu terkait hal itu. ” Rosita mengulum senyum demi bersikap sopan. “ Tapi siapa tahu jika anda bisa membujuk tuan darren dengan lebih baik, beliau akan mendengarkan anda. ”
Renata malah mengernyit.
“ Tampaknya, tuan darren sangat menyukai Anda, nona Renata. ia tak pernah memberikan perhatian yang lebih pada wanita mana pun. ”
“ Ch! ” Renata berdecak. sama sekali tidak bangga. Tandingannya adalah para pel\*cur, atau para wanita mur\*han yang rela melemparkan tubuh untuk dipakai darren. “ Itu karena aku bukan pelacur, berani-beraninya kau membandingkan ku dengan wanita biasa! ” tidak tahu kah dia, renata seorang pemimpin mafia?
Well, mulut Renata termasuk lancang untuk ukuran seorang pelayan. Atau? Apa kata darren tadi? koki? ia tak terlihat seperti koki.
“ Ah, maaf. bukan seperti itu maksud saya nona Renata. ” ia kembali menjelaskan. Merasa bersalah. “ Maksud saya, bahkan pada siapa pun, tuan darren tak pernah memperhatikan dan mempersiapkan semua sedetail ini. ”
“ Aku tak peduli! ” Renata berucap dengan dagu terangkat. “ Dia memang menunggu waktu untuk menghancurkan ku! bahkan menjadikan ku seperti tawanan mur\*han seperti ini! ”
Rosita kembali mengulum senyum.
Renata jadi mend\*sah panjang. kenapa juga ia malah berbicara panjang lebar dan curhat pada seorang pelayan?
“ Jika tidak ada yang bisa saya bantu lagi, saya hendak permisi. ”
“ Hmm. ”
“ Anda bisa memanggil saya lewat intercom.. di sebelah sana, ” tunjuk Rosita. “ Selama tuan darren tidak ada, saya yang akan bertanggung jawab menjaga Anda. ” Rosita kembali tersenyum manis.
Sementara Renata tak menjawab lagi. ia ingin gadis ini, juga semua yang berada di kamar ini, cepat-cepat meninggalkannya sendiri.
“ Selamat menikmati makanan Anda, nona Renata. ” itu kata terakhir yang diucapkannya, sebelum menunduk dan keluar bersama dua orang lain, yang tampak patuh pada Rosita.
Cklek!
Pintu kembali tertutup.
Renata menarik nafas dalam-dalam.
Keadaan ini seperti di neraka. tak peduli seberapa sejuk dan seberapa nyamannya kamar seorang Darren Ludovic. Tetap saja suasana membara dalam diri dan hati nya terus terasa.
Renata mendengus lagi. lalu melayangkan pandangan ke arah paper bag yang di harusnya tadi.
Ia pun meraihnya dengan enggan, tak enggan.
Renata sedikit mengernyit menyadari ini terlalu ringan.ia bahkan tak begitu memperhatikan saat merampas dari tangan Rosita tadi, kepalanya terlalu penuh dengan kemelut.
Sungguh, dahinya mengerut sekarang.
Cepat-cepat ia membuka isinya, kemudian mengintip ke dalam.
Seketika mata Renata membulat lebar mendapati apa yang ada disana.
Oh, astaga! demi apapun, ia tak percaya ini!
Cepat-cepat dikeluarkan Renata, kain yang berbahan seperti brukat: Tipis, ringan dan bahkan transparan.
“ Lingerie? ” mata Renata membulat tak percaya. Demi semesta! pakaian itu bahkan hanya dua potong! “ Ini sama sekali tak pantas disebut pakaian!!! Aaarrgghhh!!! Darren Ludovic si*alan! kau benar-benar br*ngsek!”
TO BE CONTINUED