seorang guru di sebuah sekolah menengah atas, tak pernah menyangka bahwa liburannya ke desa akan membawa petaka baginya.
perkara burung peliharaannya yang lepas, ia harus berurusan dengan seluruh warga desa, Jono yang berniat menangkap burung beo kesayangannya itu malah menangkap Sisil saat ia menaiki balkon rumahnya, seorang gadis remaja SMA kelas 3.
jeritan Sisil pun menimbulkan salah paham oleh para tetangga, sehingga Juno dituntut untuk bertanggung jawab dengan menikahi Sisil.
awalnya ia menolak karena ia juga sudah mempunyai kekasih hati di kota
demi menenangkan warga desa ia terpaksa menikahi Sisil secara rahasia yang hanya dihadiri oleh beberapa warga saja.
akankah Juno tetap merahasiakan istri kecilnya itu dari semua orang? atau malah menceraikannya demi kekasihnya di kota?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur_ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pandangan niko
Luas dan megah adalah kesan pertama yang terlintas dalam pikiran Sisil Saat memasuki sebuah pusat perbelanjaan , matanya termanjakan oleh arsitektur bangunan dan megahnya toko-toko yang ia lalui . Ia memandang satu persatu dengan penuh kekaguman.
Tempat seperti ini tentu saja tidak ada ditemui di desa tempatnya berasal , di Sana hanya ada pasar kecil yang buka hanya setiap pagi dan tutup jam 05.00 sore , kehidupan di kota dan di desa pun sangat berbeda jauh .
"Kita makan dulu" tawar Juno , teringat Sisi yang belum makan apapun Sejak pagi tadi
"Terserah Mas Juna aja" jawab Sisil
Sebuah restoran Jepang pun menjadi pilihan pertama Juno, rasanya tidak apa-apa jika sesekali mentraktir istrinya itu . Lantas keduanya duduk saling berhadapan di kursi
"Kamu mau makan apa aja , terserah kamu dan pilih Sesuka kamu" ucap juno, sambil menatap deretan menu yang tertulis di dalam sebuah buku , sejenak ia melirik Sisil yang tampak kebingungan
"Ta okoyaki itu apa ya Mas ? namanya kok seram"
Juno Hampir tak percaya mendengar pertanyaan polos istrinya , Ia pasti sudah meledakkan tawanya jika restoran itu tidak dipenuhi oleh pengunjung lain . Sisil yang terkesan kampungan namun sangat lucu di mata Juno
"Kamu belum pernah makan di restoran Jepang ?"
Dengan malu-malu Sisil menggelengkan kepala "Di kampung mana ada mas, ada warteg sama warung bakso doang, itupun saya jarang ke sana"
"Oh..." Juno mengangguk paham "Takoyaki bukan tak okoyaki,, jangan di pisah, itu makanan dari tepung terigu dan ada potongan gurita di dalam nya"
Sisil kemudian Lirik menu lainnya, semua menu yang tertera terasa asing baginya. "Kalau sudah ujon itu menu apa?" Tanya nya polos
"Ya ampun, sudah udon Sisil! Bukan su ujon"
Sisil mengatup bibir rapat-rapat, Ia tampak bingung memilih semua menu terlihat sangat cantik dengan topping masing-masing
"Kalau begitu saya ikut Mas Juno aja"
"Dari tadi kek !" zona lantas membuat beberapa pesanan makanan , keduanya menunggu selama beberapa menit hidangan tersaji
Awalnya Sisil begitu antusias , namun saat suapan pertama Ia langsung mengeluarkan kembali makanan itu dari mulutnya . Rasa amis yang tercipta dari makanan menyerupai daun berwarna hitam kehijauan benar-benar membuat perutnya terasa mual.
"Kenapa?" tanya Juno
"Makanan nya amis mas ", ucap Sisil tampak ragu
"Memang begitu rasanya , kamu nggak suka ?"
"Bukan nggak suka tapi nggak kuat makanya"
Juno mendesah panjang "Ya sudah tidak usah di makan, saya pesan yang lain saja untuk kamu"
Akhirnya , Juno memilih memesan steak daging untuk istri kecilnya itu , namun lagi - lagi sisil tanpa kebingungan melihat potongan daging berukuran cukup besar , Iya bahkan sempat khawatir jika daging sapi itu masih mentah.
"Ini makan nya gimana, mas?"
"Sini, saya potongin buat kamu"
Sisil menggeser piring miliknya dihadapan Juno , lelaki itu memotong daging berukuran kecil agar memudahkan istrinya .
"Nih, jangan khawatir dagingnya pasti mateng itu"
"Iyah mas, terimakasih, maaf ngerepotin "
Menu kali ini cukup bersahabat dan enak menurut Sisil, meskipun sebenarnya ia lebih memilih menyukai makanan utama yaitu nasi . Karena tidak akan dengan menu western
Selesai makan siang keduanya menuju ke toko perlengkapan sekolah , Sisil kembali Terpukau oleh bangunan tokoh yang sangat mewah baginya , deretan rak dan alat tulis menulis begitu lengkap dan tertata rapi , semua tampak menarik dan bagus
"Kamu belanja keperluan kamu dulu , yang mau ke sana sebentar" jurnal menunjuk ke arah toko buku yang di depan
"Iyah, mas, silahkan"
Begitu Juno menuju ke toko buku tersebut , sisil mulai berkeliling ke sekitar memilih beberapa perlengkapan meskipun masih sedikit bingung dengan harga yang tertera
Brak!
Keranjang belanjaan milik Sisil terjatuh hingga isinya terburai saat bertabrakan dengan seseorang , sisil yang panik langsung memunguti belanjaan yang berserakan di lantai
"Maaf Mas, saya tidak sengaja" ucap Sisil kepada lelaki yang bertabrakan dengannya
"Nggak papa kok , saya yang minta maaf gak lihat-lihat" balas lelaki itu . Lalu membantu Sisil memunguti belanjaan . Iya lantas bangkit dan mengeluarkan tangan membantu Sisil berdiri . Namun tidak saja disambut oleh sisil, baginya gadis belia itu tidak baik bersentuhan dengan lawan jenis sehingga milih bangkit dengan tangan bertumpu pada lantai.
"Makasih Mas" ucapnya ramah sambil menunduk pandangan
"Sama-sama , By the way kamu lagi belanja perlengkapan sekolah ya ?" Tanya lelaki asing itu
"Iya Mas , Kebetulan saya baru pindah dan besok hari pertama saya sekolah"
"emang sekolah di mana ?"
"SMA PELITA"
Alis tebal lelaki itu tampak mengkerut tipis "Wah,, Kebetulan sekali , saya salah satu guru di SMA Pelita , Berarti besok kita akan ketemu di sekolah , ya?"
"Apa? Guru di SMA pelita, jangan-jangan mas ini kenal dengan mas Juno" tebak Sisil dalam hati
"Saya niko, senang berkenalan dengan kamu" ia mengulurkan tangan , namun Sisil hanya merespon dengan mengatup kedua tangan di depan dada
"Nama saya Sisil"
"Akhlaknya luar biasa anak ini , Manis pula" Niko memandangi gadis belia itu dengan penuh kekaguman
Sementara tidak jauh dari tempat mereka Juno sedang melakukan pembayaran di kasir toko buku . Sesekali ia menatap ke arah toko perlengkapan sekolah tempatnya tadi meninggalkan Sisil
"Niko? Sedang apa dia di sana sama Sisil ?" juno bergunam dalam hati "Apa mereka saling kenal? Gawat ini!"
Juno buru-buru menyusul , jangan sampai Sisil membocorkan rahasia pernikahannya mereka , bisa saja Sisi yang keceplosan
"Kamu ngapain di sini Nik ?" Tanya Juno saat telah berada di hadapan Niko
"Hay bro! Disini juga?"
"Temanin dia belanja perlengkapan sekolah" ucap Jono datar sambil melirik Sisil
Niko tampak sedikit terkejut mendengar ucapan Juno "Kamu dan Sisil saling kenal?"
"Iyah, sisil itu keponakan dari kampung"
Niko Tunjukkan ekspresi lebih terkejut , namun kemudian ia tersenyum lebar
"Wah Bro ! Aku baru tahu kalau kamu keponakan yang imut"
Entah mengapa perkataan imut yang disematkan oleh Niko hati Juno terasa panas , apalagi sejak tadi Niko memandangi Sisil dengan tatapan berbeda . Tatapan penuh kekaguman , belum pernah sebelumnya Niko seperti ini.
Juno lantas melirik Sisil demi melihat ekspresi wajahnya , Adakah sisil akan tersipu dengan pujian dari Niko ? Jangan harap , malah Sisil terlihat acuh tak acuh memilih kembali alat tulis menulis
"Mau ke mana kamu ?" Juno menahan lengan Niko yang hendak menyusul Sisil
"Kamu serius dia keponakan kamu dari kampung ? Mukanya kamu anak tunggal ? Jadi dia keponakan dari mana ?"
"Memang kenapa ?" Jurnal berbalik pertanyaan dengan Ketus
"Nggak papa sih , manis dan kalem anaknya. Kelas Berapa dia?" Niko terlihat semakin antusias
"Kelas 3"
"Oh...." Niko kembali memandangi wajah yang baginya sangat imut itu membuat juno merasa seperti berada di permukaan matahari, satu tangannya langsung Menutup Mata Niko lalu berkata
" jangan ditatap terus ! Sisil masih kecil !"
.
.
.
Bersambung...