"Aku mencintai Humairah, gadis cantik yang mempunyai suara indah dan merdu itu."
Shaka begitu bahagia saat kedua orangtuanya akan menjodohkannya dengan gadis yang dia kagumi. Dia merasa takdir benar-benar menyatukannya dengan Humairah, gadis sholeha, yang memiliki wajah cantik tersembunyi dan hanya dia yang beruntung mendapatkannya.
Gabungan: Sahabatku Ambang Pernikahanku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~part 4
Humairah ke balkon kamarnya untuk mencari angin segar.
"Aku jadi kangen sama umi, etta sama vibes-vibes desa," ucap Humairah. "Tadi aku hampir aja di lecehkan, tapi untung Shaka dan Arvi nolongin aku." Humairah sudah mengatahui nama mereka dari Ainun tadi.
"Mereka ini sengaja di ninggalin aku, atau lupa sih?"
"Gue lupa," sahut seseorang membuat Humairah menoleh kiri dan kanan, mencari sumber suara.
"Shaka?" tanya Humairah bergumam.
Walaupun baru dua hari tinggal di sana. Humairah sudah hafal suara orang rumah, apalagi suara Shaka yang begitu khas di pendengarannya.
Humairah baru sadar, bahwa kamarnya dan Shaka bersebelahan. Dan balkon mereka memang cuma terhalang dinding, dan itu pun tidak kedap suara.
Arika maupun Raiden tidak memasang kedap suara diantara mereka, sebab kamar yang ditempati Humairah awalnya gudang, tapi Arika merenovasi saat dengar temannya akan tinggal bersama mereka.
Kamar Shaka awalnya paling ujung, tapi kini jadi kamar Humairah paling ujung. Mereka lupa memberikan kedap suara di kamar masing-masing.
"Lo ngomongin gue dari tadi?" tanya Shaka.
"Enggak," jawab Humairah singkat.
Shaka mendengus, merasa di sini dirinya yang memulai topik. Dan gadis itu sok jual mahal padanya.
"Gue benaran lupa, dan gue minta sama lo jangan ngadu ini ke mommy gue."
"Emang kenapa kalau saya ngadu? Masalah sama kamu?" tanya Humairah.
"Ck, lo berani sama gue?" tanya Shaka. "Lo enggak ada terima kasihnya, udah gue tolong, kalau enggak ada gue mungkin lo udah di lecehin."
"Cih ngelakuin kebaikan, tapi jatuhnya minta imbalan," jawab Humairah, gadis itu malas berdebat dan memilih untuk masuk ke dalam kamarnya.
Di kamar sebelah tepat di kamar Shaka. Lelaki itu merasa tak terima dengan ucapan Humairah, padahal faktanya emang gitu.
"Dia benaran jatuhin harga diri gue? Dia yang pertama kali yang berani bikin gue merasa jatuh harga diri," sungut Shaka. "Tapi dia gadis unik, enggak deh. Gadis aneh. Pasti dia juga terpesona sama gue, cuma dia sok jual mahal aja!"
Shaka masuk ke dalam kamarnya. Dia merasa tak terima jika Humairah tidak menyukai cowok setampan dirinya.
Padahal dia incaran cewek, kenapa Humairah tidak terlihat menyukainya?
"Arkhhh enggak bisa, dia harus suka gue. Lo lihat aja, lo pasti bakal suka gue," ucap Shaka yakin.
Hatinya begitu kesal. Ia bolak-balik diatas ranjangnya, tetapi kantuknya tak kunjung tiba, pada akhirnya dia bangun dan mengambil ponselnya.
Tapi sebelum itu, ia mengunci kamar dan mematikan lampu, biar mommynya percaya jika dirinya sudah tidur.
Dia pun bermain game online sampe larut malam, dan lupa waktu.
...----------------...
Adzan subuh berkumandang, Humairah terbangun, dia turun dari ranjang dan berjalan ke arah kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Dia merasa terganggu dengan suara game yang berasal dari kamar Shaka. Hal itu menganggu waktu sholatnya.
Namun, dia tidak bisa apa-apa selain menelan rasa kesalnya.
"Gini amat tinggal di rumah orang," gumam Humairah saat usai sholat.
Dia mengambil al-Quran lalu membacanya hingga matahari terbit barulah dia akan mandi untuk ke sekolah.
Mendengar orang mengaji, Shaka yang awalnya begitu asik main game langsung melihat jam. Dia membulatkan matanya, tak sadar jika dia tidak tidur semalaman.
"Udah jam lima pagi? Mampus, gue di omelin mommy."
Shaka terdiam, dan mendengar Humairah mengaji di kamar sebelah.
"Dia jam segini udah bangun?" tanya Shaka dalam hatinya.
Suara merdu itu membuat Shaka memejamkan mata dan perlahan terbawa ke alam mimpi. Padahal sebentar lagi pagi.
Humairah bernapas lega saat suara game Shaka sudah berhenti, dia pun menghentikan mengajinya dan memilih untuk mandi. Bersiap untuk ke sekolah.
...----------------...
Arika mengetuk kamar putranya. Dikarenakan tak di buka, dia pun mengambil kunci cadangan dan membuka pintu kamar.
"Shaka ayo bangun, nak," ucap Arika membuka tirai jendela putranya.
"Shaka."
Arika mendekati ranjang, menepuk pipi Shaka. Tapi lelaki itu semakin menarik selimutnya.
"Mommy Shaka enggak enak badan," aduh Shaka.
Arika memicingkan matanya, dia membuka paksa selimut yang dipakai anaknya itu.
"Enggak enak badan, atau kamu main game semalaman?" tanya Arika.
"Benaran, Shaka enggak enak badan." Shaka berusaha mengyakinkan ibunya itu.
"Enggak ada alasan, ayo bangun. Kamu mandi terus berangkat ke sekolah. Seberapa apapun kamu bohongi mommy, akan ketahuan. Kamu kira bisa bohongi mommy?"
"Tapi mom. Lihat kelopak mata Shaka, kek panda. Masa mommy tega sih?"
"Ini kesalahan kamu buat sendiri."
Mau tak mau Shaka mengikuti keinginan mommynya. Dia bangun dan segera mandi.
Di meja makan, Shaka nyut-nyutan. Bahkan roti dalam mulutnya ia kunyang dengan slowmo.
Namun, saat melihat Humairah datang. Shaka memperbaiki posisinya.
"Asslamuaalaikum, selamat pagi," ucap Humairah membuat yang di sana membalasnya, terkecuali Shaka yang hanya diam.
"Ayo duduk, sayang."
"Iya tan, maaf ya. Humairah hari ini enggak bantuin tante siapin sarapan."
"Enggak apa-apa, kan ada bibi."
Humairah memperhatikan Shaka sekilas, dan dugaannya benar. Mata lelaki itu akan menjadi mata panda.
Usai sarapan, mereka pun berpamitan ke sekolah. Shaka meminta untuk Arvi membawa mobil.
Humairah duduk di belakang bersama dengan Ainun, sedangkan di depan Arvi dan Shaka.
Selama perjalanan, Shaka tertidur di dalam mobil. Humairah benar-benar heran dengan lelaki tersebut, dan hal itu dia menganggapnya aneh.
Dibanding Shaka dan Arvi, Humairah lebih berpendapatan dengan Arvi.
"Agak gila dikit," batin Humairah.
Beberapa saat kemudian, mereka pun sampai di sekolah setelah mengantar Ainun ke sekolahnya.
Humairah menyuruh Arvi untuk menurunkannya di depan gerbang saja. Dia tak ingin menjadi pusat perhatian.
Dan Arvi pun menurut, karena dia tahu fans Shaka itu begitu fanatik. Dan Humairah akan menjadi topik terpanas di sekolah.
"Humairah, tunggu."
"Iya kenapa?"
"Sini nomor telpon lo. Biar pas pulang nanti kita enggak susah nyari-nyari lo lagi."
Humairah mengangguk. Humairah memberikan nomor ponselnya kepada Arvi, setelah itu baru turun dari mobil.
Saat mobil Arvi sudah masuk ke dalam, Humairah menghembuskan napasnya dan ikut melangkah masuk.
"Humairah," teriak seseorang membuat Humairah tersenyum di balik cadarnya.
"Kamu lama banget datangnya," celetuk Fifi.
"Hehehe maaf, tadi busnya lama datang," jawab Humairah.
Saat mereka akan ke kelas, mereka terhenti saat mendengar teriakan siswa.
"Itu mereka kenapa?" tanya Humairah.
"Biasa, fansnya kak Shaka."
Humairah ber-oh saja. "Yaudah ayo ke kelas."
"Bentar, Hu. Kita lihat kak Shaka dulu." Fifi menahan tangan Humairah.
"Omaigat kak Shaka ganteng banget. Gila, mana ditambah pake kacamata lagi, makin-makin deh gantengnya," aku Fifi.
Humairah hanya mengerutkan keningnya, merasa gaya Shaka itu tengil bukan keren.
"Mereka enggak tau aja kalau dia pake kacamata soalnya matanya udah mirip panda," imbuh Humairah dalam hati.