Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permohonan terakhir
Pagi di restoran Mutia.
Di dalam ruangan Mutia tengah duduk Mutia dan Haris yang tengah berbicara serius. Haris ingin mengabulkan perceraian Mutia namun Haris memiliki permintaan terakhir yang harus di taati Mutia.
"Bun, jika memang kamu sudah tidak mau lagi bertahan dengan ku Aku mau mengabulkan keinginanmu itu meski terasa berat, namun Ayah punya permintaan terakhir sebelum talak aku jatuhkan padamu." Kata Haris.
Mutia terdiam, apa yang di inginkan Haris terhadap dirinya, apa kah jika dirinya menepati Haris juga akan Menepati janjinya.
" Apa Mas???" Tanya Mutia sambil memandang laki-laki yang masih sah menjadi suaminya itu.
"Mas ingin mengakhiri rumah tangga ini dengan kisah yang baik, dan kenangan yang baik." Kata Haris.
"Mas ingin selama satu bulan kita tinggal bersama dan mengulang kembali kenangan indah yang kita lalui dulu saat awal kita membina rumah tangga..." Kata Haris serius.
Satu bulan, terlalu lama bagi Mutia, duduk bersama saja dirinya sekarang begitu malas apa lagi harus berpura-pura tidak terjadi apa-apa dan bersikap manis di hadapan Haris selama satu bulan.
"Maaf aku tidak bisa, itu terlalu lama bagiku, aku tidak bisa berpura-pura baik dan manis Mas, itu sama saja menipu diri sendiri..." Kata Mutia serius.
Haris sendu, sepertinya usahanya untuk mengingatkan masa manis dan indah saat pernikahannya dulu tidak membuat Mutia berubah pikiran.
"Kalau gitu 3 Minggu hidup bersama???" Tawar Haris berharap Mutia berubah pikiran.
"Tidak bisa... Itu masih terlalu lama..." Kata Mutia sambil menggelengkan kepalanya.
Haris sendu hatinya perih, dirinya menunduk dan menahan rasa sakit yang menggerogoti hatinya saat mendengar penolakan Mutia, 3 Minggu terlalu singkat baginya namun bagi Mutia terlalu lama.
"2 Minggu..." Kata Haris menurunkan waktunya.
Mutia masih menggelengkan kepalanya tidak ingin, itu masih terlalu lama baginya, Mutia tidak ingin hatinya goyah atas usaha Haris.
"1 Minggu???"Haris mulai merasa harapan bersama semakin menipis.
Kiara masih menggelengkan kepalanya. " Separah itu kah Bun lukamu... Tidak ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya ini..." Haris menunduk air matanya lolos dari matanya.
"1 hari... Lebih cepat lebih baik... Kamu jangan mengacuhkan Kiara lagi..." Putus Mutia tegas.
Haris menunduk menarik nafasnya yang berat. " Baik satu hari satu malam, tanpa anak -anak seperti awal kita menikah di rumah utama ..." Haris sepakat meski terasa berat.
"Baiklah, nanti aku pamit dulu pada anak-anak..."Kata Mutia tersenyum meski berat rasanya menyetujui syarat ini, namun jika ini mempermudah segalanya maka itu lebih baik.
"Baik kita mulai hari ini... Mas harap pulang dari kerja sore nanti Kamu sudah di rumah utama Bun..." Kata Haris yang di angguki oleh Mutia.
Haris pun pamit, dirinya akan bekerja dan menengok Kiara di rumah sakit terlebih dahulu, serta pamit untuk bekerja dan urusan kantor amat banyak sehingga tidak bisa menunggu Kiara. Haris terpaksa berbohong pada Kiara agar tidak kumat lagi gangguan mentalnya.
***
Arsya menyimak cerita Mutia di telfon dengan gusar. Dia tidak rela bila Mutia tinggal bersama dengan Haris, Arsya yakin ada niat tersembunyi di balik permohonan Haris itu , namun dirinya tidak berhak menahan Mutia, karena dirinya bukan siapa-siapanya
"Mutia... Kamu yakin mau melakukan itu???" Tanya Arsya ragu-ragu.
"Iya Bang... Agar cepat selesai urusannya..." Jawab Mutia.
"Kenapa Bang....???" Tanya Mutia merasa Arsya seperti keberatan.
"Aku khawatir... Kamu akan jatuh ke pelukan Haris lagi..."Jujur Arsya pada akhirnya.
"Tidak akan... " Jawab Mutia Mantap.
Hening.
Mutia merasa ada yang berbeda dari sikap Arsya padanya, Mutia merasa khawatir Arsya padanya terlalu berlebihan.
"Bang... "Panggil Mutia memecah lamunan Arsya.
"Aku juga bolehkah meminta sesuatu???" Tanya Arsya dari seberang.
"Hmmm Iya... Apa Bang???" Sahut Mutia.
"Aku ingin kau jaga hatimu dari dirinya... Dan..." Arsya tidak bisa melanjutkan pembicaraannya karena dadanya terasa begitu berdebar, kringat dingin menguasai dirinya padahal ini hanya melalui telfon.
"Iya dan Apa Bang??? "Mutia di buat penasaran kenapa kalimatnya terputus dan terasa menggantung.
"Dan... ehm... dan... " Arsya mengatur nafasnya lalu membuangnya perlahan agar tidak gugub.
"Dan... Jangan sampai hamil..." Kata Arsya pada akhirnya.
Mutia bingung kenapa jangan sampai hamil, siapa yang akan menghamilinya, apa hubungannya dengan kesepakatannya dengan Haris.
"Maksudnya???"Tanya Mutia bingung.
"Aku takut Haris punya rencana untuk membuatmu Hamil, sehingga rencana ceraimu tidak jadi jika kamu hamil setelah malam itu terlewati..."Kata Arysa pelan-pelan agar Mutia tidak tersinggung.
"Astaghfirullah... " Mutia memerah malu, untung tidak saling berhadapan Hanya melalui telepon.
"Ehm... Ya Bang... Aku akan berhati-hati... Terimakasih sudah mengingatkan..." Kata Mutia merona wajahnya.
"Dan lagi... " Arsya kembali gugub di tempatnya.
"Aku... Aku menunggu... " Kata Arsya terputus lagi.
Mutia gemas kenapa sih suka sekali berbicara yang menggantung membuat orang penasaran.
"Ckkk jangan suka bikin kesel orang menunggu deh Bang .. Kamu menunggu apa?? Lanjutkan..."Kesal Mutia di tempatnya.
"Aku mencintaimu dari awal, saat kuliah hingga sekarang, di hatiku masih nama kamu yang bersemayam. Aku berharap penantian panjangku akan menemukan diriku dengan pemilik nama di hatiku ini..." Kata Haris panjang tanpa bernafas dan lega rasanya beban bertahun-tahun itu hilang.
Mutia membeku di tempatnya, seperti mimpi apa yang di dengar barusan dari Arsya, jadi wanita yang dulu di ceritakan itu adalah dirinya, Mutia bingung harus menjawab apa, bibirnya terasa kelu untuk menjawab, dirinya jadi bingung dengan perasaanya saat ini.
"Itu saja... Jaga dirimu... Aku tutup..." Arsya menutup panggilan lalu terduduk lemas di tempatnya, dia tidak mau mendengar kata tidak dari Mutia jadi lebih baik dirinya memutus panggilannya.
***
Yuk jangan lupa jejak ya...
Sedekah bulan puasa...
Terimakasih kepada pembaca yang setia semua... 💗💗💗🙏
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat