Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GINO SAKIT
Pulang sekolah Harun dan lainnya duduk di lantai membuka sepatu mereka.
"Atur lagi sepatunya di rak ya!" perintah Layla.
"Iya Umi," sahut kelimanya.
Gino juga sudah selesai, ia sekarang kelas dua. Bocah itu makin tampan dan mulai tumbuh besar.
"Kak Gino tadi kok nggak keluar kelas?" tanya Azha.
"Iya tadi di dalam kelas. Kakak sedikit pusing," jawab Gino.
"Kamu pusing kenapa Baby?" Rahma meraba kening Gino.
"Kamu hangat sayang," ujarnya.
"Sini Baby," panggil Terra.
Gino dan adik-adiknya memang tinggal bersama Terra. Ia meraba kening Gino yang memang sedikit hangat.
"Ganti baju dulu sana! Kak Rahma ... tolongin anak-anak ya!" pinta Terra.
"Iya Te," sahut Rahma.
Gina membantu Rahma untuk mengurus anak-anak yang baru pulang sekolah.
"Amah ... imih pa'a?" tanya Faza pada Maria.
"Seledri baby," jawab Maria lalu mencium pipi gembul bayi cantik itu.
"Leledi?" angguk bayi itu.
"Amah ait amah!" Zora naik ke kursi, Layla membantu bayi kecil itu.
"Tanti Paypi!' angguk Faza.
"Amuh au pa'a laja ipu?" tanya Zora.
"Imih leledi, imi sabe, imi momat ... imih ...?!" Faza berhenti di sayur pare.
"Imih pa'a Mumi?" tanyanya.
"Pare," jawab Layla.
"Bale!" tiru Faza.
"Jangan pegang cabai sayang," larang Rahma.
"Mumi ... Ega au lelenan!" pekik Meghan.
Putra Dahlan ini memang suka sekali berenang. Batita itu sudah terjun ke kolam sebelum mendapat ijin dari ibunya.
Sedang Hasan dan Hapsah tengah duduk di kursi sambil menyedot botol susu mereka.
"Ayo makan sayang!' ajak Rahma.
Meghan tentu dalam keadaan basah. Ani membersihkan batita itu dan menggantikan bajunya.
"Netnet Ani!" panggil Meghan sambil mengelus pipi keriputnya.
Ani mencium gemas bayi itu. Gino sudah lebih baik, walau sedikit pucat.
"Nanti periksa sama Mama Nai ya!' suruh Terra.
Gino mengangguk, bocah itu makan walau hanya sedikit. Terra dan ibu-ibu yang lain sedikit khawatir.
"Bawa periksa saja Te," suruh Maria.
"Iya deh," angguk Terra.
Wanita itu mengganti bajunya, ia membawa Gino. Bocah itu memeluknya, tubuhnya kembali hangat.
"Baby," Terra mengecup pucuk kepala Gino.
Mereka naik mobil dan pergi ke rumah sakit Nai. Hanya butuh waktu dua puluh menit. Mobil sampai di rumah sakit.
Terra mendaftarkan Gino dan menunggu di ruang tunggu. Nai jadi dokter anak dan juga ibu hamil. Wanita itu tengah hamil muda.
Gino dalam pelukan Terra. Hanya butuh sepuluh menit. Karina menyusul Terra ke rumah sakit.
'Te!' panggil Karina.
"Kak!' sahutnya.
"Baby kenapa?' tanya Karina duduk di sisi Gino.
"Nggak tau, dia tadi sudah mendingan. Tapi hangat lagi," jawab Terra.
"Apa yang Baby rasakan?' tanya Karina.
"Pusing Mommy," jawab Gino masih setia memeluk Terra.
"Adik Gino!' panggil perawat.
Karina, Terra dan Gino masuk. Gino langsung diminta berbaring di brangkar.
"Mama periksa ya sayang," ujar Nai.
Dinginnya stetoskop meraba dada Gino. Nai memeriksa nadi dan tekanan darah Gino.
Sementara di rumah. Anak-anak diminta tidur siang. Harun sedikit gelisah karena niatnya bertanya pada Terra perkara ruko laundry tak bisa dilakukan.
"Mama lama nggak ya Umi?" tanyanya.
"Kenapa sayang?" tanya Layla.
"Ada hal penting yang ingin Harun tanyakan," jawaban Harun membuat Layla gemas.
"Coba bilang aja sayang," ujar Layla mencium Harun.
"Tanya ruko laundry," ujar Harun.
"Ruko laundry?"
"Iya, tadi di sekolah ada anak yang butuh bantuan. Dia nggak mandi karena rumahnya penuh manusia dan ia harus menimba air untuk mandi," jelas Harun.
"Dia nimba sendiri?" tanya Layla yang diangguki Harun.
"Nanti tunggu Mama pulang ya," ujar Layla lalu mengelus kepala Harun.
"Sekarang kamu bobo dulu," suruhnya.
Harun menurut, Layla mencium pucuk kepala bocah tampan itu. Semua anak-anak yang rusuh pasti akan berubah ketika menjelang besar.
Terbukti dengan Sky, Bomesh, Domesh dan Benua. Empat bocah yang dulunya super aktif kini lebih kalem. Walau pengawal jauh lebih banyak menjaga mereka dibanding yang lain.
"Layla!" panggil Maria.
"Iya Mommy," sahutnya.
Layla akan bergayut manja pada Maria. Maria pun tak keberatan memanjakan Layla. Rahma kadang-kadang suka iri.
"Mommy aku juga dong," ujarnya.
"Hei kalian kenapa sama seperti perusuh-perusuh itu?" tanya Maria gemas.
Dua wanita terkekeh, mereka memang suka begitu. Hati mereka tak tenang karena salah satu putranya sakit.
Tak butuh waktu lama Terra pulang bersama Gino.
"Baby sakit apa?" tanya Layla.
"Gejala typus, harus dirawat di rumah setidaknya sampai beberapa hari," jawab Terra sedih.
Layla mengusap kening dan membawa bocah itu ke pangkuannya. Gino tampaknya lelah dan mulai tertidur di pangkuan Layla.
"Rosa ... bawa Baby ke kamarnya!" perintah Terra.
Rosa mendatangi Layla dan menggendong Gino serta membawanya ke kamar. Terra meletakkan obat yang mesti dikonsumsi Gino.
"Obatnya banyak sekali!" ujar Rahma sedih melihat obat yang harus diminum Gino nantinya.
Semua memilih beristirahat sebentar, Terra yang meminta mereka untuk tidur dan membiarkan maid yang mengerjakan pekerjaan rumah.
Sore menjelang anak-anak sudah rapi dan bersih. Semua memandangi Gino yang lemas. Dita, Verra, Lilo dan Seno sedih kakak mereka sakit.
"Kak ... makan yang banyak dong, biar nggak sakit," pinta Seno.
Seno dan Lilo masih taman kanak-kanak. Vera dan Dita belum sekolah.
"Jangan ganggu kakak ya Babies. Biar kakaknya tenang dulu!" peringat Maryam.
"Iya Mommy!" sahut semua anak.
Harun mendekati Terra, ternyata bocah itu tetap berniat untuk mengatakan keinginannya membantu temannya, Titis.
"Jadi kamu mau bermaksud meminta ibu dan ayah Titis bekerja di laundry itu?" Harun mengangguk.
"Iya Ma, kasihan," ujar Harun setengah menghiba.
"Baiklah, beruntung ruko itu memang sudah lima bulan kosong. Kamu bisa katakan pada temanmu itu. Besok kamu bawa Papa Dewo ya!" Harun mengangguk ia senang karena bisa membantu temannya.
Bocah itu tak sabar menanti esok dengan berita gembira ini. Azha mendekatinya, ia juga ingin tau apa sang ibu bersedia membantu teman mereka itu.
"Kata mama boleh. Besok kita akan bilang dan minta bantuan Papa Dewo buat siapin semua!" jawab Harun antusias.
"Alhamdulillah!" seru Azha senang.
Bariana, Arraya dan Arion memegang dada mereka dengan senyuman mengembang.
"Kok aneh ya?" Bariana bingung.
Hatinya terasa ada kupu-kupu terbang, ia seperti hendak menangis tapi bukan sedih.
"Kenapa Baby?" tanya Rahma khawatir.
"Emang kamu rasain apa Bar, Aya, Iyo?" tanya Samudera tiba-tiba ia juga khawatir melihat adik-adiknya memegang dadanya.
"Nggak tau kak, tapi rasanya ada kupu-kupu terbang dan kita mau nangis tapi bukan nangis sedih!" jawab Arraya dengan mata berkaca-kaca.
"Oh ... Babies ... hati kalian lembut sekali. Itu tandanya kalian terharu," jelas Layla ikutan terharu.
"Teulhalu pa'a Mumi?" tanya Maryam ingin tau.
"Terharu itu sama dengan perasaan muncul akibat sesuatu yang membuat kalian iba, senang dan bahagia jadi satu," jawab Layla ikutan terharu melihat jiwa-jiwa bersih itu bisa melakukan satu kebaikan.
'Umi bangga sama kalian semua!"
Kening para bayi mengkerut, bahasa baru mereka dapatkan. Seperti biasa mereka akan memakan bulat-bulat bahasa itu.
'Auh ...!" Alia mengaduh pelan.
"Baby?" semua orang tua menoleh.
Faza mengigit ujung jari telunjuk Alia. Bayi itu mengangguk.
"Amah ... Ata' Yiya waluwalu!' ujarnya sok tau.
Terra hanya menghela napas panjang begitu juga semua ibu yang melihat itu.
Bersambung.
Faza ... Faza ... kamu buat Othor teulhalu!
next?
semoga berjalan lancar ya baby cal...