Ketika mimpi berubah menjadi petunjuk samar, Sophia mulai merasakan keanehan yang mengintai dalam kehidupannya. Dengan rahasia kelam yang perlahan terkuak, ia terjerat dalam pusaran kejadian-kejadian mengerikan.
Namun, di balik setiap kejaran dan bayang-bayang gelap, tersimpan rahasia yang lebih dalam dari sekadar mimpi buruk—sebuah misteri yang akan mengubah hidupnya selamanya. Bisakah ia mengungkap arti dari semua ini? Atau, akankah ia menjadi bagian dari kegelapan yang mengejarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veluna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kota ghostia
"ghostia" ucapku singkat.
-------------｡♡
Setelah itu tak ada lagi percakapan diantara kami, semuanya sibuk dengan pikirannya masing masing.
akhirnya kami sampai di stasiun kereta.
" ingat kalau ada apa apa jangan sungkan minta bantuan ku "
Kata Alex sebelum aku memasuki kereta.
Perjalanan panjang membawa langkahku ke stasiun Kota Ghostia. Saat aku turun dari kereta, suasananya terasa aneh—bukan karena gelap dan sunyi, tetapi karena sesuatu yang tak terjelaskan mengisi udara. Meski sepi, kota ini tidak seperti yang kubayangkan. Lampu-lampu di rumah-rumah dan gedung-gedung tua masih menyala terang, menerangi jalanan yang kosong. Tidak ada orang yang berkeliaran di luar, hanya angin yang membawa daun-daun kering berputar di bawah sinar lampu jalan.
Aku menarik napas dalam, merapatkan jaketku, lalu melangkah menuju pusat kota. Tujuanku sekarang adalah mencari tempat untuk beristirahat.
Di tengah jalan, mataku tertarik pada sebuah papan kecil bertuliskan “Penginapan Bulan Perak.” Bangunan itu terlihat tua, tetapi lampu di depan pintunya memancarkan cahaya hangat. Tanpa berpikir panjang, aku melangkah masuk.
Di balik meja resepsionis, seorang gadis muda dengan rambut panjang keperakan menyambutku. Wajahnya manis, tapi ada sesuatu yang membuatnya terasa... berbeda.
“Selamat datang di Bulan Perak,” katanya dengan senyum ramah. “Kau butuh berapa kamar,?”
Aku mengangguk. “satu ya, tolong.”
Setelah mendaftarkan diri, aku diberi kunci dan diarahkan ke kamar di lantai atas. Sebelum aku pergi, gadis itu menatapku dengan pandangan penuh arti.
“Kau pasti baru pertama kali ke Ghostia. Kalau butuh apa apa kamu bisa mencariku. namaku Elena,” ujarnya.
Aku tersenyum kecil. “Terima kasih, Elena.”
Hari-Hari di Kota Ghostia
Hari-hariku di Ghostia dimulai dengan kebingungan, tetapi perlahan aku mulai memahami kota ini. Meski tidak ada orang di luar rumah, kehidupan tetap berjalan di balik dinding-dinding gedung tua. Aku sering bertemu Elena, dan melalui obrolan kami, aku tahu bahwa ia adalah penghuni lama kota ini. Ia mengenalkanku pada teman baiknya, seorang pria pendiam bernama Kael.
Kael memiliki penampilan mencolok dengan kulit pucat seperti porselen dan mata merah menyala yang terlihat mengintimidasi. Namun, di balik sikap dinginnya, ia selalu bersikap baik padaku. Kami sering berbincang tentang banyak hal, termasuk sejarah Ghostia.
Suatu malam...
“Ada alasan mengapa kota ini disebut Ghostia,” kata Kael, saat kami duduk di bangku taman yang remang. “
Dulu, kota ini tidak disebut Ghostia. Nama aslinya adalah Elarion, sebuah kota yang penuh kehidupan dan dikenal sebagai "Kota Cahaya." Gedung-gedungnya menjulang tinggi dengan arsitektur yang memancarkan keanggunan, dan jalan-jalannya selalu dipenuhi dengan tawa serta aktivitas penduduknya. Kota ini adalah tempat berkumpulnya berbagai ras—manusia, elf, dan makhluk dari dimensi lain.
Namun, segalanya berubah sekitar dua abad lalu, ketika perang besar melawan Raja vraegon yaitu raja kegelapan terjadi. Elarion menjadi pusat perlawanan, tempat terakhir bagi pasukan cahaya melawan kekuatan gelap. Dalam perang itu, Raja vraegon berhasil dikalahkan oleh penyatuan kekuatan dari Buku Kehidupan dan Buku Kematian. Tapi kemenangan itu membawa harga yang sangat mahal.
Untuk mengalahkan Raja vraegon, para penyihir tertinggi menciptakan segel besar di tengah kota. Segel itu menyerap semua energi kehidupan di sekitar, mengubah Elarion menjadi kota tanpa jiwa. Semua penduduknya yang tidak sempat melarikan diri kehilangan nyawa mereka dalam sekejap. Roh mereka tidak sepenuhnya pergi, melainkan terperangkap dalam dimensi bayangan yang mengelilingi kota ini. Sejak saat itu, Elarion menjadi kota mati, dan orang-orang mulai menyebutnya Ghostia—kota yang dihuni oleh roh-roh tanpa kedamaian.
Meski begitu, Ghostia tetap berdiri. Gedung-gedungnya tidak runtuh, dan lampu-lampunya terus menyala, seolah-olah kehidupan masih ada di sana. Para petualang yang cukup berani untuk memasuki kota ini sering melaporkan hal-hal aneh: suara langkah kaki yang tidak terlihat, bayangan yang bergerak sendiri, dan bisikan-bisikan samar yang memanggil nama mereka.
Menurut legenda, segel yang menjaga roh-roh itu tetap terperangkap juga berfungsi untuk menjaga Raja vraegon agar tidak kembali. Namun, dengan munculnya rumor tentang Buku Kehidupan dan Buku Kematian, orang-orang mulai khawatir bahwa segel itu mungkin akan runtuh, dan kegelapan akan kembali menyelimuti dunia.
Aku tertegun mendengar itu, tetapi sebelum aku sempat bertanya lebih jauh, Elena datang membawa roti hangat yang langsung mengalihkan perhatian kami.
mampir juga dikerya ku ya jika berkenan/Smile//Pray/