Delvia tak pernah menyangka, semua kebaikan Dikta Diwangkara akan menjadi belenggu baginya. Pria yang telah menjadi adik iparnya itu justru menyimpan perasaan terlarang padanya. Delvia mencoba abai, namun Dikta semakin berani menunjukkan rasa cintanya. Suatu hari, Wira Diwangkara yang merupakan suami Delvia mengetahui perasaan adiknya pada sang istri. Perselisihan kakak beradik itupun tak terhindarkan. Namun karena suatu alasan, Dikta berpura-pura telah melupakan Delvia dan membayar seorang wanita untuk menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Jodoh
Di hadapan cermin, Delvia menarik sudut bibirnya selebar mungkin, menciptakan senyuman palsu demi menutupi segala rasa sakit yang menikam hati. Delvia kembali ke pelaminan setelah berdamai dengan sesak, sejak memutuskan untuk menikahi Wira, dia paham betul konsekuensinya, dia harus hidup berdampingan dengan luka.
Terkesan naif memang, namun Delvia merasa bersyukur melihat Maya begitu bahagia, sejak tadi Maya tak henti-hentinya tersenyum menyaksikan Delvia menikah dengan Wira.
“Mama sudah tenang sekarang, mama sangat bahagia dan berjanji kepada kalian untuk selalu bahagia. Mama akan meninggalkan masa lalu dan melangkah maju bersama kedua putri mama,” ucap Maya sesaat setelah acara pernikahan selesai. Maya memeluk kedua putrinya secara bergantian, wanita itu bersama bahagia tanpa menyadari luka di hati kedua anak perempuannya.
Seusai acara, Delvia dan Wira menginap di hotel yang sama untuk melakukan malam pertama. Namun yang terjadi tidak seperti yang orang lain pikirkan, karena kedua orang yang telah resmi menjadi suami istri itu justru sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
“Mas,” panggil Delvia seraya menghampiri Wira yang tengah berkutat pada laptopnya.
Wira menoleh ke arah istri kontraknya. “Ya,” jawabnya lembut.
“Mommy memesan tiket ke Eropa, apa mas Wira tau tentang hal ini?” Delvia menunjukkan foto tiket pesawat yang di kirimkan Nila kepadanya beberapa saat yang lalu.
“Ck, dasar mommy,” Wira tampak kesal karena Nila selalu bertindak semuanya sendiri. “Aku akan bicara pada mommy kalau kita tidak bisa pergi ke Eropa!”
Delvia terdiam, tampak sedang memikirkan sesuatu. “Kita harus pergi mas,” ucap Delvia kemudian.
“Apa?” Wira tampak terkejut mendengar ucapan Delvia.
“Kalau kita tidak pergi mommy pasti akan meneror kita terus mas, menanyakan alasan kenapa kita tidak bisa pergi. Eropa sangat jauh, mommy dan mamaku pasti tidak akan mengganggu kita untuk beberapa waktu. Anggap saja kita sedang liburan,” jelas Delvia dengan senyuman penuh arti. Mungkin dengan pergi ke Eropa pikirannya akan kembali jernih.
“Oke, aku setuju!” Wira mengulas senyum saat menyetujui rencana Delvia.
Hal yang berbeda terjadi di sebuah bar dimana Dikta tampak begitu menderita, pria berusia 30 tahun itu melampiaskan kekecewaannya dengan minuman keras, hal yang tak pernah Dikta lakukan sebelumnya.
Bagas menghela nafas berat, entah berapa botol yang sudah Dikta habiskan sehingga pria itu mulai mabuk. “Kamu sudah mabuk, sebaiknya kita pulang sekarang!”
“Kenapa harus kamu Delvia, kenapa?” Dikta merancau dengan suara parau, dia benar-benar kehilangan kewarasannya.
“Ayo kita pulang!” Bagas tidak tahan lagi melihat sahabatnya menggila, pria itu menarik paksa Dikta keluar dari bar, meski Dikta sempat memberontak, namun Bagas berhasil memasukkan Dikta ke dalam mobil dan membawa Dikta pulang.
Kepulangan Dikta dan Bagas di sambut oleh Nila, wanita paruh baya itu terkejut bukan main melihat putra keduanya mabuk. “Apa yang terjadi Gas, kenapa Dikta mabuk?” tanyanya cemas, selama hidup dia baru pernah melihat Dikta mabuk.
“Bagas juga tidak tau tante,” jawab Bagas bohong.
“Cepat bawa dia ke kamar!”
“Baik tante!”
Bagas membaringkan tubuh Dikta di atas ranjang, pria itu menatap sahabatnya prihatin.
“Delvi...”
Bagas panik, dia segera membungkam mulut Dikta sebelum Dikta berteriak menyebut nama Delvia di hadapan orang tuanya.
“Delvi? Siapa dia?” Tanya Nila penasaran.
“DELVI CARE STERILE GLOVES LATEX,” sahut Bagas dengan wajah panik. “Itu nama alat kesehatan di rumah sakit tan!”
Untung saja Bagas pintar memberi alasan dan Nila mempercayainya. Jika tidak, akan timbul masalah runyam di dalam keluarga Dikta. “Sadarlah Dikta, berarti dia memang bukan jodohmu!”
Ry dukung Dikta tunggu jandanya Delvi
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada buat Dy
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada bersamanya bkn suaminya
Lagian suaminya sibuk selingkuh sesama jenis
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Suami mana peduli
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Devi di datangi pelakor yg merebut ayah nya lagi
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
jangan sampai Dikta terjerat oleh Hera
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan