"Thank you for patiently putting up with my moods, and being mature as you remind me to be the same. I know that I'm not easy to understand, and as complex as they come. I act childishly and immaturely when I don't get what I want, and it get unbearable. Yet, you choose to gently and patiently chastise me and correct me. And even when I fight you and get mad at you, you take it with no offense, both gradually and maturely."
~Celia
Pertemuan Celia dan Elvan awalnya hanya kebetulan, tapi lambat laun semakin dekat dan menyukai satu sama lain. Disaat keduanya sepakat untuk menjalin hubungan. Tiba-tiba keduanya dihadapkan dengan perjodohan yang telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Apakah mereka akan berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Cincin
..."You are not just my love, you are my life. I cannot imagine living without you." ~Elvan...
Elvan membatalkan pesanannya dan membawa Celia keluar dari restoran. Sesampainya di tempat parkir, Celia memberikan kunci mobilnya kepada Elvan. Celia duduk dikursi penumpang, sedangkan Elvan duduk dikursi kemudi. Elvan mengemudikan mobilnya, dan berbelok ke jalan raya. Mobil melaju dengan lancar. Elvan melajukan mobilnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hanya suara mesin mobil yang terdengar samar. Jalanan pun tampak sepi, tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang.
Celia menyandarkan sikunya ke jendela mobil, menopang dagunya, dan melihat ke kaca depan dengan acuh tak acuh, sesekali melirik ke arah Elvan. Celia menurunkan tangannya dan menatap cincin di jari manis tangan kirinya. Ada cincin di jari manisnya, cincin emas putih yang tidak terlalu mencolok.
Elvan menoleh kearah Celia, tangan kirinya menarik pergelangan tangan Celia, dan tangan kanannya memegang setir.
Celia terkejut dan bertanya, "Elvan, apa yang kamu lakukan?"
"Cincin apa yang kamu suka?" Elvan bertanya, dan pertanyaan Elvan membuat Celia tercengang.
"What?"
"Cincin jenis apa yang kamu suka?" Elvan bertanya tanpa menoleh kearah Celia.
"Cincin? Tunggu sebentar." Celia berpikir sejenak, lalu menoleh ke arah Elvan, "Kamu mau membeli cincin?"
Elvan mengangguk, tanpa mengalihkan pandangannya.
Celia tersenyum dan berkata, "Tidak perlu, aku tidak ingin cincin."
"Memangnya bisa melamar gadis sepertimu tanpa cincin?" tanya Elvan sambil menoleh kearah Celia.
Memanfaatkan lampu lalu lintas, Elvan menghentikan laju mobilnya dan menatap wajah Celia lekat-lekat.
Celia tertawa, dia membalas tatapan mata Elvan. Tangannya menyentuh dagu Elvan, dan berkata, "Sayang, apa yang aku katakan ini serius. Aku tidak ingin cincin. Aku punya beberapa cincin berlian, tapi aku tidak terlalu menyukainya. Hanya cincin ini yang aku pakai, karena cincin ini adalah peninggalan dari almarhum nenek."
Faktanya, Celia tidak berbohong, dan tidak mengada-ada. Dia memang tidak menyukai cincin berlian, lebih tepatnya dia tidak menyukai berlian sama sekali. Dia memakainya hanya karena tuntutan profesinya. Jika bukan karena barang endorse, Celia tidak akan memakainya. Celia lebih suka sesuatu yang sederhana, baginya berlian terlalu mewah.
Tapi Elvan tidak berpikir demikian. Di matanya, penolakan Celia lebih seperti semacam kepedulian terhadapnya. Elvan sadar, penghasilannya memang dibawah Celia, tapi itu tidak masalah. Jika hanya sekedar membeli cincin berlian, Elvan tentu masih sanggup membelinya.
Elvan memunggungi Celia dan melihat ke luar jendela. Elvan mengabaikan apapun yang Celia katakan. Beberapa detik kemudian, lampu lalulintas berganti warna, Elvan segera melajukan mobilnya tanpa menoleh kearah Celia.
Setengah jam kemudian, mereka sampai di lantai bawah apartemen Celia. Celia menoleh kearah Elvan. Elvan mengisyaratkan Celia untuk turun. Celia turun lebih dulu, sedangkan Elvan memakirkan mobilnya di basement.
Elvan memiliki akses ke apartemen milik Celia, jadi dia bisa keluar masuk dengan bebas. Celia tidak perlu membuka pintu. Elvan membuka pintu sendiri dan masuk. Dia berjalan menghampiri Celia yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Apakah kamu masih ingin makan sup buntut?" tanya Elvan sambil mengusap kepala Celia dengan lembut.
Celia menatap Elvan sebentar, lalu mengangguk. Elvan beranjak ke dapur, dan membuka kulkas. Tidak ada bahan makanan di kulkas. Akhirnya Elvan menelepon restoran terdekat dan meminta mereka mengirim makanan sesuai pesanan Elvan. Setelah memesan makanan, Elvan menjatuhkan bobotnya di sofa. Elvan bersandar dan memejamkan matanya untuk beristirahat.
Celia terlalu fokus dengan ponselnya, dia tidak menyadari jika Elvan duduk disebelahnya. Celia meletakkan ponselnya di atas meja. Tangannya terasa pegal setelah hampir satu jam bermain dengan ponselnya. Celia hendak beranjak dari sofa untuk mengambil segelas air, tapi gerakannya terhenti saat melihat Elvan. Celia menatap Elvan sebentar, lalu beranjak dari sofa.
Elvan termasuk light sleeper, dia mudah terbangun dari tidurnya hanya karena gangguan kecil. Elvan terbangun saat mendengar Celia meletakkan ponselnya di atas meja. Melihat Celia beranjak dari sofa, Elvan bertanya, "Mau kemana?"
Celia menoleh kebelakang, dan menghampiri Elvan, lalu duduk di pangkuan Elvan. "Aku haus," jawab Celia sambil menundukkan kepalanya dan melumat bibir Elvan. Elvan akhirnya membuka matanya, dia memeluk Celia dan membalikkan tubuhnya. Sekarang tubuh Celia berada di bawah tubuh Elvan. Elvan membelai pipi Celia dengan lembut, lalu berkata, "Aku lapar." Elvan langsung mencium Celia dengan penuh gairah.
Ding dong...
Suara bel menghentikan aktivitas mereka. "Go. Get the food!" perintah Celia. Celia melepas pagutannya dan menatap lekat wajah Elvan.
"My food is here," ucap Elvan. Elvan kembali melumat bibir Celia.
Celia mendorong tubuh Elvan. "Take the food first. I will wait for you in the room," ucap Celia sambil mengedipkan sebelah matanya.
Elvan tersenyum menyeringai, lalu membuka pintu, dan mengambil pesanannya. Dia meletakkan makanannya di atas meja. Lalu berjalan ke kamar. Celia tidak terlihat di dalam kamar.
"Honey, I'll be with you after I'm done," teriakan Celia terdengar dari kamar mandi.
Celia keluar dari kamar mandi hanya mengenakan bathrobe. Dia berjalan ke ruang ganti, mengambil mini dress tanpa lengan dan memakainya. Rambutnya yang masih setengah basah di biarkan tergerai.
Elvan bersandar di sandaran tempat tidur dan menunggu Celia. Ketika Celia keluar, Elvan tercengang. Dimata Elvan, Celia terlihat begitu menggoda.
Celia mendekati Elvan dan berbisik di telinganya, "Honey, are you hungry?"
Celia naik ke tempat tidur, dan menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh Elvan. Elvan membalikkan tubuh Celia, dan meletakkan tangan kanannya diatas kepala Celia. Tangan kirinya mengambil handuk dan menyeka rambut Celia yang masih setengah basah.
Celia menarik handuk dari tangan Elvan dan membuangnya ke sembarang arah. "Jangan terlalu munafik, aku tidak percaya jika kamu masih punya pikiran untuk mengeringkan rambutku seperti ini."
Celia langsung menarik tengkuk Elvan dan melumat bibir Elvan. Elvan tercengang, tapi kemudian dia kembali sadar dan langsung membalas lumatan bibir Celia. Setelah itu, tidak ada yang berbicara. Hanya terdengar desahan nikmat dari keduanya.
Celia menyandarkan kepalanya di lengan Elvan, lalu mendongak, dan menatap Elvan. Elvan menundukkan kepalanya, dan mencium bibir Celia dengan lembut.
"Honey, I'm hungry," ucap Celia setelah Elvan melepas ciumannya.
Elvan beranjak dari tempat tidur, mengambil pakaian yang tergeletak di lantai, dan memakainya, "Tunggu disini. Aku akan menyiapkan makanan," ucap Elvan sambil mengecup puncak kepala Celia.
Celia mengangguk dan tersenyum.
semangat yaaa kak nulisnya ✨
Mampir juga di karya aku “two times one love”