Srikandi, gadis cantik yang selalu digilai oleh setiap laki laki yang mengenalnya. karena selain cantik dan berasal dari keluarga kaya, Srikandi juga baik hati.
Srikandi memiliki seorang kekasih bernama Arjun, tetapi tanpa sepengetahuan Srikandi ternyata Arjun hanya menganggap dirinya sebagai piala yang dia menangkan dari hasil taruhan saja. Arjun tidak pernah mencintai Srikandi yang dia anggap sebagai gadis manja, yang hanya bisa mengandalkan harta orang tua.
Padahal tanpa sepengetahuan Arjun, Srikandi juga memiliki sebuah bisnis tersembunyi, yang hanya ayahnya saja yang tahu.
Saat Srikandi tahu kebusukan Arjun, Srikandi tidak marah. Srikandi bersikap santai tapi memikirkan sesuatu untuk membalas sakit hatinya. Apalagi hadirnya pria tampan yang mencintai dirinya dengan tulus. menambah lengkap rencana Srikandi.
Arjun harus merasakan juga mencintai tapi tidak di anggap. Arjun harus tahu rasanya patah hati .
ikuti kisah selengkapnya dalam
BUKAN LELAKI CADANGAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Masih di hari yang sama. Di waktu dan jam yang sama.
Srikandi. Wanita itu tersenyum sinis usai menutup room chat nya bersama dengan Arjun.
Membuka kembali aplikasi perpesanan, mencari satu kontak. "Cari semua informasi tentang Arjun Wiwaha. Berikan padaku secepatnya!" Perintah Srikandi begitu mendapatkan kontak yang dimaksud.
Selama ini Srikandi memang tidak pernah mencari terlalu jauh tentang Arjun. Srikandi pernah menyelidiki Arjun, akan tetapi itu hanya sebatas dari mana Dia berasal, tanpa menyelidiki lebih dalam tentang kehidupannya sehari-hari.
Srikandi tahu jika Arjun hanya berasal dari keluarga kelas menengah. Akan tetapi Srikandi tidak memperdulikan hal itu. Karena bagi Srikandi asalkan Arjun tulus padanya itu sudah cukup. Kali ini setelah mendapati kenyataan tentang pengkhianatan Arjun, maka Srikandi ingin mencari tahu segala sesuatu tentang Arjun.
Srikandi mengakui bahwa selama ini dia telah bertindak bodoh, yang mau-maunya menerima Arjun begitu saja hanya berdasarkan perasaan tidak enak, dikarenakan Arjun yang seakan tak lelah untuk menunjukkan ketulusannya. Tanpa mencari tahu dulu seperti apa pria itu. Siapa sangka jika ternyata dia sedang tertipu.
"Aku, seorang Srikandi Wibisana, bisa terkecoh oleh tampang palsu seorang pria? Ini sungguh memalukan!" Srikandi menggeram kesal, hingga tanpa sadar meremas berkas di tangannya yang baru saja diantar oleh sekretarisnya.
*
Sementara itu, di sebuah perusahaan besar, perusahaan pusat Dharmawangsa, yakni perusahaan milik Yudistira Dharmawangsa,
Seorang wanita cantik jelita berjalan melenggang, berlenggak lenggok layaknya seorang foto model yang sedang berjalan di atas catwalk.
Kakinya yang panjang , tubuhnya yang sintal, ukuran pinggul aduhai, yang ikut bergerak naik turun seiring ayunan langkahnya. Kulit yang halus mulus berbalut gaun seksi, yang mencetak setiap lekuk tubuhnya, rambut pirang panjang terurai, leher jenjang, bulu mata lentik, bibir penuh merah merona, Siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona akan kecantikannya.
"Waowww..." Seru seorang karyawan. "Cantik sekali.." ucapnya sambil menyenggol bahu temannya.
"Siapa wanita cantik itu? Apa dia tamu penting di perusahaan ini, lihat bukankah dia terlihat seperti seorang foto model?" Jawab yang disenggol tangannya.
"Kalau aku seorang pria pasti aku sudah jatuh cinta padanya!"
"Ahhh.. aku ingat!" Seru yang lain. "Bukankah dia Parwati Dewi, artis negeri kita yang sukses go internasional?" lanjutnya.
"Ah, iya benar. Itu adalah dia. Demi apa perusahaan kita dikunjungi oleh artis ternama sepertinya?"
"Atau jangan-jangan dia adalah kekasih CEO? Kalian ingatkan beberapa hari ini wajah CEO kita selalu tampak berseri-seri?"
"Wah iya. Tapi mereka berdua memang benar-benar cocok, CEO sangat tampan, dan Nona Parwati ini sangat cantik."
Celetukan demi celetukan terus berdengung, tetapi Si wanita cantik terus saja melenggang, seolah apa yang didengarnya adalah hal yang biasa baginya. Kecuali senyum yang tersungging di bibirnya, mendengar bahwa dia dikatakan cocok dengan CEO Yudistira.
"Aku ingin bertemu dengan Yudistira, apa dia ada?" Tanya wanita cantik itu, yang memang adalah Parwati Dewi, saat dia sampai di meja resepsionis.
Resepsionis sejenak diam karena terkagum akan kecantikan tamunya. Itu adalah salah satu artis idolanya, boleh tidak kalau dia ingin meminta tanda tangan? Akan tetapi sekejap kemudian segera menguasai diri. Dia sedang dalam tugas.
"Apakah Nona Parwati sudah ada janji dengan Tuan Yudistira sebelumnya?" Tanya resepsionis itu.
"Aku ini adalah tunangannya." Parwati berucap lembut. "Apa iya aku harus membuat janji untuk bertemu dengan tunanganku?" Tertawa seolah merasa ada sesuatu yang lucu.
Resepsionis di hadapannya benar-benar terpana, gerakan tertawanya yang renyah sambil menutup mulut dengan jari-jari sungguh terlihat seperti slow motion. Benar-benar seperti adegan film yang sering dia lihat di layar kaca.
Dan sekarang dia mendengar bahwa wanita yang saat ini berdiri di hadapannya adalah tunangan dari CEO mereka. Akan tetapi di perusahaan ini ada aturan.
"Maaf sebelumnya Nona Parwati, tetapi memang aturan di perusahaan ini seperti itu. Bahkan Tuan Darmawangsa pun harus membuat janji sebelum bertemu dengan Putra beliau." Resepsionis menjelaskan setelah dia terbebas dari ke-terpukauannya.
Mendengar ucapan resepsionis Parwati Dewi menghentikan gerakan tawanya. "Kalau begitu buatkan aku janji ketemu dengannya!" Ucapnya dengan nada datar.
Sejenak sekretaris terkesiap, senyum yang dan tawa yang dia lihat barusan telah hilang sirna. Berganti dengan wajah lain yang sama sekali jauh berbeda.
"Maaf, Nona Parwati. Akan tetapi tidak bisa membuatkan Anda janji dengan CEO secara mendadak. Apalagi saat ini CEO sedang ada rapat penting." Terang sekretaris itu lagi.
"Aku adalah tunangannya, wanita yang dicintainya. Jika sampai aku mengadukan apa yang kau lakukan ini, maka kau akan sangat menyesal pernah bertemu denganku lalu membantah perintahku!" Parwati Dewi berbicara sambil mencengkeram pergelangan tangan resepsionis. Jangan lupakan juga sorot matanya yang membara menahan amarah.
"Aku akan menandai wajahmu ini. Nanti setelah aku menikah dengan Yudistira, kau orang yang pertama kali akan aku singkirkan!" Lanjut Parwati Dewi.
"Nona Parwati, Saya akan mengantar Anda ke ruang Tuan Yudistira." Resepsionis yang satu lagi menengahi dengan mengajukan diri. "Anda bisa menunggu Tuan CEO di sana." Lanjutnya.
Resepsionis itu pun segera berjalan keluar dari balik meja tempatnya bekerja, lalu menghampiri Parwati Dewi.
"Apa yang akan kau lakukan ini, Kikan? Kau lupa dengan peraturan di sini?" Resepsionis pertama menegurnya.
"Nona Parwati Dewi ini adalah tunangan CEO, Mentari. Jadi CEO tidak akan marah, justru beliau akan bahagia jika setelah selesai rapat dan tunangannya berada di ruangannya." Kikan tidak memperdulikan nasehat temannya.
Mentari menggelengkan kepalanya. Entah kenapa dia merasa Kikan akan berada dalam masalah.
"Ah, kakak kau baik sekali. Aku pasti akan selalu mengingat kebaikanmu ini." Suara Parwati sudah kembali seperti sebelumnya.
"Terima kasih, Nona Parwati." Ucap Kikan.
Keduanya segera akan berlalu dari tempat itu, tetapi kemudian Parwati kembali membalikkan badan, menghampiri Mentari.
"Bagaimana aktingku barusan Kakak Mentari? Apakah itu cukup bagus?" Parwati bertanya sambil tertawa ceria. "Ah, atau jangan-jangan Kak Mentari menganggap aku bersungguh-sungguh marah ya? Kena kau Kak, aku kerjain" Lagi-lagi Parwati berbicara sambil tertawa ceria sambil membalikkan badan dan berlalu dari tempat itu bersama dengan Kikan.
"Akting?" Gumam Mentari. "Jadi itu tadi hanya akting? Tapi kenapa aku tidak merasa kalau dia sedang berakting. Aku benar-benar melihat sorot lain dari matanya tadi."
Mentari masih bergumam dalam hati, dengan pandangan matanya yang tak lepas dari punggung Parwati Dewi dan Kikan yang semakin menjauh. Memperhatikan pergelangan tangannya yang tadi dicengkeram oleh Parwati Dewi. Itu bahkan masih menyisakan rasa sakit dan kini membekas meninggalkan warna merah.
Parwati Dewi dan Kikan telah berada di depan ruang CEO. Tidak ada sekretaris di depan, karena dia pasti sedang mengikuti sang CEO di ruang meeting.
"Nona Parwati bisa menunggu di dalam ruangan." Ucap Kikan sambil membukakan pintu.
"Terima kasih, Kak Kikan!" Ucap Parwati sambil menepuk-nepuk name tag yang tersemat di dada Kikan. "Aku pasti akan mengingat Kakak. Sekarang Kakak boleh kembali turun." Ucap Parwati kemudian masuk ke dalam dan menutup pintu.
"Ruangan ini sangat luas dan mewah." Parwati bergumam sambil memindai ruangan di mana kini dia berada. Berjalan menuju sofa panjang kemudian menghempaskan bobot tubuhnya di sana.
"Hufhhh... Hampir saja aku kelepasan. Resepsionis yang satu itu sangat menyebalkan. Aku akan menandai wajahnya, Dan Dia akan menjadi target pertamaku setelah aku menikah dengan Yudistira nanti."
S pcundang ga tau kl orng yg dia cari trnyta bos,pke nyolot sgla lg....mnta d tndang kli tu smp k laut....
Mngkn dia nyuri krna bnr2 ga pnya uang,trs mst ngsih mkn ank2nya d rmh....untng ada yudistira yg nolongin...
bnrn yudistira yg jd dktr.....
Duuhh....kl srikandi jdian sm dia,bruntung bgt....udh baik,kya rya,pduli sesama jg....d jmin bkln bhgia kl hdp sm dia....
Btw,tu nnek shir msh ngeyel aja....
tar mlah blik k dri sndri....