Akibat trauma masa lalu, Chaby tumbuh menjadi gadis yang sangat manja. Ia hidup bergantung pada kakaknya sekaligus satu-satunya keluarga yang peduli padanya.
Di hari pertamanya sekolah, ia bertemu dengan Pika, gadis tomboi yang mengajaknya loncat pagar. Kesialan menimpanya, ia tidak tahu cara turun. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Disaat yang sama, muncul pria tampan bernama Decklan membantunya turun.
Decklan itu kakaknya Pika. Tapi pria itu sangat dingin, dan suka membentak. Tatapan mengintimidasinya selalu membuat Chaby menunduk takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
"KAKAK TOLONGIN!"
Teriakan panik Pika membuat Decklan menghentikan kegiatan membacanya. Ia bisa membedakan mana tindakan Pika yang pura-pura dan mana yang sungguhan, pria itu berdiri dan berjalan cepat keruang nonton. Pandangannya lurus kepada dua adiknya yang sedang memegangi Chaby dengan ekspresi panik. Wajahnya beralih ke gadis itu dan berlari cepat untuk memeriksa keadaannya.
Walau Decklan tidak bercita-cita menjadi dokter, ia cukup tahu ilmu kedokteran. Ia mengangkat sedikit tubuh Chaby dan menyandarkan kepalanya dipahanya untuk memeriksa gadis itu. Mulai dari menyentuh dahinya, tangannya, memeriksa mulut dan matanya, sampai leher gadis itu yang mulai timbul ruam. Pria itu berpikir sejenak dan mengingat perkataan Pika dimeja makan tadi.
"Seingat gue lo alergi ayam deh."
Alergi.
Batin Decklan. Dahinya berkerut menatap Chaby lekat-lekat. Artinya gadis ini memang alergi ayam, ia mendengus pelan. Udah tahu alergi masih dimakan, dasar bodoh. Makinya dalam hati.
Pandangannya beralih ke Pika.
"Lo ambilin salep sama obat alergi dilaci meja gue." perintahnya.
Pika yang mendengar hanya mengangguk mengiyakan dan cepat-cepat berlari menaiki tangga saking paniknya.
"Kak Chaby nggak kenapa-napa kan kak?" tanya Gatan. Decklan mengangguk mengiyakan.
Tatapannya tetap lurus ke Chaby yang terlihat lemas. Seluruh tubuhnya berkeringat dingin dan badannya menggigil. Tanpa pikir panjang cowok itu menariknya ke dalam pelukannya, mungkin dengan begitu gadis itu akan merasa sedikit lebih nyaman. Tangannya mengusap-usap kepala gadis itu dan mengeringkan keringatnya dengan tangannya. Tak lama kemudian Pika muncul dengan nafas terengah-engah.
"Ini salep sama obatnya." ujarnya menyodorkan salep dan obat ke Decklan. Setelah diambil oleh kakaknya, gadis itu mengatur nafasnya yang masih ngos ngosan.
Pandangannya tak lepas dari Decklan yang mulai mengolesi leher Chaby dan beberapa area sekitar wajah gadis itu dengan saleb. Selesai itu ia mengeluarkan sebutir obat dan memasukkannya ke mulut gadis itu tak lupa memberinya air minum yang kebetulan ada didekat meja. Beberapa menit kemudian mata Chaby tertutup dengan kepala tersandar di dada bidang Decklan.
"Dia kenapa kak?" tanya Pika penasaran.
"Tidur." sahut Decklan singkat, perhatiannya masih fokus pada adik kelasnya itu.
"Ohh, emang Chaby kenapa?" tanyanya Pika lagi.
"Alergi." sahut pria itu tak ada lembut-lembutnya.
Alergi? Pika berpikir sejenak mengingat-ingat apa yang dimakan Chaby tadi.
"JADI DIA BENERAN ALERGI AYAM?"
Teriakan gadis itu membuat gendang telinga Decklan dan Gatan sakit. Decklan menatap gadis itu dengan wajah dongkol.
"Kak Pika gak usah teriak-teriak gitu, telinga Gatan sakit nih." cetus Gatan mengelus-elus telinganya. Pika malah cengengesan.
"Maap-maap." ujarnya mengacak-acak rambut Gatan sayang.
Pandangannya berpindah ke Chaby yang ketiduran. Awas aja kalau gadis itu bangun, ia pasti akan memarahinya habis-habisan. Sudah tahu alergi, masih bersikeras mau makan ayam.
"Bawa kekamar aku aja kak, biar Chaby bisa enakan tidurnya." katanya kemudian ke Decklan yang balik ditatap tajam cowok itu. Pika mengartikan tatapan kakaknya itu seperti, "Lo berani nyuruh-nyuruh gue?"
Gadis itu hanya menyengir menatap kakaknya.
"Ya kan aku gak sekuat kakak, nggak bisa gendong Chaby." ucapnya hati-hati.
Pandangan Decklan kembali ke Chaby yang terlihat pulas dan damai. Sudut bibirnya terangkat membentuk seulas senyum tipis, sangat tipis sampai-sampai Pika dan Gatan tidak bisa menyimpulkan kalau itu sebuah senyuman atau dengusan. Setelah puas memandangi gadis itu, ia menggendongnya, melangkah menaiki tangga ke lantai atas.
Pika senyum-senyum sendiri mengamati dua makhluk itu dari belakang.
Hari ini adalah pertama kalinya, tidak tidak. Sudah tiga kali ia melihat Decklan menggendong cewek, cewek yang sama pula. Bahkan ia tak pernah digendong kakaknya itu. Ada perasaan iri dalam hatinya tapi tidak apa-apa, selagi cewek itu adalah Chaby sahabatnya, ia malah merasa senang.
Tanpa pikir panjang ia buru-buru mengeluarkan hpnya dan memotret Decklan bersama Chaby untuk dijadikan moment. Ia cepat-cepat menyimpan hp itu ketika kakaknya berbalik dan menatapnya curiga.
"Kenapa?" tanyanya sok polos.
"Bukain pintu."
Pika menatap ke kanan kiri dan menyadari ternyata mereka sudah ada didepan kamarnya. Ia cepat-cepat membuka pintu kamarnya supaya pria itu bisa masuk.
Decklan menghentikan langkahnya sejenak dan menggeram kesal melihat kamar Pika yang amat berantakan. Tempat tidurnya tak ada seprai dan diatasnya dipenuhi dengan barang-barang. Cat-cat buat lukis juga berserakan dimana-mana. Bagaimana bisa seseorang tidur dikamar hancur kayak begitu. Cowok itu melirik adiknya dengan wajah gondok, tangannya mulai keram karena dari tadi menggendong cewek yang ketiduran seperti babi ini.
"Hehe. Aku lupa kamarku belom dirapiin." ucap Pika cengengesan.
"Ijinin Chaby tidur dikamar kakak bentar ya sampe aku selesai rapiin kamar aku." tambahnya dengan wajah memelas. Decklan hanya menatapnya datar lalu berbalik keluar tanpa berkata apa-apa.
"CHABYNYA JANGAN DIAPA-APAIN YA KAK."
teriaknya padahal jarak mereka belum jauh. Decklan menahan kekesalannya untuk yang kesekian kalinya. Ingin sekali ia melempar cewek itu jauh-jauh supaya tidak ada lagi pengganggu.
"Jangan samain gue sama mantan lo."
tekannya tegas lalu lanjut berjalan.
Kali ini giliran Pika yang berubah dongkol. Ia tidak suka mendengar ada yang mengungkit-ngungkit mantannya lagi, membuatnya tambah kesal saja. Untung kakak, kalau orang lain pasti sudah ditonjoknya.
😭😭😭😭😭😭