Pernikahan yang sejatinya diinginkan seumur hidup sekali akhirnya kandas juga oleh sebuah pengkhianatan.
Di hari ia ingin memberikan sebuah kejutan anniversary yang ke 2 dan memberikan kabar tentang kehamilannya, Sita melihat sang suami Dani tengah mengerang nikmat di atas seorang perempuan yang tidak lain adalah sekretarisnya.
Hancur hatinya, namun ia memilih tegar. Meminta perceraian walau tidak mudah.
Hidup sebagai single mom membuat Arsita Ayuningrum tidak lagi percaya cinta dan fokus ke putra semata wayang nya Kai.
6 tahun berlalu, dan di saat tak terduga ia bertemu kembali dengan Dani Atmaja, sang mantan suami. Dani meminta Sita kembali, akankah Sita mau menerima mantan suami yang telah menghianatinya kembali? Akankah Kai Bhumi Abinawa mau menerima daddy nya?
Disaat bersamaan ada seorang pria single yang begitu tulus tengah berusaha mengambil hati Sita dan Kai. Pria itu bernama Raden Rama Hadyan Joyodiningrat.
Akankah Sita kembali kepada Dani, atau malah menerima Rama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Pelan-Pelan Saja
Stasiun kereta api kota J pukul 16.30. Sita, Kai, dan Bi Surti sudah sampai. Sejenak Sita berhenti untuk mengambil nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan.
Huuuuuuuf…...fuuuuuuuuuh
Selamat datang kembali kota J, kota dimana banyak kenangan. Kenangan indah dan tentu saja kenangan buruk kota yang masih meninggalkan sebuah trauma untukku. Hufttt… semoga aku bisa lebih kuat menghadapinya, aamiin, Sita bermonolog.
Mereka kemudian berjalan ke luar peron dan memanggil taksi online untuk mengantar ke rumah yang akan mereka tempati.
Sepanjang jalan semuanya menatap keluar jendela. Bagi Sita dan bi Surti, mereka masih tidak menyangka akan kembali lagi ke sini. Bagi Kai dia sangat antusias dengan kota ini. Banyak sekali hal yang dinantikan. Diantaranya apa yang akan daddy nya lakukan jika mereka bertemu, dan dia sangat menantikan pertemuannya dengan Rama, orang yang telah mengantarkannya dan menyambutnya lahir ke dunia ini. Kai tersenyum misterius, entah apa yang saat ini direncanakannya hanya ia yang tahu.
Mereka bertiga tercengang melihat rumah yang akan mereka tempati yang katanya rumah dinas itu. Sita sedikit curiga tapi dia menepisnya, namun tidak dengan Kai. Pasti ini bukan rumah dinas. Mana ada rumah dinas sebesar ini, nanti aku harus mencari tahunya, batin Kai sambil menelisik setiap penjuru rumah.
"Oh iya barang-barang kita masih di jalan. Paling sampai nanti malam. Kita pesan makanan antar saja ya. Kalau mau masak udah capek juga" Sita menurunkan tas yang ia bawa di dapur. Di sana ada sebuah meja kursi dan kitchen set jadi mereka bisa duduk disana sambil menunggu.
Bi Surti dan Kai mengangguk patuh. Sita pun memesan beberapa makanan untuk makan malam mereka. 30 menit berselang akhirnya pesanan mereka pun sampai. Tanpa banyak bicara mereka makan dengan lahap, dan kemudian mengistirahatkan diri mereka sejenak menunggu magrib.
...****************...
Di apartemennya Rama benar-benar dilanda galau. Galau apakah akan menemui Sita dan Kai saat ini juga atau menunggu besok. Rama mondar-mandir tidak jelas seperti setrikaan.
"Bos, kenapa gitu mondar mandir nggak jelas?"
Rama terlonjak kaget tiba-tiba melihat Roni berada di depannya saat ia membalikkan badan.
"Kampreeeet...sialaaan… sejak kapan kau disitu Ron. Ya Allaah macam hantu saja kau Ron. Datang tak diundang pulang tak diantar. Lagian kenapa kamu masuk nggak ketuk pintu dulu sih. Bikin aku kaget setengah dead…"
"Laaah Bos, saya tuh dah ketuk pintu sampe tangan saya merah-merah. Nih lihat. Bos aja nggak denger. Malah bolak-balik kayak setrikaan. Lama-lama tuh lantai licin bos." Roni pun memperlihatkan tangannya.
"Haaaah… Ron. Lantai emang udah licin kali…." Rama mulai gemas dengan tingkah sang aspri.
"Oh ya… ngapain kamu malam-malam ke sini. Emang nggak ada yang bisa kamu lakuin di rumah, ngelonin bini gitu."
"Yak inilah bos yang bisanya nyindir. Sudah tau jomblo malah disuruh ngelonin bini. Bini orang ada, tapi ntar digebukin. Ahh sudah,,,, bos ini mendesak. Kalau tidak mendesak juga saya nggak akan kesini malem-malem. Itu bos untuk ekspor barang kita besok , ada masalah di pelabuhan. Ada beberapa oknum yang menghambat. Biasa bos pungli jadi barang kita masih tertahan di sana belum bisa berangkat."
"Haah selalu. Kenapa selalu begitu ya. Oke oke besok kita bakalan bahas masalah ini. Kita harus selidiki secara rinci. Aku merasa ada pihak yang terkait di perusahaan. Karena para oknum itu selalu pas dengan jadwal ekspor kita, kali ini kasih aja yang mereka minta, biar barang kita tidak terlambat."
"Siap bos laksanakan. Terus ngapain itu bos mondar mandir gak jelas."
"Brengsek kau Ron." Rama mengumpat kesal. Asprinya ini selalu berhasil membuatnya kesal dengan celetukan-celetukannya.
"Oh iya bos, bukannya Bu Sita seharusnya sudah sampai ya. Oh jangan jangan bos lagi galau apakah mau nyamperin bu Sita sekarang apa enggak. Wkwkwkkw ketebak banget sih bos."
Wajah Rama bersemu merah. Roni lagi-lagi bisa menebak apa yang dia pikirkan saat ini. Entah apapun yang mengenai Sita selalu mengganggu pikirannya, terutama hatinya dan Roni selalu bisa mengetahuinya. Heeeh, janda satu ini bukan sembarang janda memang. Selalu bisa membuat hatiku berantakan, gumam Rama.
"Saran saya ya bos. Besok saja nyampernya sambil bawa makanan dan bantu beres-beres. Kalo sekarang kesannya terburu-buru. Kelihatan banget bos mau ngejar doi." Roni melanjutkan ucapannya tadi.
"Ehem… Ron, sepertinya akhir-akhir ini kau banyak sekali bicara ya. Ku rasa pekerjaanmu kurang sehingga kau bisa memikirkan segala hal. Kayaknya kau cocok jika ku kirim ke tambang batu bara di pelosok Kalimantan sana untuk mengawasi para pekerja di sana."
Gluk…. Roni menelan salivanya kasar. "Maaf bos, sepertinya saya harus mulai menyelidiki oknum di pelabuhan. Misi bos. Selamat istirahat bos. Selamat malam." Roni pun langsung kabur keluar dari apartemen Rama dengan kekuatan penuh. Bahaya, ancaman bos menakutkan, untung langsung kabur secepat kilat. Kalau udah ngomongin Bu Sita tingat sensinya naik jadi level setan, batin Roni sambil memasuki lift.
Di dalam apartemen Rama menimbang usul Roni, ia pun bermonolog sambil menatap pemandangan malam dari balik jendela apartemennya " Benar juga kata tuh bocah. Kalau malam ini aku langsung kesana kesannya terlalu terburu-buru dan Sita tidak suka dengan pria yang agresif. Lebih baik besok saja. Memang harus pelan-pelan saja untuk ngedapetin hati wanita yang pernah tersakiti karena cinta dan pria. Hais… sepertinya usahaku untuk mendapat hatinya tidak akan mudah. Harus meyakinkan Sita bahwa laki-laki tidak semuanya sama."
Rama sudah tau tentang masa lalu Sita, ia menyuruh Roni untuk menyelidikinya. Ternyata berita yang sedang viral mengenai pengusaha yang diselingkuhi istrinya itu adalah Dani Atmaja. Dan ternyata Dani Atmaja itu adalah orang yang sama, yakni mantan suami Sita. Mereka bercerai karena Dani berselingkuh dengan istrinya yang sekarang yang dulu adalah sekretarisnya, Dani juga tidak pernah muncul saat proses kehamilan dan melahirkan anak nya. Bahkan sampai sekarangpun Dani tidak tahu bagaimana kabar dan rupa sang putra.
"Haaaah….. Kenapa ada laki-laki seperti itu di muka bumi ini. Menyia-nyiakan istri yang begitu baik dan cantik, apalagi sedang hamil darah dagingnya. Apa dia nggak ada rasa sayang atau empati dikit aja ya sama istrinya waktu itu, rasanya begitu heran. Rasanya ingin kutenggelamkan laki-laki seperti itu ke dasar kerak bumi. Dan si perempuan kok ya bisa-bisanya gitu loh. Emang stok cowok single di negara ini sudah menipis ya sampai ngambil laki orang, memang manusia-manusia lucknut. Jadi keinget Kai, gimana ya kalau dia tahu bapaknya sebejat itu. Haish…. Anak yang malang". Rama kembali bermonolog.
Rama tampak lelah sekali padahal dia tidak melakukan aktivitas berat, hanya saja dia berpikir berat. Benar-benar harus pelan-pelan untuk mendekati single mom itu. Rama tidak mau mengambil resiko jika nanti Sita tidak nyaman dan malah menjauh darinya.
TBC