Tak perlu menjelaskan pada siapapun tentang dirimu. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak akan mempercayainya.
Dalam hidup aku sudah merasakan begitu banyak kepedihan dan kecewa, namun berharap pada manusia adalah kekecewaan terbesar dan menyakitkan di hidup ini.
Persekongkolan antara mantan suami dan sahabatku, telah menghancurkan hidupku sehancur hancurnya. Batin dan mentalku terbunuh secara berlahan.
Tuhan... salahkah jika aku mendendam?
Yuk, ikuti kisah cerita seorang wanita terdzalimi dengan judul Dendam Terpendam Seorang Istri. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author ya, kasih like, love, vote dan komentarnya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap ujian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTSI 1
"Kalau gak punya uang, gak usah pegang pegang. Makanya, jadi orang itu kerja, jangan cuma menadahkan tangan saja bisanya. Dasar b**i, pemalas." Hina Wandi kepada Ningsih. Ningsih adalah wanita yang dia nikahi lima tahun yang lalu. Wanita pendiam dan seorang pekerja keras. Ningsih memang berasal dari keluarga sederhana, dan Wandi tau itu semua. Ningsih pikir Wandi adalah laki laki yang baik, karena dia sangat pendiam. Tapi ternyata dia hanyalah laki laki kejam yang tak punya perasaan. Selama menikah dengan Wandi, hidup Ningsih bak di neraka, menderita dan selalu tersiksa fisik maupun batin.
"Aku ini istrimu, mas. Tak sepantasnya kamu bicara seperti ini padaku. Lihatlah, banyak orang yang memperhatikan ke arah kita. Kenapa kamu senang sekali menghinaku di depan banyak orang?" Sahut Ningsih dengan dada yang sesak, matanya sudah memerah. Bukan kali ini saja, Wandi sudah berkali kali mempermalukannya di hadapan banyak orang.
"Kenapa, malu? Kenyataan kok, kamu memang pemalas. Kalau mau beli ini itu ya kamu kerja. Jangan harap aku akan membelikan kamu baju di mall ini. Aku ngajak kesini, cuma mau beli celana buatku sendiri. Paham?" Sahut Wandi tak berperasaan. Ningsih yang sudah terlanjur sakit hati, memilih pergi meninggalkan Wandi dengan air mata yang tak bisa dibendung lagi. Rasa sakit hatinya sudah melebihi rasa malu yang harus dia tanggung akibat kelakuan suaminya. Ningsih menggandeng Salwa untuk menjauh dari Wandi.
"Kita mau kemana, Ma?"
Salwa menatap kasihan kepada ibunya.
"Kita pulang ya, nak. Gak papakan kalau gak jadi jalan jalan?" Sahut Ningsih dengan suara bergetar dan air matanya yang masih berjatuhan.
"Gak papa kok, ma. Mama jangan nangis lagi, kita pulang saja, jalan jalannya nanti saja kalau mama sudah punya uang." Balas Salwa si gadis kecil yang memiliki sifat seperti Ningsih.
"Maafin mama ya, nak. Semoga ini segera berlalu, mama janji akan cari pekerjaan setelah ini. Doakan mama sayang, semoga mama bisa terus membahagiakan Salwa." Sahut Ningsih dengan dada yang kian sesak.
"Salwa akan terus berdoa untuk mama. Sudah, mama jangan nangis lagi. Salwa beneran gak papa kok, kita pulang dan buat mie goreng yuk, ma. Salwa lapar." Sahut Salwa sambil meringis, Ningsih semakin sesak, merasa tak bisa memberikan yang terbaik untuk putrinya.
"Iya sayang, tapi kita pulangnya naik ojek saja ya." Sahut Ningsih dengan menghapus air matanya. Mencoba untuk kuat, agar bisa menjadi sandaran dan pelindung untuk anak perempuannya.
"Loh, kok sudah pulang, dimana Wandi?" Sambut Yati, ibu dari Ningsih.
"Masih di jalan, Bu. Aku masuk ke dalam kamar dulu ya Bu." Balas Ningsih yang tak mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Takut menjadi beban pikiran ibunya yang sudah sering sakit-sakitan. Sebisa mungkin, Ningsih selalu berusaha untuk memendam semua masalahnya sendirian.
"Nek, aku lapar. Mau makan sama mie goreng." Salwa meminta Yati untuk membuatkan mie goreng.
"Yasudah, Salwa tunggu sebentar ya, nenek akan buatkan mie kesukaan Salwa." Jawab Yati lembut sambil mengusap kepala cucunya sayang.
"Salwa ikut ke dapur sama nenek saja." Sahut Salwa yang langsung mengekor di belakang neneknya, Yati hanya tersenyum melihat tingkah lucu cucu satu satunya itu. Yati sangat menyayangi Salwa.
"Salwa, kenapa Salwa pulang hanya sama mama saja, Ayahmu kemana?" Tanya Yati yang masih penasaran.
"Ayah jahat, tadi ayah sudah marah marah sama mama waktu di mall. Katanya mama itu pemalas dan b**i. Kasihan mama, nek. Mama sedih karena malu dilihatin banyak orang." Cerita Salwa yang langsung membuat Yati emosi.
"Keterlaluan kamu, Wandi. Lihat saja kalau kamu pulang nanti." Gumam Yati di dalam hatinya, tidak terima kalau sang anak dipermalukan sangat rendah oleh menantunya.
"Makan yang banyak, mie nya dihabisin, biar cepat besar." Yati menaruh satu piring mie goreng lengkap dengan telur ceplok dihadapan cucunya. Salwa langsung memakannya dengan lahap. Karena dia sudah sangat kelaparan, berharap saat jalan jalan sang ayah akan mengajaknya makan di tempat yang enak. Tapi justru hanya mempermalukan mamanya.
*************************
Sedangkan di lain tempat, nampak Wandi tengah memilih milih baju dan celana. Tak perduli sama sekali akan sakit hati istrinya ulah dari perbuatannya. Wandi terlalu angkuh dan kejam dalam memperlakukan Ningsih selama ini.
Saat asik memilih baju, ponsel Wandi berbunyi nyaring. Dengan senyum mengembang Wandi langsung mengangkat telpon tersebut setelah tau siapa penelpon nya.
"Hallo sayang, kangen ya?" Sambut Wandi dengan terkekeh kepada wanita yang menelponnya.
"Kamu kapan balik ke Surabaya, mas? Awas ya, kalau kamu sampai lama lama dan menghabiskan uang kamu buat istrimu yang jelek itu." Sahut Irma, wanita selingkuhannya Wandi di Surabaya.
"Enggaklah sayang, aku itu sudah jijik sama si Ningsih itu, sudah jelek bau lagi. Besok aku akan balik ke Surabaya. Mau dibelikan oleh oleh apa, kebetulan aku sedang jalan jalan di mall nih." Balas Wandi dengan jumawa.
"Kamu di mall, mas. Sama istrimu itu?
Keterlaluan kamu ya, mas. Disana senang senang sama istrimu, aku disini kamu suruh menunggu saja. Awas kamu mas, aku gak akan kasih kamu, kalau kamu minta jatah ke aku. Minta dilayani istrimu sana." Sungut Irma dengan dada kembang kempis karena cemburu.
"Sabar dong sayang, mas itu sendirian di mall. Mana mau aku jalan sama perempuan jelek kayak Ningsih, yang ada bikin malu saja." Sahut Wandi cepat, agar selingkuhannya tidak marah marah.
"Oh, kalau begitu aku mau kamu belikan kaos sama sepatu yang bagus. Tapi beneran ya, kamu tidak sedang bersama istrimu yang buluk itu?" Sahut Irma bersungut-sungut.
"Beneran sayang, kalau sama dia mana mungkin aku bisa bicara bebas kayak gini sama kamu. Yasudah, aku akan belikan apa yang kamu mau. Tapi janji, nanti pas aku balik ke Surabaya, aku mau kamu kasih service yang kayak biasanya." Sahut Wandi dengan terkekeh mesum.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Sahabat Benalu
Novel Tamat
#Anak yang tak dianggap
#Tentang luka istri kedua
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
#Ganti istri [Tamat]
#Wanita sebatang kara [Tempat]
#Ternyata aku yang kedua [Tamat]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
gabung bcm yu
..
follow me ya thx