"Kaiden?"
Savira Azalea biasa dipanggil Zea, umurnya 21 tahun lebih berapa bulan. memilih merantau ke kota demi meninggalkan keluarga toxic nya, Zea justru bertemu kembali dengan mantan pacarnya Kaiden, sialnya Kaiden adalah anak dari majikan tempat Zea bekerja.
"Zea, kamu mau kan balikan lagi sama aku?"
"enggak Kai, aku gak bisa kita udah berbeda"
"enggak Ze, enggak!. kamu tetep Zea-nya Kaiden. gadis yang aku cintai sedari dulu. kamu dan hadirnya berarti dalam hirup aku Ze"
"kisah kita memang indah, tapi tidak untuk diulang"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nsalzmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Lima belas menit, mobil Range Rover berwarna putih milik Kaiden memasuki parkiran luas salon kecantikan milik mamanya. Wajahnya terlihat begitu cerah, ah sungguh Kaiden akan berterima kasih pada Vandra. Terkhusus hari ini Kaiden akan meneriaki nama Vandra sebagai abang terbaik.
Pintu kaca didorong dari luar, Kaiden melangkah masuk, dari banyaknya wanita yang menatap kearahnya dengan penuh kagum, Kaiden tertarik pada satu wanita yang sama sekali tidak meliriknya. Siapa lagi kalau bukan Zea.
"Udah selesai?" tanya Kaiden yang duduk di sofa berwarna merah muda di belakang Zea.
Zea tak menjawab, entah apa yang ia rasakan. Dia juga bingung, kenapa rasanya setiap dekat, ataupun cuman mencium parfum Kaiden, ia sudah spot jantung.
Kaiden melangkah mendekat, ia memegang bahu Zea, sedikit menunduk dan berbisik, "Ze, kamu cantik."
Tubuh Zea bergetar, bukan senang dipuji seperti itu, tapi nada bicara Kaiden membuat bulu kuduk nya berdiri, merinding.
Zea menatap lurus kedepan, ada sebuah cermin besar, yang bisa melihat dimana Kaiden sedang tersenyum, ah manis sekali.
Drttt.... Drtttt....
Ponsel milik Kaiden bergetar lama, ada telepon masuk. Ia membungkuk lagi dan berbisik, "Buk, bapak angkat telpon dulu ya." pamitnya yang langsung keluar
Wajah Zea memanas, ah itu panggilan mereka sewaktu berpacaran. Dibilang alay, ia memang alay. Tapi dulu itu adalah panggilan kesayangan mereka berdua.
"Cita-cita kamu jadi apa Ze?"
"Cita-cita ku? Emm.... Aku pengen jadi ibu Bhayangkari."
"Oke kalau gitu aku harus jadi abdi negara ya."
"Ya itupun kalau kamu yang jadi jodoh aku."
"Oh itu mah pasti Ze, doain ya."
Sejak saat itu Kaiden selalu memanggil Zea dengan panggilan Ibu, dan dirinya Bapak. Keduanya memiliki janji, akan selalu bersama. Diumur Zea yang masih 16 tahun, ia tidak memiliki gambaran kehidupan kedepannya. Mereka berdua yakin bahwa mereka akan bersatu.
Tapi semesta memisahkan mereka berdua, sekarang yang ada tinggallah kenangan. "Ze kalau suatu hari nanti kita gak ketemu, dan kita dipertemukan lagi, kamu bakalan tetep mau sama aku kan Ze, sekalipun nanti aku gak jadi Polisi.". Ucap Kaiden sehari sebelum akhirnya berpisah.
Kepingan masa lalu melambang di awang-awang, "Indah banget kita dulu Kai." Batin Zea
Ia mendongak, menatap langit-langit ruangan yang serba merah muda itu agar air matanya tidak menetes.
"Non, sudah selesai ya." ucap seorang nailist yang sedari tadi duduk dibawah Zea.
Zea mengangkat tangannya, memperhatikan kukunya, yang sudah diberi warna merah marun, "Kok bisa mengkilat gini mbak?" Zea bertanya.
Nailist tadi tertawa pelan, "Non baru pertama kali ya?"
"Iya baru pertama." Suara ngebas yang menyahuti pertanyaan nailist tadi. Buka Zea, tapi Kaiden yang menjawab
Kaiden menyentuh bahu Zea, "Udah kan? Ayo pulang." Ajaknya lembut dan diangguki Zea.
"Makasih ya mbak." Pamit Zea yang membuat nailist tadi menatap penuh bingung, "Nona itu pacarnya mas Vandra kan." ucapnya sambil mengetuk-ngetuk jarinya di dagu
Brak
Pintu mobil ditutup pelan setelah Zea masuk kedalam. Kaiden yang membukakan.
Zea menatap kagum pada interior mobil milik Kaiden, ah pasti mahal.
Cup
Kaiden mencium kening Zea pelan, "Emm wanginya." ucapnya saat merasakan wangi rambut Zea yang berbeda.
Zea melotot kaget, ia langsung mendorong dada Kaiden, "Bisa gak usah begitu!" ketus Zea yang mengalihkan tatapannya
"Salah sendiri malah bengong, aku tahu aku ganteng, tap-"
"Huekkk...."
"Masih gantengan mas Vand- mphhh."
Kaiden melepas tautan yang memang sebentar, ia mengelus bibir yang asli berwarna merah muda, manis sekali. "Jangan ngomong gitu lagi Ze, aku gak suka kamu muji orang lain didepan aku." ucapnya lirih
"Memang gantengan mas Van- Mphhh... Ah... Kai... Ahhh...."
Kaiden melubat bibir Zea, menekan tengkuk nya dengan tangan untuk menahan ciuman yang panas ini. Hasrat nafsunya melambung tinggi saat melihat leher Zea, matanya menatap dua gunung yang terlihat dari atas sini.
Kaiden mengelus, desahan tertahan Zea membuat ia hampir hilang akal. Merasa ada angin segar saat Zea mengalungkan tanganganya ke leher Kaiden, ia meremas kuat. "Njir gede-an ini dari pada punya Nesha." batin Kaiden tersenyum senang
"Aw.... Sakit Kai." Erang Zea
Kaiden melepas pangutan, ia mengelus wajah Zea. Mata Zea sayu dan terlihat begitu sexi, "Kelihatan banget yang polos gini hyper." batin Kaiden tertawa senang