Ayana Malika Ifana, harus rela menjadi pekerja terselubung demi membayar uang sekolah, dirinya bekerja disebuah perusahaan sebagai cleaning servis karena usianya yang belum genap 17 tahun, jadi dirinya dipekerjakan diam-diam oleh tetangganya yang bekerja bebagai kepala bagian, dan karena membutuhkan uang AMI panggilan nama singkatan miliknya, rela menjadi pekerja terselubung untuk mendapatkan uang.
Dan dirinya juga harus terjebak dengan pria yang dia panggil OM, pria itu yang sudah membuat dirinya kehilangan semua mimpinya.
Bagaimana Ayana Malika Ifana, bisa melalui ujian hidupnya, dan dipertemukan dengan pria yang sudah matang untuk usianya yang belum genap 17 tahun.
Yukk ah, kepoin ceritanya, hanya di NovelToon, jika terdapat cerita yang sama maka itu adalah plagiat, karena saya hanya membuat karya ini hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara Olive
"Mi, kamu gak lihat siapa pria yang kamu sebut Om tadi." Ucap Olive yang sudah berada di halte untuk menunggu angkutan umum.
"Bodo amat gak kenal gini." Ucap Ami yang masabodo sambil menyedot es dawet yang dia beli di samping halte.
Mereka berniat pulang setelah lelah menyusuri Mall dan tidak membuahkan hasil dan hanya bikin sakit mata karena tidak bisa membelinya.
Bagi Ami hanya melihat-lihat sudah menjadi kepuasan sendiri baginya, tidak perlu mengeluarkan uang hanya untuk menuruti napsu sesaat
Apalagi untuk orang seperti Ami.
"Ya ampun Mi, itu tadi kaya pak Nathan donatur tetap di sekolah kita." Ucap Olive yang tidak percaya jika Ami tidak mengenal pria tampan dan dewasa idola para siswi di sekolah.
Ami hanya melirik Olive sekilas. "Memangnya kenapa, dia juga kan gak kenal sama aku." Ami menjawab dengan santai. Tapi otaknya berpikir dengan nama Nathan yang disebut Olive, apa nama itu sama dengan Om-Om bos di perusahaan itu.
"Ck, kamu bakalan nyesel kalau tau dia."
.
.
Jam menunjukan pukul tiga kurang lima belas menit tapi Ami sudah lengkap dengan baju kerjanya.
"Kalau pegawai baru pasti rajin ya." Goda Dila yang baru saja datang dan melihat Ami sudah standby.
Dila sudah lumayan cukup lama bekerja di cafe itu, usia Dila juga sudah sembilan belas tahun.
Ami hanya menyengir. "Baterai nya masih full kak jadi semangat nya masih tinggi."
Dila hanya geleng kepala dan melanjutkan untuk mengganti pakaiannya.
Ehem
Deheman seseorang membuat Ami menoleh. "Kak Zian." Ami sedikit menunduk.
"Bilangin sama yang lain saya tunggu di depan." Ucap Zian dengan nada biasa saja dan menatap wajah Ami.
"Baik kak." Ami bergegas memanggil rekan-rekannya, dirinya risih selalu diperhatikan oleh Zian. Meskipun tampan tapi Ami sama sekali tidak melirik ketampanan nya.
"Oke, berhubungan semua sudah kumpul, saya mau umumin kalau cafe Nongki-Nongki mulai sekarang melayani jasa delivery order, dan untuk itu yang bertugas mengantarkan khusus karyawan pria, tapi jika urgent karyawan wanita siap membantu." Ucap Zian pada beberapa karyawan yang masih stai di cafe, dan belum berganti shif karena masih ada sekitar sepuluh menit lagi.
"Baik kak." Mereka semua menjawab dengan serentak.
"Ayana, aku tunggu di ruanganku." Ucap Zian menatap Ami sekilas, dan itu sukses membuat yang lain melirik Ami penasaran.
Ami pun menatap Dila, dan Dila hanya menggeleng tanda tak tahu.
.
.
Di Mall wajah Maudy benar-benar ditekuk, bagiamana tidak jika dirinya mengajak Nathan untuk makan siang dan Nathan malah memilih pergi meninggalkan dirinya setelah membayar perhiasan yang mereka beli. Bahkan Nathan sama sekali tidak peka terhadap nya yang sudah menahan rasa kesal.
"Nat aku lapar, ayo kita makan bersama dulu." Ucap Maudy ketika menunggu kasir melakukan transaksi.
"Makanlah kalau kamu lapar, saya masih banyak urusan." Jawab Nathan dengan mengambil kartu milikinya yang sudah di proses pembayarannya, dan Nathan pun benar-benar langsung pergi setelah mengatakan itu. Dirinya benar-benar tidak peka dan tidak bisa membuat wanita terkesan bahagia.
"Awas aja aku bakalan bilang sama Tante Indira." Ucap Maudy dengan kesal. Baru kali ini dirinya diperlakukan seperti itu oleh seorang pria, dan sialnya pria itu adalah Nathan. Pria tampan dengan sejuta pesona berserta kekayaannya.
"Ayana, terimalah ini." Zian mengulurkan sebuah kotak persegi tanpa bertanya Ami pun tahu itu kotak apa.
"Maaf kak, untuk apa?"
"Aku tanya sama sahabat kamu, katanya kamu tidak memiliki ponsel, dan kebetulan ini ponsel lama aku yang belum pernah aku pakai." Diaz masih mengulurkan tangannya memegang kotak persegi itu pada Ami.
"Tidak perlu kak, aku masih punya ponsel." Jawab Ami dengan sopan.
"Tapi kata Ol_"
"Sekali lagi maaf kak aku tidak bisa menerima, dan permisi." Ami menunduk sedikit dan pergi setalah mengucapkan itu.
"Olive awas kamu." Kesal Ami ketika sudah sampai di luar.
gak prhatian ma istri harta juga gk hbis2 buat apa mngabaikan istri kmu.istri hilang baru tahu rasa kmu