Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
[Aku ingin bertemu siang ini.] Pesan singkat Damar kepada Bella.
[Aku tunggu dikantor ya, sayang.] Balasan Bella kepada Damar.
Pagi ini Damar berencana berdiskusi secara baik-baik dengan Bella, agar dia bisa menarik kembali niatnya untuk menuntut pernikahan dengannya.
"Bella," Damar menerobos masuk kedalam ruangan Bella, gadis itu menyambut nya dengan senyuman. Dengan santai nya ia duduk dikursi kebesarannya, dengan penampilan yang sempurna. Seperti seorang wanita karier pada umumnya.
"Hai, akhirnya kamu datang juga. Kemarin adiknya sekarang, abangnya. Kalian memang kompak." Entah pujian atau hinaan yang ia lontarkan kepada Damar.
"Aku datang kesini hanya untuk membicarakan satu hal,"ucap Damar datar.
"Aku tahu," jawabnya Bella mendekati Damar.
Tanpa sedikitpun Damar tergoda dengan pesona Bella, yang menggunakan rok mini setengah paha. Memperlihatkan bagian kakinya yangulun jenjang, membuat mata para lelaki tergoda. Namun lain dengan pria ini, ia malah jijik melihat sikap Bella yang jelas-jelas sudah pernah mengkhianati nya dahulu.
"Aku tidak punya banyak waktu, kita langsung saja ke point nya. Aku ingin kamu menarik kembali tuntutan kamu, untuk menarik saham dari perusahaan Darmawan." Tatap nya dingin.
Bella manggut-manggut, seperti biasa sikapnya selalu membuat mood Damar hilang.
"Kamu tahu, jika saham yang ayahku berikan cukup besar, artinya kamu berhutang kepada ayahku, seandainya aku menarik kembali tuntutan ku, apa yang akan aku dapatkan?" Wanita itu gerayangan, dan bergelayut disebelah tangannya pria itu.
Damar tampak terlihat risih ia menepis kan tangannya dari sentuhan tangan Bella yang membuat dirinya tidak nyaman. "Selain menikah, aku bisa berikan apa yang kamu mau."ucapnya.
"Sayang sekali, penawaran ini sepertinya sudah buntu. Kamu hanya punya dua pilihan, Damar."mendayu-dayu.
Damar geram dengan keras kepala nya Bella. Wanita itu sedikit pun tidak pernah berubah, selalu menghalalkan cara demi mencapai tujuannya.
Kini Damar benar-benar tersudut dengan pilihannya. "Sepertinya lebih baik begitu, aku lebih baik hancur dibandingkan harus menikah dengan wanita licik, seperti kamu."
"Terserah, itu hak kamu. Jika kamu bersikeras dengan pilihan kamu, aku juga tidak punya pilihan lain. Benar?"
Bibirnya menyunggingkan senyum licik, wanita itu memang cerdik dengan caranya yang penuh manipulatif, kapan saja bisa membalikkan keadaan. Kini Damar semakin dibuat naik pitam dengan keras kepalanya.
"Tidak perlu sekarang, kamu masih bisa berpikir dengan matang, sayangku. Aku akan berikan kamu waktu 24 jam dari sekarang. Sebelum aku benar-benar menarik semua property, juga modal utama yang sudah diberikan ayahku. Silahkan pintu keluar nya disebelah sana," tangan nya menunjuk kearah pintu keluar ruangan nya.
Damar mendelik tajam. Pria itu tidak menanggapi ucapan Bella. Pria itu pergi tanpa berkata apapun lagi. Damar pergi dengan perasaan kesal dan marah yang bercampur aduk menjadi satu. Sulit baginya untuk membujuk seorang Bella, nyaris dia ingin rasanya melakukan sesuatu pada wanita itu, namun ia sadar dirinya seorang pria, tidak mungkin harus menjatuhkan harga diri nya jika dia berani mengangkat tangannya pada seorang wanita.
"Arghh! .. "geram. Seolah dia tak sedikitpun merasa kesakitan setelah memukul berapa kali mobilnya itu.
Secara kebetulan satu mobil mercy terparkir disebelah mobil miliknya, Damar terdiam disana. Pria itu menunggu seseorang keluar dari kendaraan nya. Itu mobil ayahnya Bella, Prastikno.
"Damar, kamu disini?"sapa Prastikno.
"Om Pras, tidak perlu berbasa-basi. Om pasti tahu tujuan saya datang kemari apa,"Datar.
"Iya, om sudah menebak itu. Maaf, om tidak bisa menahan perbuatan Bella, dia putri kesayangan ku, apapun yang akan dibuat, om tidak bisa melarang nya, aku hanya ingin melihat dia bahagia."ucap Prastikno. Seakan tidak merasa bersalah atas perbuatan Bella pada keluarga nya.
"Om dan Bella sama saja. Tidak punya hati. Meskipun Bella berhasil menikah denganku, dia tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan bersamaku. Aku sudah mencintai orang lain, dan itu bukan Bella." Tegas Damar menekan ucapannya, agar mereka tidak terus menekan dirinya untuk menikahi putri mereka.
"Cinta itu akan datang sendirinya, Damar. Setelah kalian menikah, bahkan kalian sudah lama bukan, saling kenal sebelumnya. Cinta itu akan tumbuh kembali, jika kalian sama-sama membangunnya kembali. Aku yakin kalian akan bahagia dan memberikan pewaris untuk keluarga Darmawan juga widjayanto." Denga angkuh Prastikno, mengucapkan itu semua.
Damar semakin muak, dia membuka pintu mobilnya hendak pergi dari perusahaan widjayanto. "Jangan terlalu percaya diri, tuan Prastikno widjayanto." Tanpa menatap wajah pria yang seumuran dengan ayahnya itu. Damar langsung tancap gas, dari sana. Bahkan tidak sedikit pun pria itu menunjukkan rasa hormatnya kepada Prastikno.
"Lihat saja nanti, Damar. Kebahagiaan putriku, harus terwujud. Jika tidak kalian akan menyesal." Umpat Prastikno, menatap kepergian Damar hingga mobil itu benar-benar pergi dari pandangan nya.
*****
"Mbok, dimana Damar sama Angga?" Tanya pak Suryo, bejalan dengan kursi rodanya.
"Sudah berangkat ke kantor, pak." Sahut mbok Yun.
Pak Suryo menghela nafas berat, dadanya terasa semakin sesak. Bahkan kini tubuhnya semakin terasa hilang tenaga. Tubuh yang dahulu gagah, tegap, dan berwibawa. Kini hanya bisa terduduk di atas kursi roda tanpa bisa melakukan apapun.
"Mbok, apa saya terlalu memaksa damar, ya?" Ucapnya pak Suryo.
"Maksud, bapak?" Tanya Mbok Yun tidak mengerti.
"Iya, saya mungkin sudah terlalu memaksa Damar untuk menikahi putri Prastikno, Bella. Padahal saya tahu Damar tidak menyukai Bella lagi. Tapi bagaimana tentang karyawan juga masa depan mereka, jika perusahaan hancur, keluarga saya ...." Menggantungkan ucapannya.
Sementara mbok Yun menatap penuh iba, melihat tuannya yang kini tidak berdaya disaat situasi sangat memperihatinkan.
Damar yang baru saja datang, tidak sengaja mendengar perbincangan antara mbok Yun dan papanya. Hatinya pilu, bimbang dia tidak tahan melihat papanya yang tidak berdaya, dia butuh perawatan namun jika perusahaan bangkrut, dia juga tidak mampu melihat pak Suryo terkena serangan jantung lagi untuk kesekian kalinya.
Dengan berat hati, Damar menghela nafasnya yang begitu terasa amat berat. Ia menghampiri pria setengah baya itu, diatas kursi rodanya.
"Damar siap menikahi Bella, pah." Ucap Damar menggema.
Pak Suryo menoleh kearah sumber suara itu. Iya terkejut Damar memutuskan untuk menuruti keinginan nya. "Benarkah, yang papa dengar ini?"
Damar mengangguk.
"Terimakasih, nak. Papa senang, kita akan hubungi mereka dan menyiapkan pernikahan mu secepatnya."binar kedua mata orang tua itu, penuh kebahagiaan.
Damar termangu. Menerima pelukan papanya yang teramat bahagia. Dihatinya terasa begitu nyelekit, ada luka yang tertoreh, ada perasaan yang tersakiti, juga ada cinta yang terkhianati. Damar menekan semua perasaan nya, sangat terluka dengan apa yang sudah dia putuskan saat ini.
Kekecewaan yang teramat mendalam, ia harus mengkhianati janjinya, cinta yang sudah mereka ikrar kan dalam sumpah pernikahan.
Tidak terasa pria itu menitikkan air mata, rasa sakit yang teramat mendalam harus meninggalkan sang pelita, yang sudah banyak merubah hidupnya. Merubah setiap sudut pandangan nya.
Ia harus mengorbankan cintanya demi perusahaan yang ayahnya rintis.
"Nden, menangis?" Ucap mbok Yun.
Damar segera menyeka air itu dari matanya. Pak Suryo segera menatap anak kesayangan nya itu. Tampak kedua matanya itu menghangat dan berkaca-kaca.
"Nak, kamu menangis?" Pak Suryo terkesiap, seorang Damar menitikkan air mata ia dikenal pria yang keras dan dingin, jarang sekali ia terlihat menangis atau bersedih, dia pria yang kuat tidak pernah memperlihatkan jika kesedihan sekalipun hatinya sedang terluka.
"Damar, kamu ..." Terhenti.
"Damar tidak apa-apa, papa siapkan saja semaunya, Damar sudah siap untuk menikah dengan Bella, papa tidak perlu khawatir, ya. Papa fokus aja sama kesehatan papa sekarang, ya." Damar berusaha terlihat tegar, ia tersenyum kecil meski saat ini hatinya terasa pilu.
"Maafkan aku, Anna. Janji yang aku buat, tidak bisa aku tepati." Membatin.
*****