Hidup tak selalu sesuai apa yang kita inginkan.Saat uang dijadikan tolak ukur,saudara pun terasa orang lain.Saat kita berada dibawah tak ada yang mau mengakui saudara tapi saat kita punya segalanya semua sanak saudara datang mendekat. "Kau harus sukses nak,biar bisa membeli mulut-mulut yang sudah menghina kita"kata-kata dari ibu masih terngiang sampai sekarang.
Sandra terlahir dari keluarga miskin dan selalu di hina oleh adik ipar sendiri. Mereka selalu menganggap bahwa orang miskin itu tidak pantas bersanding dengan keluarga mereka.
Nasib siapa yang tau,sekarang boleh di hina karna miskin tapi kita tidak akan pernah tau kedepannya seperti apa. Lalu bagaimana nasib Sandra apakah ia bisa membeli mulut - mulut orang yang menghina keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Sandra merasa jengkel terhadap sikap ibunya yang terlalu lemah menurutnya. Tidak pernah ibu membalas penghinaan orang terhadap keluarganya.
"Ibu kenapa sih baik banget sama tante Ita barusan. Sudah tau dia yang salah
"Bukan begitu nak,dia Itu tantemu otomatis iya juga orang tau bagimu. Jadi kamu harus menghormati dirinya."
"Orang kaya gitu ga pantes di hormati,bu. Sudahlah bu,aku malas bahas tante Ita lagi."
Tak lama terdengar suara ponsel Sandra berdering. Ibu mengerutkan dahi begitu melihat nama orang yang menelpon. Buru-buru diangkatnya.
"Assalamualaikum Ana,kamu apa kabar? Kalian sehat dan baik-baik saja kan?" tanya suara dari sebrang sana. Ana adalah nama ibu Sandra.
"Waalaikumsalam kak. Alhamdulillah kami baik-baik saja kak. Kakak dan keluarga gimana kabarnya? "Ana turut menanyakan kabar kakak kandungnya.
Diana nama kakaknya ana adalah saudara satu-satunya pengganti ibu yang telah lama meninggal.
Mereka sering bertukar pendapat untuk masalah yang dirasa tidak sanggup memecahkan sendiri. Diana walaupun tinggal berjauhan tak pernah lepas memberi perhatian dan dukungan untuk Ana dan anak-anaknya.
"Ana....Tanahmu yang di kampung jadi ga kamu jual?Sebab ada yang berminat,siapa tahu harganya cocok. Sebab dia mencari lokasi dekat dengan daerah sekitar sini yang udaranya masih sejuk. Nah,kebetulan kakak ingat tanah kamu yang hendak kamu jual." tanya Diana. Dia tampak bahagia karna akhirnya ada yang berminat pada tanah milik adiknya.
"Insya Allah jadi kak,Alhamdulillah ada orang yang cocok dan jadi membelinya. Jadi aku bisa menggunakan uang tersebut sebagian untuk biaya sekolah anak-anak dan sisanya untuk tambahan modal usaha kecil-kecilan." Jawab Ana terharu.
Binar bahagia tersirat dari suara Ana. Diana pun ikut merasakan kebahagiaan adiknya . Moga ini jadi awal bahagia adiknya yang selama ini hidup dalam serba kekurangan semenjak di tinggal oleh suaminya.
"Apakah kakak sudah ngomong tentang harganya?" tanya Ana.
"Pokoknya semua tolong kakak yang atur. Aku terima beres saja. Aku gak mau ada masalah nanti-nantinya." Kata Ana memasrahkan semua urusan jual beli kepada kakaknya.
"Iya,kamu tenang aja. Nanti semua aku yang atur yang penting orang itu cocok dengan harga yang kamu mau." Ujar Diana meyakinkan adiknya. Diana tau adiknya sangat berhati-hati dalam bertindak supaya tidak menimbulkan masalah setelahnya.
"Ya sudah kak,kalau begitu aku tunggu kabar selanjutnya. Aku pasrah saja,apa kata kakak. Udah dulu ya kak,sampaikan salam pada abang Iwan. Assalamualaikum." Ana menyudahi.
Sambungan telpon pun terputus. Ana tampak tersenyum bahagia . Lalu perempuan itu melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
Dua minggu kemudian Ana mendapat kabar bahwa tanahnya sudah pasti jadi dibeli orang. Diana meminta Ana untuk pulang mengurus surat-surat yang diperlukan.
Berhubung Sandra tidak libur,Ana terpaksa pulang berdua dengan Rima. Setelah tiga jam perjalanan akhirnya Ana sampai di kampung halamannya.
Begitu banyak kenangan terukir. Masa-masa bahagia bersama ayah dan ibu. Kenangan itu masih membekas sampai sekarang.
Ana langsung menuju rumah peninggalan orang tuanya yang sekarang ditempati kakaknya.
"Assalamualaikum."ujar Ana saat sudah sampai di rumah kakaknya.
"Waalaikumsalam dek,ayo masuk.Kami sudah menunggu mu."Sambut sang kakak sambil memeluk melepas kerinduan.
"Ini pasti Rima,ya?" tanya Diana pada keponakannya.
"Rima ayo salim sama bibik ." perintah Ana pada putrinya. Rima mematuhi perintah ibunya.
"Gimana perjalanan dek. "Terdengar bang Iwan suami Diana menyapa.
"Alhamdulillah lancar bang."
"Ponakan cantik bibi ,ayo sini peluk bibi dulu."Diana merentangkan tangan ingin memeluk Rima.
Rima memandang ibunya sebentar,Ana menganggukkan kepalanya.Rima pun masuk kedalam dekapan bibinya.
Rasa memuncak begitulah yang Diana rasakan. Sudah sekian tahun baru bisa bertemu dengan keponakannya yang cantik dan menggemaskan.
"Sandra apa kabar na?"tanya Diana.
"Alhamdulillah baik kak,sebenarnya dia pengen ikut tapi karna ga enak ma bosnya,masa ijin terus. Akhirnya aku dan Rima aja yang pulang kesini."kekeh Ana.
"Bakulanmu gimana?"tanya Diana.
"Lumayan buat tambah-tambah kak."Cicit Ana.
Perbincangan yang tak kunjung berakhir,begitulah cara mereka melepas kerinduan yang cukup lama tertahan.
Matahari sudah lama terbenam,berganti cahaya rembulan yang tampak terang diatas langit sana. Terlihat semua penghuni rumah sudah masuk dalam dunia mimpi masing-masing.Hanya terdengar suara binatang malam sahut-sahutan.
...****************...
Terimaksih buat pembaca setia karya - karya aku. Terimaksih like dan komennya,tanpa kakak2 semua aku bukanlah siapa2 dan tidak akan mungkin sampai di titik ini. 😊😘😍🙏
Tinggalkan jejak dengan memencet tombol like dan komen yang banyak agar Author semangat menulis bab selanjutnya😊😘😍🙏
coba bikin rido berpaling biar tau rasa
kl kayak gini kasian ridho dah tulus nerima dia yg jendes ternyata imbal balik nya kayak gini. nyesel dulu nyatuin Sandra dng ridho. ridho berhak dpt yg lbih baik yg gk tamak oleh harta. demi dpt harta bnyak tp mlh mengabaikan kluarga.
pdhl ada satu kalimat kejarlah akhirat mk dunia akan mengikuti.
pantas Sandra gk sukses sukses msih sibuk kerja krn dia yg di uber cm dunia nya. ambisi sukses tnp mengkikut kan akhiratnya.