Di tengah gemuruh ombak kota kecil Cilacap, enam anak muda yang terikat oleh kecintaan mereka pada musik membentuk Dolphin Band sebuah grup yang lahir dari persahabatan dan semangat pantang menyerah. Ayya, Tiara, Puji, Damas, Iqbal, dan Ferdy, tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga impian untuk menciptakan karya yang menyentuh hati. Terinspirasi oleh kecerdasan dan keceriaan lumba-lumba, mereka bertekad menaklukkan tantangan dengan nada-nada penuh makna. Inilah perjalanan mereka, sebuah kisah tentang musik, persahabatan, dan perjuangan tak kenal lelah untuk mewujudkan mimpi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam kebersamaan tak terlupakan
Satu hari telah berlalu sejak mereka memberikan kesaksian di Polres.
Dolfin Band kembali ke rutinitas latihan mereka, kali ini dengan semangat yang lebih tinggi karena semuanya sudah terasa lebih ringan.
Tidak ada lagi ancaman dari Gilang dan gengnya. Kini, fokus mereka hanyalah malam kebersamaan yang akan menjadi kenangan terakhir sebelum mereka semua berpisah.
Di studio latihan, suara gitar, drum, dan bass saling bersahutan. Di sela-sela latihan, tawa sering terdengar, bercanda satu sama lain seakan mereka ingin mengabadikan setiap momen bersama.
"Hey, jangan serius banget dong!" ledek Iqbal sambil menabuh drumnya dengan irama yang lebih ringan.
"Serius gimana? Ini udah santai banget kok!" jawab Puji sambil memetik gitarnya, senyum lebar menghiasi wajahnya.
Namun, di balik semua keceriaan itu, Ferdy menyimpan sesuatu yang lebih dalam.
Sudah lama ia menyimpan perasaan cintanya pada Ayya.
Perasaan itu tumbuh sejak mereka di bangku SMP, tepatnya kelas 8.
Saat itu, ia melihat Ayya sebagai sosok yang ceria, penuh semangat, dan selalu mendukungnya dalam setiap hal.
Meski Ayya sudah pernah memiliki pacar, dan Ferdy pun begitu, entah mengapa perasaannya tak pernah memudar. Namun, ia selalu menahan diri.
Takut jika ia mengungkapkan perasaan itu, maka persahabatan mereka dan dinamika band akan berubah.
"Kenapa lo diem aja, Fer?" tanya Iqbal saat melihat Ferdy melamun di sudut ruangan.
"Hah? Oh, nggak, nggak ada apa-apa," jawab Ferdy sambil tersenyum tipis, mencoba menutupi kegelisahannya.
Malam itu, setelah latihan, mereka duduk melingkar di sudut studio.
Suasana mulai lebih tenang, meski obrolan masih mengalir santai.
"Jadi, kalian semua udah punya rencana setelah ini?" tanya Ayya sambil memandang teman-temannya.
"Udah pasti. Aku sama Tiara bakal lanjut kuliah," jawab Ayya sambil menatap Tiara yang duduk di sampingnya. "Kita berdua ambil jurusan seni. Kayaknya bakal seru."
Iqbal mengangguk. "Gue juga bakal kuliah, tapi sambil bantu-bantu orang tua di toko. Gak enak rasanya ninggalin mereka begitu aja."
Puji mengangkat bahu. "Kalau gue mungkin bakal coba cari kerja dulu. Orang tua pengen gue langsung kerja, biar ada pengalaman dulu sebelum lanjut kuliah."
Damas mengangguk setuju. "Sama sih, gue juga bakal cari kerja dulu. Lagian, gak ada salahnya buat nabung dulu, kan?"
Ferdy diam saja mendengar teman-temannya berbicara tentang masa depan mereka.
Ia belum tahu akan ke mana setelah ini. Semua teman-temannya punya rencana, sementara ia sendiri masih bingung dengan langkah selanjutnya.
"Lo sendiri gimana, Fer?" tanya Tiara, memecah kebisuan Ferdy.
Ferdy terdiam sejenak, menatap wajah-wajah teman-temannya yang penuh harapan. "Gue... belum tahu. Mungkin gue bakal cari kerja, atau mungkin gue bakal ambil kuliah juga. Gue belum mutusin apa-apa."
Semua teman-temannya terdiam sejenak, mendengar jawaban Ferdy yang terdengar ragu-ragu. Ayya memandangnya dengan tatapan lembut, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran Ferdy.
"Apapun yang lo pilih, kita pasti dukung, Fer," kata Ayya, tersenyum manis padanya. Ferdy hanya mengangguk pelan, meski hatinya masih dipenuhi kebimbangan.
---
Malam kebersamaan akhirnya tiba.
Sekolah dihiasi lampu warna-warni, menciptakan suasana hangat dan penuh kenangan.
Di area terbuka, terdapat panggung sederhana dengan hiasan lampu-lampu kecil. Meja-meja jajanan berjejer di sepanjang lapangan, menawarkan berbagai makanan dan minuman favorit para siswa.
Suasana penuh kegembiraan dan haru. Ini adalah malam terakhir mereka berkumpul sebagai murid sekolah sebelum memulai perjalanan baru di luar sana.
Semua tampak antusias, meski ada perasaan sendu yang tersembunyi di balik wajah-wajah ceria itu.
Pak Dedi, guru seni mereka, membuka acara dengan sambutan singkat namun penuh makna.
"Saya tahu kalian semua akan melangkah ke dunia yang lebih luas setelah ini. Tapi ingat, setiap pengalaman yang kalian dapatkan di sini adalah bekal untuk masa depan. Nikmati malam ini, dan jangan lupa bersyukur atas segala yang telah kalian capai."
Setelah itu, Pak Singgih, kepala sekolah mereka, menyampaikan pidato yang lebih formal, tetapi tetap penuh rasa bangga. "Kalian semua adalah kebanggaan sekolah ini. Saya yakin, ke mana pun kalian pergi, kalian akan membawa nama baik sekolah ini."
Setelah sambutan formal selesai, acara dilanjutkan dengan ceramah singkat dari Pak Ustad Fajar.
Ia mengingatkan para siswa untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada orang tua yang telah mendukung mereka selama ini.
"Malam ini bukan hanya tentang perpisahan, tapi juga tentang kebersamaan dan rasa syukur. Jangan pernah lupa untuk berterima kasih kepada orang tua kalian, karena tanpa mereka, kalian tidak akan ada di sini hari ini."
Setelah ceramah selesai, suasana berganti menjadi lebih ringan.
Pentas seni dimulai, diawali dengan penampilan kelas 10, lalu diikuti oleh kelas 11 yang menampilkan tarian dan musik akustik.
Tepuk tangan riuh terdengar di setiap akhir pertunjukan.
Ketika tiba giliran kelas 12, mereka menampilkan drama musikal yang mengundang tawa dan haru dari penonton.
Drama itu bercerita tentang perjalanan siswa dari awal masuk sekolah hingga lulus, penuh dengan momen lucu, menyentuh, dan menginspirasi.
Puncak acara malam itu adalah penampilan dari Dolfin Band.
Semua murid sudah menantikan penampilan spesial ini. Ayya, Tiara, Ferdy, Puji, Damas, dan Iqbal naik ke atas panggung dengan senyum di wajah mereka, meski ada perasaan campur aduk di hati mereka.
Ini mungkin akan menjadi penampilan terakhir mereka bersama di panggung sekolah ini.
"Ayo, kita kasih yang terbaik malam ini," bisik Ferdy kepada teman-temannya sebelum mereka mulai.
Lagu-lagu mereka mengalun dengan penuh semangat, membakar suasana malam itu.
Semua penonton ikut bersorak dan bernyanyi bersama.
Saat mereka memainkan lagu terakhir, suasana menjadi lebih emosional.
Penonton berdiri, beberapa bahkan meneteskan air mata.
Mereka menyanyikan lagu Sampai jumpa milik endank soekamti dengan sentuhan klasik.
Setelah penampilan berakhir, semua siswa kembali ke kelas masing-masing, yang telah diubah menjadi tempat beristirahat dengan kasur-kasur lantai.
Malam itu adalah malam kebersamaan terakhir mereka di sekolah ini.
Di dalam kelas, Ferdy duduk diam di sudut, memandang teman-temannya yang sibuk bercanda dan tertawa.
Ayya mendekatinya, duduk di sampingnya.
"Kenapa lo diem aja, Fer?" tanya Ayya lembut.
Ferdy tersenyum kecil. "Nggak apa-apa. Gue cuma... mikirin kita semua. Apa yang akan terjadi setelah ini."
Ayya tersenyum, menatap Ferdy dengan mata penuh kasih. "Apapun yang terjadi, kita semua akan tetap berteman, Fer. Gak ada yang bisa merubah itu."
Malam itu, Ferdy tahu bahwa meskipun semuanya akan berubah, pertemanan mereka akan selalu ada di dalam hati mereka.
saya Pocipan ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm
di sini kita adakan Event dan juga belajar bersama dengan mentor senior.
jika kaka bersedia untuk bergabung
wajib follow saya lebih dulu untuk saya undang langsung. Terima Kasih.