Setelah divonis 20 tahun penjara, yaaa mau tidak mau, Sobarna 30 Tahun, harus rela berpisah dengan isteri tercintanya, Larsih 28 tahun yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sedikit beruntung, Sobarna divonis penjara setelah anak perempuannya lahir, dan baru usia 1 bulan. bahkan yang ngasih nama pada anak perempuannya itu Sobarna sendiri sebagai ayah kandungnya, yaa walaupun nama anaknya agak sedikit berbeda dengan nama-nama bayi di kampungnya itu.
Nama bayi perempuan yang malang itu, adalah Berkah Rahayu.
Siapapun pasti mengira, betapa berat dan sengsaranya seorang isteri yang ditinggal suaminya, bukan ditinggalkan untuk mencari nafkah, melainkan ditinggal demi menjalani hukuman.
Apalagi Larsih. wanita sebatang kara yang dinikahi Sobarna.
Dengan penuh keprihatinan. Terpaksa Larsih harus mampu berjuang membesarkan putri kesayangannya itu. Dan diuji kesetiaan sebagai seorang Isteri yang masih bersuami yang Sah.
Simak yah alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Ki Gendut Ireng dan Si Codet berusaha kabur lagi.
Juhro terus berlari, walaupun nyala api obornya hampir padam. Ia tahu, rombongan Pak RT sedang berada di sekitaran Pemakaman keramat. Deru nafasnya berpacu cepat dengan langkah kakinya. Dalam hatinya membatin, bahwa Ia tidak boleh terlambat. Ia harus sesegera mungkin untuk mengabari Pak RT, Juragan Basri dan Mang Darta.
Tidak berapa lama, Juhro sudah hampir sampai ke dataran yang agak tinggi. Namun, karena kencangnya angin malam, nyala obor Juhro mendadak padam. Kemudian ia meraba-raba saku celananya, untuk mengambil korek api mau menyalakan kembali api obornya.
"Siaaaal...!!" Gerutu Juhro. Ternyata korek apinya tidak ada di saku celananya.
Juhro berdiri sejenak. Pandangan nya disebarkan ke setiap arah. Hening dan gelap. Hanya sedikit remang-remang saja yang terlihat. Kemudian ia melanjutkan langkah nya dipercepat lagi, menyusuri jalan setapak.
******
Pak RT Sarjo, Mang Darta dan Juragan Basri masih bergumul saling tubruk. Mulut Pak RT dan Juragan Basri meracau dengan menyebut-nyebut 'setan', membuat Mang Darta semakin heran dan penasaran karena memang tidak melihat apa-apa.
Beberapa saat kemudian, Mang Darta akhirnya bisa terlepas dari 'pergumulan' itu. Ia langsung mendekati laki-laki yang katanya sedang duduk di atas batu besar.
"Tak ada siapa-siapa. Hmm dasar penakut. Katanya ada Setan. Bikin kaget Aku saja." Gerutu Mang Darta. Sambil berbalik lagi ke arah Pak RT dan Juragan Basri yang baru saja berdiri.
"Ehem...mencari siapa, Pak.?" Tiba-tiba Mang Darta mendengar suara tanya seorang perempuan. Dengan reflek Mang Darta menoleh ke belakang, asal sumber suara itu. Dan
"Deg deg deg deg srrrrr...srrrr... "
Seketika jantung Mang Darta berdegup sangat cepat. Badannya langsung merinding. Matanya melotot sempurna. Ia melihat dengan sangat jelas sosok wanita berpakaian kafan yang sudah kotor dan lusuh yang berambut panjang terurai menutupi sebagian wajahnya yang sangat menyeramkan lidahnya panjang terjulur.
"Hi...hi..hi..hi..hi..hi..hi..hi.."
Wanita menyeramkan itu tertawa cekikikan.
Badan Mang Darta mendadak kaku. Kedua kakinya mendadak berat untuk dilangkahkan. Ia berbalik dengan sekuat tenaga mau mengambil langkah seribu.
"Kkkuu...ku..ku..kun..kuntil..aaaa..anaaak...!!" Teriak Mang Darta. Akhirnya Ia bisa melangkahkan kakinya. Dan langsung tanpa ba bi bu lagi, Mang Darta berlari, namun naas, Ia menabrak Pak RT dan Juragan Basri yang baru saja berdiri, beruntung keduanya bisa mengendalikan keseimbangan nya. Mang Darta berlari melewati Pak RT dan Juragan Basri sambil berteriak 'kuntilanak'. Tanpa sengaja, Pak RT menoleh ke belakangnya lagi. Secepat kilat tangan Pak RT meraih dan menarik tangan Mang Darta yang hampir mendahuluinya.
Mang Darta kaget merasa tangannya ada yang menarik.
"A..a..a..a..ampuun Mbak Kun...eh Neng Kkuntiii..a..a..ampuuun. !" Teriak Mang Darta. Dalam benaknya yang menarik tangan nya itu adalah sosok wanita yang menyeramkan tadi.
"Ini saya, Mang Dartaaaa..!!" Ucap Pak RT. Sambil berlari berhasil mendahului Mang Darta. Mang Darta pun sadar. Ia kini ditinggalkan oleh Pak RT dan Juragan Basri yang entah kemana. Tanpa pikir panjang, akhirnya Mang Darta pun melesat menyusul Pak RT dan Juragan Basri. Beruntung sinar rembulan yang separuh itu tak terhalang gumpalan awan malam.
*****
"Brugh.."
"Aduuuh...!!" Juhro menjerit ketika ada seseorang yang tiba-tiba menabraknya. Badan nya terguling ke sawah kering. Berbarengan dengan yang menabraknya yang sama-sama terguling.
"Haduuuuh...haduuh.. pantatku.. haduuh..." Juhro meringis menahan rasa sakit di pantatnya yang menindih tanah kering.
"Juhrooo... kok kayak suara kamu...benarkah itu Juhro.!?" Juragan Basri bertanya. Nafasnya masih ngos ngosan turun naik. Ternyata yang menabrak Juhro adalah Juragan Basri yang paling pertama berlari meninggalkan Pak RT dan Mang Darta.
"Haduuuh...ternyata Juragan. Kenapa Juragan nabrak Saya.?" Gerutu Juhro yang langsung berdiri sambil mengusap-ngusap pantatnya, kemudian Ia menghampiri Juragan Basri yang sedang berselonjor mengistirahatkan badan nya.
Baru saja Juragan Basri mau menjawab pertanyaan Juhro, sekilas Ia melihat (walau remang-remang) ada dua orang laki-laki yang sedang lomba lari marathon mendekatinya.
"Pak RT, Mang Darta..!!" Teriak Juragan Basri. Setelah melihat jelas pada dua orang itu.
Tak lama. Pak RT dan Mang Darta sudah sampai di dekat Juragan Basri. Keduanya berhenti seraya mendudukan badan nya masing-masing ke tanah. Sementara waktu, beberapa saat kemudian. Pak RT dan Mang Darta sudah kembali mengatur nafasnya. Dan sedikit lebih tenang. Kemudian Pak RT bicara.
"Kenapa kamu ada di sini, Juhro?" Tanya Pak RT. Kemudian Juhro menceritakan apa yang terjadi dan sedang di alami oleh ketiga teman nya.
****
Walau dua lawan tiga. Namun bagi Ki Gendut Ireng dan Si Codet masih bertahan dalam melawan lawannya. Berbagai serangan dan pukulan dari kedua belah pihak yang sama kuatnya, semakin sengit saja pertarungan tersebut. Akhirnya Ki Gendut Ireng dan Si Codet sudah nekad akan menghabisi tiga orang warga kampung Lemburasri itu. Goloknya terhunus, membuat Kang Inon, Adun dan Subad mendadak terkejut seketika. Beruntung tiga warga kampung itu juga masing-masing membawa senjatanya.
Salut juga memang, ketika melihat Kang Inon, Adun dan Subad sebegitu gigihnya dalam menumpas kejahatan. Bahkan ketiganya seolah merasa tidak takut akan berbagai resikonya. Walau sampai nyawa yang menjadi taruhannya sekalipun.
"Jangan salahkan Kami, hai para warga. Jika ada sesuatu yang tidak diinginkan dan kami akan lebih nekad lagi..!"Ki Gendut Ireng mengancam Kang Inon dan temannya.
"Jangan banyak bacot luh. Bajingan..!!" Bentak Kang Inon pada Ki Gendut Ireng dan Si Codet.
Baru saja Ki Gendut Ireng mau melayangkan goloknya lagi. Tiba-tiba Pak RT dan teman-temanya muncul dan langsung mengepung Ki Gendut Ireng dan Si Codet yang nampak ingin melarikan diri.
Sadar akan bahaya yang mengintainya. Akhirnya Ki Gendut Ireng memutuskan untuk kabur dari pada bertahan, yang pastinya akan kalah karena kekuatan tidak berimbang.
harta paling indah itu isteri sholehah
aku rindu komen sampeyan.
author baik... aku suka. hehehe