Yang satunya adalah Nona muda kaya raya, sementara yang satunya hanyalah seorang Pelayan toko. Tapi sebuah insiden kecelakaan telah menghancurkan jurang ini dan membuat mereka setara.
Bukannya mati dalam kecelakaan itu, jiwa mereka malah terlempar masuk ke sebuah Novel kuno roman picisan. Tempat dimana segalanya siap dikorbankan demi pemeran utama wanita.
Dan yang paling sial, keduanya malah masuk menjadi Ibu tiri sang pemeran utama wanita. Sama-sama menjadi Istri dari seorang Marques, yang gemuk, jelek dan berperut hitam. Dua karakter, yang akan dihabisi oleh para pemuja Pemeran utama wanita.
Untuk menyelematkan nyawa mereka, keduanya berencana untuk kabur. Tapi tentu saja, tidak ramai tanpa mencuri dan kegagalan. Baca kisah keduanya, dengan kejutan karakter lainnya. ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Sementara di kediaman Marston saat hampir subuh. Ketiga mereka baru sampai dengan berjalan kaki.
Kini bukan hanya Leroy dan para pria itu takut. Tiara dan Meira juga sama takutnya kepada Ana sekarang. Tapi begitu, mereka masih lebih kepada tidak habis pikir, bagaimana bisa Ana memilih menyerang dengan cara yang buas seperti itu.
"Ana, apa kau baik-baik saja?" tanya Taira.
Ana hanya mendudukkan dirinya dengan lesu. Mana mungkin dia baik-baik saja setelah merobek telinga sang pujaan hati.
"Sedikit sakit." Kata Ana, sambil memegang bagian belakang kepalanya.
Tentu saja Leroy juga tidak mungkin membiarkan dirinya digigit tanpa perlawanan. Leroy langsung membalik posisi mereka, sampai-sampai kepala Ana membentur lantai dengan keras.
Meira merasa kasihan, dan mengambilkan minyak obat miliknya dan menggosoknya pada Ana. "Maaf, andai aku tidak memaki Carnia kambing, perkelahian itu harusnya tidak terjadi."
Tapi nasi telah menjadi bubur, "Tidak usah, toh dia memang kambing." Dukung Tiara, meski tangannya sudah sedikit bengkok perkelahian itu.
"Yang harus kita pikirkan sekarang yakni melindungi diri kita. Mereka pasti akan segera membalas kita cepat atau lambat." Kata Tiara.
"Kau benar. Apalagi setelah kejadian tadi." Sambung Meira.
Meskipun sedih, Ana juga masih terlibat dalam rencana. Kini dia juga sama takutnya pada Leroy, berpikir pria itu pasti akan segera melakukan sesuatu setelah ancamannya.
Bucin boleh, tapi kalau situasi seperti ini kewarasan harus kembali, prinsipnya.
"Jadi kita harus bagaimana?"
Meira sebagai pembaca cerita sampai selesai, memulai dengan menjelaskan bisnis-bisnis kotor apa saja yang dilakukan Marques, hingga membuat pria itu diincar pihak istana.
Dan setelah mendengar itu, Tiara sangat terkejut.
"Itu banyak sekali! Tidak mungkin kita bisa menyembunyikan semua kejahatan itu." Katanya. Bagaimanapun dia adalah seorang sekretaris dikehidupan sebelumnya, dia tahu akibat dari kemungkinan hal-hal seperti ini.
Tapi Ana tidak cemas sama sekali. Baginya semua sangat jelas, baik cepat atau lambat mereka harus segera meninggalkan tempat ini.
"Kita harus segera pergi!"
Walaupun tidak ingin, Meira dan Tiara tahu itu memang harus dilakukan.
"Tapi bagaimana? mereka pasti akan segera mendapatkan bukti, dan menyita semua uang dan harta. Hingga kita mungkin tidak akan punya ongkos lagi untuk hidup." Khawatir Tiara
Sebagai yang paling tua, dan seseorang yang terjun langsung dalam gerilya bisnis, Ana jauh lebih tenang.
"Apa bisa kita menyembunyikan uang kita dalam waktu dekat ini?" Tanya, sekaligus cetusan ide dari Meira.
Yang mendapat anggukan panik Tiara.
"Ya, ya ya, kita harus mengumpulkan semua perhiasan dan emas, lalu kabur."
Tapi Ana menggeleng. "Kita tidak akan kabur seperti bandit bodoh. Kita akan kabur dengan cara yang mengesankan."
Mendengar ini, Tiara dan Meira mengangkat alis tanda tak mengerti, "Apa maksudmu? bagaimana kita akan melakukannya dalam waktu yang mungkin tersisa beberapa hari ini?"
Wajah Ana berubah menjadi serius, diikuti dengan auranya yang menjadi penuh tekanan dengan cepat.
"Kita akan melakukan pencucian uang." Jawabnya.
"Ba-bagaimana caranya? Ini bukan dunia kita?"
"Jangan gugup begitu, kita semua orang berpendidikan dalam bidang masing-masing, jadi kenapa harus menjadi begitu sulit."
"... Kita akan menempatkan uang-uang dalam beberapa hal. Bukankah, Marques suka menyumbang pada panti asuhan? maka kita akan mencuci uang disana melalui sumbangan. Bukankah dia juga memiliki casino? maka kita akan menggunakan orang lain bermain disana, dan dia akan dibuat menang sesuai hitungan uang kita. Lalu semua uang kemenangan itu, akan kita selundupkan. Dia juga tidak akan bisa di lacak bukan? ... ah, dan satu lagi cara, namun biar aku yang tangani."
"Apa yang terakhir itu? katakanlah, jangan menggantung!" Paksa Tiara tak sabar.
Dengan mata menatap lurus ke depan, Ana menjawab.
"Mari mencuci uang lewat obat-obatan. Kita akan membeli obat-obatan paling mahal dan langka, dengan alasan mencoba memberikan perawatan pada Marques. Tapi setelah kita pergi nanti, obat-obatan itu akan kita uangkan, dengan nilai dua kali lipat. Bisnis kesehatan adalah bisnis paling pasti di dunia."
TAP. TAP. TAP.
Meira tak bisa menahan kekagumannya, dia pun bertepuk tangan. "Wow Ana, ... bagaimana kau bisa memiliki semua ide itu dalam sekejap? oh, atau jangan-jangan kau melakukan itu semua sebelumnya?"
Mendengar ini, Ana berdecak. "Dengar protagonis sialan, hanya karena aku memiliki ide bejat dan kau adalah mahasiswa hukum, bukan berarti kau bisa menuduhku sembarangan."
Meira, lagi tidak bisa menahan tawanya. Dia memeluk Ana sebagai permintaan maaf. Bagaimanapun, Ana telah menyediakan rencana yang baik, jadi tidak seharusnya dia membuat wanita itu kesal.
"Ibu tiri maafkan aku. Itu ide yang sangat bagus, dan keren." Katanya memberi jempol.
Tiara pun mengangguk setuju, "Ya, dengan cara ini. Mereka berpikir sudah memiskinkan kita, dan kita bisa pergi tanpa di curigai."
Kini Tiara dan Meira semakin kagum dengan Ana.
"Carnia sebenarnya tidak sehebat dirimu!" Kata Meira.
Mendengar ini, suasana hati Ana membaik. Dia mengangguk tanpa sungkan, "Tentu saja. Aku hanya kalah dalam pertarungan fisik, bukan permainan otak. Lihat saja, kalau aku bisa keluar dari sini, aku pasti akan membalas wanita sialan itu. Karena dia, kini aku tak akan bisa memiliki harapan dengan Leroy."
"Kau sepertinya jatuh hati pada Leroy ya?"
Ana menatap Tiara, "Tentu saja, tapi hidup tak bisa ditukar dengan cinta. Kita harus selalu realistis."
Mendengar ini, Ana dan Tiara mengangguk setuju. Mereka baru saja belajar sesuatu dalam hidup.
"Tapi sebelum itu, mari kita berbelanja sebentar siang." Tutup Ana, pada percakapan mereka di hari yang sebentar lagi akan pagi.
•••
Sementara di Istana, Leroy tidak tidur dan tidak bisa tidur, dia benar-benar selangkah untuk mendapatkan bukti mengenai Marques Marston. Jadi dia menggunakan semua waktu yang ada, agar segera mendapatkan bukti itu. Karena kali ini bukan hanya tentang Marques Marston itu sendiri, tapi seluruh anggota keluarganya yang telah membuat Leroy gila.
"Sepertinya dokumen itu tersimpan di dalam rumah Marques, Tuan." Ujar seorang bawahannya, yang sudah sangat lelah.
Mempertimbangkan ucapan sang bawahan, sebenarnya Leroy juga sempat terbersit hal yang sama. Tapi memikirkan akan kembali ke kediaman para wanita gila itu, rasanya sangat menakutkan. Lagipula, dia juga tidak memiliki alasan yang kuat untuk menemui mereka kembali.
Namun seolah mengerti trauma dimata sang Tuan, bawahan itu kembali berujar. "Jika Tuan bingung kembali kesana dengan alasan apa, maka Tuan bisa datang dengan alasan terahkir kali."
"Maksudmu?"
"Terahkir kali Tuan dan Marques membicarakan pembangunan daerah pertanian dengan Marques sebagai sumber. Kini Tuan bisa datang dengan alasan yang sama."
Leroy mendudukkan dirinya, sebelum menyandarkan punggungnya dengan mantap. Sebenarnya pembangunan daerah pertanian itu tidak ada. Itu dimaksudkan sebagai jebakan pada Marques. Jadi Leroy benar-benar melupakannya. Namun kini, itu seperti berlian berharga. "Ya kau benar, aku bisa memakai ide itu untuk datang kesana."
Calix yang juga tidak tidur, dan baru saja masuk ke ruangan Leroy langsung dihadapkan dengan pembicaraan mengenai hal itu.
Kini, baik di Istana maupun kediaman Marques, masing-masing mereka tidak tidur karena mencoba menyusun rencana dan strategi.