Menjadi wanita gemuk, selalu di hina oleh orang sekitarnya. Menjadi bahan olok-olokan bahkan dia mati dalam keadaan yang mengenaskan. Lengkap sekali hidupnya untuk dikatakan hancur.
Namanya Alena Arganta, seorang Putri dari Duke Arganta yang baik hati. Dia dibesarkan dengan kasih sayang yang melimpah. Hingga membuat sosok Alena yang baik justru mudah dimanfaatkan oleh orang-orang.
Di usianya yang ke 20 tahun dia menjadi seorang Putri Mahkota, dan menikah dengan Pangeran Mahkota saat usianya 24 tahun. Namun di balik kedok cinta sang Pangeran, tersirat siasat licik pria itu untuk menghancurkan keluarga Arganta.
Hingga kebaikan hati Alena akhirnya dimanfaatkan dengan mudah dengan iming-iming cinta, hingga membuat dia berhasil menjadi Raja dan memb*antai seluruh Arganta yang ada, termasuk istrinya sendiri, Alena Arganta.
Tak disangka, Alena yang mati di bawah pisau penggal, kini hidup kembali ke waktu di mana dia belum menjadi Putri Mahkota.
Akankah nasibnya berubah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Ayah-Anak
Suasana di ruang tamu kediaman Duke Mattias pagi itu cukup gaduh, seorang Raja datang berkunjung. Para pelayan juga mempersiapkan segalanya dengan baik.
“Ayahanda, maaf saya dan Alena datang terlambat.” Mattias tiba, dengan tangan Alena yang dia gandeng.
“Kamu bahkan membuat seorang Raja menunggu, berani sekali.” Kesal Raja, Mattias terkekeh.
“Salam kepada Matahari Kerajaan, saya Mattias Alena Lattish memberi hormat.” Alena menyebut namanya, bukan menggunakan marga Arganta namun menggunakan marga sang suami.
“Duduklah, senang bertemu anda juga Lady Alena.” Ucap sang Raja, Alena dan Mattias duduk berdampingan.
"Nyonya Duchess," Ulang Mattias, Raja mendengus melihat Mattias yang baru saja memperingatkannya.
“Alena, apakah anda membawa magnet.” Tanya Raja, Alena terkejut dan menggelengkan kepalanya.
“Begitu ya, tapi kenapa baja berjalan itu terus menempeli anda sejak tadi?” Tanya sang Raja menatap Mattias yang langsung berbuah menjadi berwajah masam.
“Saya tidak yakin seperti itu Baginda, karena Mattias bagi saya adalah belahan jiwa saya yang hilang. Pantaslah bila kami selalu berdekatan,” Ucap Alena, Mattias tersenyum puas mendengar ucapan sang Istri.
“Istriku benar, anda yang bermulut seperti belut laut sangat pandai memancing masalah ya Raja?” Kesal Mattias, Raja juga nampak kesal dibuatnya.
“Mau bertanding pedang, aku sudah lama tidak meregangkan otot.” Ucap sang Raja menahan amarah.
“Yang benar saja, anda tahu saya berdandan berapa lama? Saya bahkan harus mandi selama mungkin hanya untuk bertemu anda tahu.” Ucap Mattias kesal, Raja mengepalkan tangannya.
“Tapi bagaimana ini, bagaimana bila pedang ku melayang tanpa dapat saya kendalikan?” Tanya Raja masih dengan wajah kesal.
“Sayang sekali Ibunda memiliki suami yang keras kepala seperti anda ya, pasti Ibu sangat tersiksa saat bersama anda.” Mattias berpura-pura sedih, kini Alena ingat dengan sebuah hal. Dulu Mattias juga pernah melakukan hal yang saat bersama dengannya.
“Dan sayang sekali dia melahirkan Putra yang seperti besi dan es seperti mu!” Gertak lagi Raja, Mattias terkekeh dan mengambil pedangnya.
Tring!
Terdengar suara pedang yang beradu, Alena kini tak faham dengan kondisi yang ada. Sedangkan para pelayan hanya menggeleng melihat kebiasaan ayah anak itu.
“Anda pasti terkejut ya?” Tanya seorang pelayan pada Alena, Alena mengangguk.
“Mereka akan seperti itu sampai salah satu diantara mereka kalah, atau mereka berdua sudah kelelahan.” Ucap salah seorang Pelayan, Alena mengangguk saat kedua orang itu kini pergi ke tempat latihan.
“Semangat Duke Mattias!” Teriak seorang Ksatria, sedangkan beberapa pengawal Raja juga berteriak untuk Rajanya.
Suara riuh di sana membuat semua orang juga ikut berteriak, Alena juga ikut mengepalkan tangannya saat kedua orang itu bersaing tanpa kenal ampun.
“Ayo Mattias!” Gumam Alena tanpa sadar, sedangkan Pelayan yang semula bersama Alena juga tersenyum melihat Duchess-nya sudah mulai terbawa suasana.
...A few moments letter...
Kurang lebih satu jam berlalu, Alena kini sudah semakin terbawa suasana dia juga ikut berteriak seperti para Ksatria lainnya.
“Ayo Mattias!” Teriak Alena, sedangkan Mattias yang mendengar teriakan sang Istri kian bersemangat untuk mengalahkan sang Ayah.
“Apa Ayah mau bertaruh dengan saya?” Tanya Mattias saat mereka beradu pedang dengan ganasnya.
“Sepertinya menarik, apa yang kau inginkan?” Tanya Raja tersenyum penuh semangat.
“Saya akan mengatakannya nanti, bagaimana dengan anda?” Tanya Mattias, Raja juga mengangguk.
“Saya juga demikian,” Persaingan sengit terus dilakukan, dua monster pedang tengah bertarung dengan ganasnya.
Mereka berdua nampak telah kelelahan, matahari juga telah berada di atas kepala. Baju mereka telah berserakan akibat gerah dan terkena hempasan pedang. Suara teriakan kian menggema, para pelayan juga ikut berteriak saat itu.
Beberapa kali Mattias hampir berhasil mengunci tubuh Raja dan membuat Raja tak lagi dapat bergerak, namun Raja yang sudah memiliki banyak pengalaman bertarung tak kalah begitu saja. Dia juga menyerang dengan gencar dan Duke Mattias juga menghindarinya dengan baik.
Hingga di satu momen, Raja merasa bangga pada Putranya tersebut. Dia bahkan merasa bila kemampuan Mattias telah meningkat amat banyak, dia jadi tak ragu bila harus memilih Mattias menjadi penerusnya di masa depan.
Trang!
Raja memutar pedangnya hendak memukul Mattias, namun Mattias menghindar dengan cepat dan bersiap mengunci tangan sang Raja, Raja sigap akan hal itu dan menarik lengannya. Mattias tersenyum dan menendang kaki Raja hingga Raja terkapar.
“Anda kalah!” Ucap Mattias menempelkan pedangnya di dekat leher sang Raja, Raja tertawa dan bangkit di bantu oleh Mattias.
“Kamu berkembang terlalu pesat Nak,” Puji sang Raja, Mattias terkekeh.
“Karena tanggung jawab saya juga bertambah, berarti saya boleh mengajukan keinginan saya?” Tanya Mattias, Raja mengangguk mempersilahkan.
“Saya ingin agar anda menjaga diri anda, dan melindungi diri anda sendiri dengan baik. Saya mungkin akan semakin menyusahkan anda di masa depan.” Ucap Mattias, Raja tersenyum mendengar permintaan Putranya.
“Tentu saja, aku akan menjaga diriku dengan baik hingga aku bisa menggendong seorang cucu dan mendudukkannya di takhta ku.” Ucap sang Raja, Mattias terperanjat kaget akan hal itu.
“Jangan memikirkan sesuatu yang tidak akan terjadi, jangan merencanakan hal bodoh seperti itu lagi!” Gertak Mattias, Raja tertawa mendengarnya.
“Tapi bagaimana bila Alena yang memintanya?” Tanya Raja, Mattias menatap Alena yang berada di luar arena pertandingan.
“Bila dia meminta saya mengkudeta anda hari ini, saya akan melakukannya tahu! Tapi dia bukan wanita seperti itu.” Ucap Mattias dengan sepenuh hati, Raja tertegun.
“Apakah ini bentuk baru dari sebuah pemberontakan?” Tanya Raja, Mattias mengangkat bahunya.
“Terserah anda akan memandang ini sebagai apa, namun bila sampai anda membuat Istri saya melakukan hal seperti itu. Akan saya pastikan bila andalah yang akan menerima akibatnya sebagai yang pertama.” Ancam Mattias, Raja tersenyum sekilas.
“Entahlah, justru aku sangat menantikan di mana kau benar-benar menginginkan tahtaku dan ingin duduk di atasnya.” Ucap sang Raja, Mattias menggelengkan kepalanya. Ternyata keinginan sang Ayah belum juga pudar, untuk mengembalikan Mattias ke Istana yang penuh dengan ancaman itu.
“Anda jangan bermimpi terlalu banyak, namun bila memang itu terjadi, aku akan memintanya bukan menjatuhkannya.” Ucap Mattias, Raja mengangguk dan mereka berjalan ke luar arena.
“Alena, bagaimana penampilan saya tadi?” Tanya Mattias yang sudah ingin menerima pujian dari sang Istri.
“Keren sekali! Yang mulia Raja juga sangat lihai memainkan pedang. Mattias, apa saya juga boleh belajar pedang?” Tanya Alena lupa, bila dibelakangnya ada sang Raja.
“Tentu saja, aku akan mengajarimu dengan baik.” Ucap Mattias, Alena melompat kegirangan dan memeluk Mattias. Akhirnya keringat yang semula bercucuran di tubuh Mattias juga berpindah ke pakaian Alena.
“Saya senang sekali! Kapan kita akan mulai latihan?” Tanya lagi Alena dengan girangnya, Mattias menatap sang Ayah yang seolah tersisihkan.
“Kapanpun anda mau,” Ucap Mattias, Alena juga kini tersadar dan langsung maju dan berdiri di belakang sang suami.
“Maafkan atas kelancangan saya Baginda,” Alena menunduk, Raja tersenyum dan merangkul dua orang itu.
“Ah baiklah, sekarang aku jadi tidak cemas lagi.” Ucap Raja dengan bahagianya, pada awalnya dia takut bila Alena hanya menginginkan posisi aman dengan berada di samping Mattias. Namun ternyata tidak, sangat jelas terlihat dari mata keduanya bila mereka memang saling mencintai.