Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
Tubuh pasangan suami istri itu dipenuhi peluh. Keringat membanjiri badan keduanya akibat permainan panas itu.
Morning s e x
Kegiatan tersebut mengakibatkan badan mereka lengket-lengket di pagi hari. Tapi dua-duanya puas. Hope dan Darrel saling menatap, Hope menampilkan senyum termanisnya di depan sang suami. Dan tak di sangka-sangka mas Darrel balas tersenyum.
Ya ampun, senyuman mahal itu begitu indah. Rasanya wajah tampan suaminya bertambah beratus-ratus kali lipat. Mungkin ini lebay, tapi Hope tidak peduli. Karena jarang sekali suami dinginnya akan tersenyum lembut seperti ini padanya. Apa karena mereka baru selesai melakukan sek-s? Apa dia berhasil membuat suaminya puas?
Kalau begitu Hope akan memberikan tubuhnya terus kepada mas Darrel, membiarkan lelaki itu bermain semaunya sampai puas agar ia dapat melihat senyuman paling indah yang terpancar dari wajah tampan suaminya.
"Kenapa menatapku begitu?" Darrel bertanya. Tatapannya tak beralih sedikitpun dari Hope. Tangannya mengelus-elus punggung telanjang sang istri.
"Ngg ... Wajah mas ganteng banget." gumam Hope malu-malu. Darrel tertawa dalam hatinya. Ya iyalah parasnya tampan. Keluarga Wezumo bibit unggul semua.
"Nanti kalau kau me ..." ucapan Darrel terhenti.
Kalau kau melahirkan anakku, mereka juga akan memiliki paras yang cantik dan ganteng. Seperti orang tua mereka.
Lelaki itu melanjutkan kalimatnya dalam hati. Ia sangat ingin Hope melahirkan anak-anaknya. Tapi masih gengsi saja mengucapkan di depan sang istri. Bilang cinta saja gengsi, apalagi mengatakan ingin Hope melahirkan anak-anak mereka.
Darrel tahu keluarganya, terutama mamanya tidak akan setuju Hope melahirkan anak mereka. Tapi lelaki itu tidak peduli. Dia mengingini anak dari Hope. Tidak ada satupun orang yang bisa menghalanginya. Asalkan Hope bahagia bersama dengannya, akan Darrel pastikan tidak ada yang menyakiti isterinya. Termasuk keluarganya sendiri.
Dulu dia bingung dan tidak mengerti kenapa papanya memaksa menikahkan mereka. Dia juga belum siap waktu itu. Itu sebabnya Darrel beranggapan bahwa Hope mau menikah dengannya hanya demi status, karena dia adalah putra dari keluarga terpandang.
Tapi sekarang Darrel tidak peduli lagi. Ia sudah memastikan perasaannya ke sang istri tidak main-main. Dan perasaan itu sudah dari lama ia pendam. Mulai sekarang dia akan membuat Hope menjadi wanita yang berdampingan dengannya. Agar nanti tidak ada lagi orang-orang yang meremehkan istrinya. Termasuk keluarganya sendiri.
"Nanti apa mas?" Hope bertanya. Penasaran dengan kalimat suaminya yang menggantung.
Belum saatnya kau tahu Hope ...
Gumam Darrel lagi. Lelaki itu pun bangun.
"Tidak penting. Sekarang kita harus bersiap ke Malang. Kau masih ingat hari ini kita akan liburan kan?"
Ah benar. Hope lupa. Karena semalam mas Darrel kena alergi, dan paginya ia mendapatkan serangan panas dari sang suami, dia jadi lupa planning mereka.
"Tapi mas baru sembuh dari alergi. Memangnya masih ada tenaga?" tanya Hope polos.
Darrel yang hendak turun dari kasur berhenti sebentar dan melirik isterinya.
"Kau lupa tenagaku seperti apa saat menyerangmu tadi?"
Perkataan Darrel mengarah ke percintaan panas yang baru saja mereka lakukan beberapa menit yang lalu. Hope tersenyum malu. Ah, kenapa dia bisa bertanya begitu sih? Jelas-jelas mas Darrel sudah bugar sekali pagi ini. Terbukti dengan serangan brutalnya. Untung Hope bisa mengikuti permainannya, meski selesai itu badannya sedikit pegal-pegal. Tapi pegalnya sudah hilang sekarang.
"Aku mandi duluan, kau siapkan baju yang akan kita bawa. Masukan saja pakaian kita berdua di koper yang sama. Agar tidak terlalu repot bawa-bawa dua koper nanti." kata Darrel lagi sebelum lanjut berdiri dan menghilang di balik kamar mandi.
Hope mengulum senyum. Ah, mas Darrel manis banget sih ... Dia kan jadi makin cintaa ...
Pandangannya berpindah ke tempat tidur mereka yang sudah amat sangat berantakan. Lalu terkikik sendiri mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.
...®®®®...
Sekitar dua jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di sebuah penginapan di Malang. Darrel dan Hope di mobil sendiri. Sopir Darrel yang menyetir, karena pria itu ingin menyimpan tenaganya agar tidak terlalu lelah.
Keno dan Lina bersama teman-teman yang mereka bawa berada satu mobil. Keno yang menyetir. Lina membawa dua temannya laki-laki dan perempuan. Dan satu lagi perempuan yang Keno bawa untuk menemaninya bermain nanti.
Ketika turun dari mobil, perempuan yang Keno bawa itu langsung menatap Darrel yang ikut turun dari mobil bersama Hope. Nama perempuan itu Gisel.
"Laki-laki itu temanmu?" Gisel bertanya ke Keno. Ia tidak melihat sosok pasangan itu tadi karena mereka berangkat dengan mobil sendiri. Mana mobil yang di depan mewah sekali lagi. Jelaslah mata Gisel langsung terang. Di tambah lagi dengan ketampanan paripurna seorang Darrel.
"Iya." jawab Keno.
"Namanya siapa? Apa perempuan yang turun bersamanya adalah teman mainnya? Wanita yang dibayar seperti aku? Untuk memanjakan para lelaki kaya seperti kalian. Tapi perempuan itu biasa saja, cantikan aku. Mana bisa bikin laki-laki tampan itu puas."
"Jangan sembarangan kalau bicara!" tegur Keno langsung. Tatapannya tajam. Untung Darrel jauh di sana jadi tidak dengar suara Gisel yang cukup lantang. Kalau tidak, bisa habis dia sama Darrel.
"Kenapa, apa aku salah?" ucap Gisel santai. Lina dan kedua temannya sibuk mengambil barang-barang mereka di bagasi belakang.
"Dengar, perempuan itu bukanlah wanita panggilan sepertimu. Dia perempuan terhormat, istri sah dari laki-laki itu. Jangan samakan dia denganmu. Jauh sekali perbedaannya. Dan jangan sekali-sekali kau coba-coba menggoda suaminya. Aku bilang ini untuk kebaikanmu sendiri. Laki-laki itu berbahaya dan tidak suka dengan wanita panggilan. Lebih baik kau fokus puaskan aku saja." setelah bicara panjang lebar begitu, Keno berjalan meninggalkan Gisel. Ia mendekati Darrel dan Hope.
Gisel mendengus kesal.
"Perempuan itu sangat terhormat, sedangkan aku hanya wanita panggilan? Huh!" memang benar ucapan Keno. Tapi Gisel tetap sakit hati dipandang remeh begitu. Untung bayaran yang dia terima dari laki-laki itu nominalnya sangat besar, kalau tidak dia pasti sudah pulang sekarang.
Saat melihat wajah Darrel lagi, Gisel makin tidak ingin pulang. Bodoh amat dengan larangan Keno. Yang dia tahu semua laki-laki kalau sudah di goda, apalagi oleh wanita cantik yang meliuk-liuk dengan tubuh telanjang di depan mereka, mana mungkin tidak tergoda.
"Aku tidak percaya laki-laki itu tidak akan tergoda dengan tubuh indahku." Gisel tersenyum nakal. Lihat saja nanti bagaimana dia menggoda teman Keno yang super ganteng itu.