Kembali Ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan s2-nya. Anindya harus dihadapkan masalah yang selama ini disembunyikan Abinya yang ternyata memiliki hutang yang sangat besar dan belum lagi jumlah bunga yang sangat tidak masuk akal.
Kavindra, Pria tampan berusia 34 tahun yang telah memberikan hutang dan disebut sebagai rentenir yang sangat dingin dan tegas yang tidak memberikan toleransi kepada orang yang membuatnya sulit. Kavindra begitu sangat penasaran dengan Anindya yang datang kepadanya meminta toleransi atas hutang Abinya.
Dengan penampilan Anindya yang tertutup dan bahkan wajahnya juga memakai cadar yang membuat jiwa rasa penasaran seorang pemain itu menggebu-gebu.
Situasi yang sulit yang dihadapi gadis lemah itu membuat Kavindra memanfaatkan situasi yang menginginkan Anindya.
Tetapi Anindya meminta syarat untuk dinikahi. Karena walau berkorban demi Abinya dia juga tidak ingin melakukan zina tanpa pernikahan.
Bagaimana hubungan pernikahan Anindya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Insiden Mengerikan.
Anindya bener-bener sangat tidak mengerti dengan situasi yang dia hadapi, entah bisnis seperti apa yang dijalani Kavindra yang membuat Anindya bertanya-tanya.
Akhirnya pertukaran bisnis itu selesai juga. Kavindra yang Kembali keluar bersama dengan istrinya yang sejak tadi Anindya hanya diam saja.
Eheggg Eheggg
Anindya yang terasa begitu mual langsung memuntahkan isi perutnya yang kebetulan di sampingnya ada tong sampah, dia ternyata tidak tahan dengan situasi yang baru saja dihadapi dan dia tadi berusaha untuk menahan diri.
"Kamu kenapa Anindya?" tanya Kavindra memegang punggung sang istri. Anindya memuntahkan isi perutnya. Bagaimana dia tidak ingin muntah yang benar-benar sangat schok dengan kejadian yang baru saja dia alami.
Kavindra menyuruh anak buahnya untuk mengambilkan air putih dan akhirnya anak buahnya buru-buru pergi mengambil ke mobil dan tidak lama datang.
"Minumlah!" titah Kavindra memberikan kepada istrinya.
Dari tatapan mata Anindya sudah berbeda dan bisa dipastikan jika cadarnya dibuka maka itu pasti akan pucat.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Kavindra lagi yang membuat Anindya menganggukkan kepala.
Dia seolah tidak berani bertanya apa yang sebenarnya terjadi barusan, tempat apa itu, dan kenapa banyak barang-barang haram di sana, dia melihat orang-orang mabuk sana-sini, wanita yang mempertunjukkan auratnya dan bahkan suaminya terlihat saling bertukar barang yang sudah dapat dipastikan ilegal.
Anindya ingin mempertanyakan semua itu, tetapi ada rasa ketakutan sendiri di dalam hatinya yang hanya bisa melihat Kavindra yang tetap berdiri di depannya tampak begitu sangat tenang dan tidak juga berusaha menjelaskan apapun.
"Kita sebaiknya kembali. Kamu harus istirahat," ucap Kavindra yang lagi-lagi membuat Anindya menganggukkan kepala.
Mereka berdua yang akhirnya melangkah.
Dorrr.
"Aaaaaaa!" Anindya berteriak begitu sangat histeris saat seseorang tepat berjalan di depannya di tembak begitu dahsyat di bagian kepala sehingga darahnya muncrat sampai mengenai Anindya.
Kavindra dengan cepat langsung memeluk Anindya dan membawanya pergi.
Orang-orang yang ada di sana tampak terkejut berlari kesana kemari dan suara tembakan semakin terdengar sangat banyak dan bukan hanya satu korban saja yang sudah tewas bahkan ada beberapa yang sudah tewas.
Anindya yang benar-benar sangat shock dengan kejadian di depannya itu.
Anindya dan Kavindra yang berada di balik mobil dengan berjongkok yang berlindung dari tembakan peluru. Anak buah Kavindra saling berbalas tembakan tersebut yang tidak tahu berasal dari mana dan sementara Anindya benar-benar sangat schok dengan kejadian itu yang terus berjongkok dengan menutup kedua telinganya.
Kavindra yang berusaha melindunginya terus mengarahkan tembakannya kepada titik-titik yang dia tahu berasal dari mana.
"Anindya kamu tenanglah!" ucap Kavindra yang membuat Anindya menganggukkan kepala.
"Hitungan 1 sampai 3, kita langsung lari. Kamu harus mengikuti arahan ku," ucap Kavindra.
Anindya kembali menganggukkan kepala yang menuruti apa kata sang suami.
"Kita mulai," ucap Kavindra. Anindya mengangguk
Kavindra mengarahkan pistolnya di dekat air terjun dan ketika terdengar suara tembakan air terjun menguap yang tampak memancur dan saat itu juga Kavindra dan Anindya berlari.
Tetap saja mereka diserang dengan tembakan sana-sini yang terdengar begitu sangat kuat dan Anindya hanya menutup telinganya saja yang berlari dengan satu tangannya dipegang suaminya dan satu tangan Kavindra yang masih memegang pistol dan menembakkan kepada orang-orang yang berusaha ingin menyerang dirinya.
Sampai akhirnya Kavindra dan Anindya berhasil menuju mobil mereka dan Kavindra terlebih dahulu membukakan pintu mobil untuk Anindya dan menyuruh masuk dan dengan sangat buru-buru Kavindra menyusul masuk ke dalam.
Mereka tetap saja mendapat serangan saat Kavindra menyetir dengan kecepatan tinggi. Anindya sama sekali tidak menoleh ke belakang yang masih mencoba untuk menenangkan diri. Dia sangat tidak percaya dengan kejadian yang dialami.
Untuk pertama kalinya seseorang mati di hadapannya berlumuran darah, karena tembakan itu. Jantungnya masih berdebar begitu kencang dan melihat ke arah Kavindra yang menyetir dengan kecepatan yang sangat tinggi dan wajah itu juga tampak menegang. Lagi dan lagi yang ternyata Anindia tidak berani bertanya kepada Kavindra.
Dia hanya berharap Kavindra menjelaskan sendiri kepadanya apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi entahlah apakah Anindya akan mendapat penjelasan itu atau justru dia hanya akan diam saja.
***
Akhirnya Kavindra dan Anindya sudah kembali ke hotel. Anindya masih menenangkan diri dan sementara Kavindra yang terlihat buru-buru membuka lemari dan berganti pakaian dengan sangat cepat.
Suara ponselnya yang berdering membuat Kavindra mengangkat panggilan tersebut sembari memakai pakaian.
"Kamu perbanyak anak buah dan lakukan penyerangan. Jangan sampai mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Aku akan segera menyusul," ucap Kavindra dengan sangat singkat dan mematikan panggilan telepon itu.
Setelah dia selesai berganti pakaian, Kavindra terlihat membuka nakas dan mengambil pisau yang tampak disembunyikan di bagian punggungnya. Di depan Anindya dia juga terlihat mengisi beberapa peluru ke dalam pistolnya. Tidak ada sama sekali yang disembunyikan Kavindra yang secara terang-terangan memperlihatkan bahwa dirinya sudah sangat terbiasa dengan senjata seperti itu.
Anindya hanya memperhatikan sejak tadi, masih terlihat begitu sangat schok dan mulutnya tidak mampu berkata-kata.
Kavindra yang tidak mengatakan apa-apa yang ingin keluar dari kamar itu. Namun di hentikan Anindya dengan memegang lengan sang suami.
"Tuan mau kemana?" tanyanya dengan suara bergetar yang tampak sangat takut.
Kavindra memeluk Anindya yang membuat Anindya memejamkan mata yang merasa ketakutannya sedikit hilang dan mungkin Kavindra bisa merasakan tubuhnya yang bergetar. Tetapi pelukan itu hanya sebentar dan Kavindra yang kembali melepasnya.
"Kamu bisa melakukan apa yang kamu mau," hanya kata-kata itu yang diucapkan Kavindra sebelum dia pergi..
"Tuan!" Anindya tidak bisa mencegah kepergian suaminya yang sudah keluar dari kamar.
"Ya. Allah apa yang terjadi sebenarnya dan kenapa perasaanku tidak enak. Ada apa ini dan sebenarnya pekerjaan suami hamba seperti apa? kenapa dia terlihat begitu terbiasa dengan semua situasi itu. Ada apa ini?" Anindya baru bisa mengekspresikan perasaannya saat ini dengan menangis sembari mengusap wajahnya.
Bau amis di bajunya masih begitu terasa bekas darah dari orang yang ditembak di depan matanya. Anindya merasa dunia yang dihadapi sekarang benar-benar sangat menyeramkan, pertumpahan darah yang terjadi dan sebelum itu dia juga melihat hal-hal yang sangat haram.
****
Anindya yang berada di dalam kamar, sejak tadi dia menunggu Kavindra yang tidak kunjung datang. Anindya tampak begitu gelisah yang terus mondar-mandir dengan matanya yang melihat ke arah jarum jam.
Mata Anindya melihat ke arah tiket yang sebelumnya diberikan Kavindra. Anindya mengingat tiket tersebut bisa digunakan kapan saja.
"Aku tidak mungkin berada dalam situasi ini. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi sebenarnya. Anindya kamu masih bisa menyelamatkan diri dari semua ini," ucapnya yang tiba-tiba saja kepikiran sesuatu.
Anindya harus berpikir matang-matang atas apa yang sudah terjadi di depan matanya. Anindya tidak memikirkan apapun lagi yang langsung membuka lemari dan memasukkan pakaiannya ke dalam koper dengan sangat buru-buru.
Karena dia sudah menunggu kedatangan Kavindra yang juga tidak kunjung datang dan Anindya ingin menyelamatkan dirinya. Karena tidak ada yang mengawasi Anindya yang semua ikut pergi bersama dengan Kavindra. Jadi Anindya memiliki kebebasan.
Bersambung.....