Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Keesokan harinya, saat ini Ana dan Marco mulai bertindak mengurusi surat kepindahan sekolah untuk Afif sedangkan gadis remaja itu hari ini di liburkan kembali oleh ibunya.
"Bu, kenapa Afif harus libur lagi, padahal Afif ada tugas yang penting untuk hari ini," terang anaknya itu.
"Sayang, ibu minta maaf sekali lagi, kamu harus pindah ya dari sekolah itu, ibu janji akan mencarikan sekolah yang terbaik untukmu dari itu," pinta Amira kembali.
"Ibu kenapa harus begitu coba ibu jelaskan alasan apa yang membuat Ibu sampai kekeh ingin memindahkan aku ke sekolahan lain," ucap Afifah, yang menginginkan jawaban yang sesungguhnya dari ibunya.
Dari tadi malam Amira sudah memikirkan dan menyiapkan harinya untuk berbicara baik-baik dari hati ke hati pada anaknya ini.
"Sayang, ada yang ingin ibu bicarakan padamu, ini mengenai ibu dan juga kamu Nak," ucap Amira.
"Apa itu?" tanya Afif.
"Afif sebelum ibu bercerita ibu mohon sama Afif untuk memahami apa yang menjadi maksud dan tujuan ibu ini," ungkap Amira terlebih dahulu.
"Iya Bu, Insya Allah Afif akan memahami, asal ibu berkata jujur dan tidak menyembunyikan sesuatu dari Afif," terang anaknya itu.
"Sayang, sebenarnya ada yang ibu sembunyikan dari kamu Nak, semenjak kamu kecil hingga sekarang, tapi ketahuilah ibu melakukan itu demi kesehatan mentalmu Nak," ucap Amira.
"Apa itu Bu,?" tanya Afifah.
"Maafkan ibu ya, yang menyembunyikan keberadaan ayahmu sampai bertahun-tahun seperti ini, ada alasan terkuat yang membuat ibu melakukan itu Nak," ungkap Amira sambil memejamkan matanya.
Amira sudah pasrah bahkan wanita itu sudah siap jika harus di benci oleh anaknya karena sudah menyembunyikan sesuatu yang teramat besar dari hidup Afifah.
"Ibu, gak becanda kan?" tanya Afifah memastikan pasalnya anak itu begitu percaya ketika diberi tahu kalau ayahnya sudah meninggal dunia.
"Ibu gak bohong Sayang," sahut Amira sambil menggelengkan kepalanya.
Afifah mencoba untuk berdiam, menatap kuat sorot mata ibu nya dalam-dalam, dan benar dia tidak melihat kebohongan yang terpancar dari sorot mata ibunya.
"Apa alasan Ibu menyembunyikan ini semua dari Afif?" tanya anaknya itu sekali lagi.
"Sayang, Enam belas tahun yang lalu, ibu menjalin hubungan dengan lelaki yang ibu sayangi dan cintai, ketika hubungan ibu menginjak lima tahun, dan ibu ingin kasih kejutan pada kekasih ibu waktu itu, tapi sayang kekasih ibu menginginkan perpisahan dari hubungan yang sudah lima tahun itu," jelas Amira.
"Apa lelaki itu merupakan ayah dari Afif?" tanya putrinya kembali.
"Iya Nak, dia ayah darimu, bahkan ketika ibu ingin memberi tahu kalau ibu tengah mengandung janinnya lelaki itu memilih mengakhiri hubungannya dan memilih bersanding dengan sahabat ibu sendiri," sahut Amira yang benar-benar membuat Afifah melongo.
Sejenak Afifah mulai mencerna dan memahami apa yang diucapkan oleh ibunya tersebut.
"Ibu sudah tepat meninggalkan pria yang sudah tidak mencintai Ibu lagi, dan berkhianat di belakang Ibu, bahkan Afif sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana Ibu berjuang pada waktu itu untuk menjaga Afif ketika di dalam kandungan," jelas anaknya itu, yang membuat hati Amira lega.
"Kamu tidak marah Nak, sama ibu?" tanya Amira.
"Untuk apa aku marah, sama orang yang sudah berjuang mati-matian untuk mempertahankan ku hidup di dunia ini, Ibu sudah hebat bisa membesarkan anak diluar nikah, dan itu tidak bisa dilakukan oleh semua perempuan, bahkan ada dari kebanyakan mereka yang memilih menggugurkan janinnya, tapi Ibu tidak, Afif bangga denganmu Bu," ucap anaknya itu yang membuat Amira berlapang dada.
"Terima kasih sudah mau mengerti dengan keputusan ibu," sahut Amira.
"Jangan berterima kasih, seharusnya Afif yang harus berterima kasih, oh ya apa cerita Afif ini ada hubungannya dengan pria yang kemarin di sekolah?" tanya Afif menelisik.
"I-iya Nak, dan itu yang membuat ibu tidak terima karena ibu tahu pria itu membentak mu Nak, ibu sakit hati," jelas Amira.
"Seharusnya ibu tidak usah datang biarkan saja dia memarahi Afif sepuas hatinya," imbuh anaknya itu.
"Ibu gak bisa Nak, melihat kamu diperlakukan seperti itu sama siapapun itu," ungkap Amira.
"Aku jadi tahu alasan Ibu memindahkan Afif dari sekolah itu, kira-kira pria itu menyesal gak Bu, sudah memarahi Afif, bahkan sampai sekarang Afif masih ingat loh bagaimana dia nunjuk-nunjuk muka Afif," jelas anaknya itu.
"Sepertinya begitu karena tadi malam kata satpam yang berjaga di rumah kita pria itu tidak pulang-pulang masih menunggu kedatangan kita," sahut Amira.
"Ya sudah karena Afif anaknya gak mau ribet lebih baik nurut sama Ibu saja, lagian aku juga gak mau kalau sampai di sekolah gak nyaman karena di recokin mulu sama anaknya bapak itu," jelas Afif yang akhirnya mau mengerti.
******
Di tempat lain saat ini Arya mulai mengintai ke sekolah Afif, tapi sayang, mulai tadi pagi hingga agak siangan pria itu tidak menemukan Afif sama sekali, hingga pada akhirnya Arya memutuskan untuk ke kantornya dengan perasaan yang begitu frustrasi.
"Astaga! Apa anakku sudah tidak di ijinkan lagi ke sekolah," ucap Arya sendiri.
"Ini tidak boleh terjadi, Amira kau sudah sekian lama memisahkan aku dengan darah dagingku sendiri, untuk kali ini aku tidak akan melepaskan kalian begitu saja, camkan itu!" desis Arya sambil turun dari mobilnya.
Arya mulai memasuki gedung pencakar langit itu, hingga pada akhirnya dia masuk ke dalam ruangannya dan di sini fokus Arya mulai kepada Afifah dan Amira, bahkan bayang-bayang dirinya memarahi anak itu masih terekam di kepalanya.
"Nak, maafkan Papa yang sudah membentak mu tanpa sengaja," ungkap Arya dengan penyesalannya.
*******
Sore harinya saat ini Arya mulai mendatangi rumah Amira kembali tapi sayang, kata satpam yang ada jawabannya masih sama seperti kemarin, hingga pada akhirnya Arya nekad ingin mendesak masuk ke rumah Amira.
"Pak, saya ini tamu, seharusnya anda mengijinkan tamu majikan anda untuk masuk, bahkan Bapak sendiri yang bilang kalau besok majikan Bapak itu sudah datang, tolonglah jangan mempermainkan hati seseorang, aku datang kesini jauh loh, aku bela-belain datang kesini!" desak Arya dengan amarah yang sudah berapi-api.
"Tapi memang kenyataannya ibu sedang tidak ada di rumah ini seharusnya anda menerima bukan malah ingin menerobos pagar seperti ini, kamu disini bekerja Pak, saya harap anda paham dengan profesional pekerjaan," jelas satpam tersebut.
"Hah, dasar, saya tahu kalian ini di suruh oleh Amira untuk tidak mengijinkan saya masuk ke dalam, dasar kau," murka Arya, hampir saja dia menonjok wajah satpam itu beruntung di hadang oleh satpam yang lainnya.
"Anda tidak boleh main hakim sendiri Pak, tolong bertamulah yang baik," ucap Satpam tersebut.
"Saya sudah datang baik-baik dari kemarin sampai malam pun saya menunggu dan tidak ada hasilnya, lalu kemudian sekarang saya datang kesini lagi, dan tetap masih seperti kemarin, saya merasa satpam ini memainkan saya Pak," ungkap Arya yang memang sudah tidak bisa lagi kontrol emosinya.
Siang ... Semoga suka ya dengan kelanjutan bab ini
regan tambah keren aja bisa menghalau keluarga arya yg sok kaya itu... paling gak buat aluna dipenjara thor. biar jatuh nama baik n harga diri keluarga arya n nadine
kayaknya pa regan jodohnya Amira 🤲