LF: License to Fight
Dia memang seorang pria biasa, dia juga hanyalah pria yang ingin bebas dari pekerjaan penting nya. Apapun segala hal yang dia lakukan adalah hal yang nyata. Tanpa tugas, tanpa izin, dia bisa menjadi apapun.
Sepenuhnya menceritakan seorang Samuel yang bernama asli Ah-Duken. Dia hanyalah Pria yang harus menangani berbagai kasus yang tidak masuk akal, jika kasus nya tidak masuk akal, maka pekerjaan nya semakin tidak masuk akal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4 Perjanjian Kartu Jatuh
Esoknya samuel mengintip sesuatu dari dinding sekolah. Rupanya ia melihat Seo Jin yang membeli makanan di kantin.
"Cih.... Dia terus jajan, tapi tak pernah bayar spp... Lihat aja nanti."
Tapi pandangan Samuel teralihkan ketika melihat ada banyak gadis yang berebutan memberi makanan pada Omura. Rupanya benar Omura yang di kagumi mereka.
"Hm.... Pria itu beruntung.... Untungnya tak ada sifat brengsek yang kulihat," Samuel melihat Omura yang hanya menerima mereka tanpa pilih pilih dan tetap ingat bahwa dia adalah seorang guru yang baik.
"Yeah... Itu urusanmu," Samuel menjadi kembali tak mempedulikan itu dan melihat ke arah Seo Jin lagi. Tapi ia benar benar terkejut karena gadis itu tak ada alias hilang.
"Hah kemana dia?!" Samuel terkejut panik melihat sekitar. "Haduh... Jadi aku kehilangan nya.... Cari saja lah...." dia berjalan mulai mencarinya di semua tempat sekolah. Tapi saat ia lewat toilet wanita, ia mencium bau rokok membuatnya berhenti berjalan. Samuel berhenti dan masuk ke kamar mandi wanita dan bau nya semakin tercium
"Cih... Kukira sekolah ini mendidik dengan baik," dia menggulung bukunya dan seketika melemparnya ke bawah membuat suara yang keras di kamar mandi itu.
"Keluar kalian!! Aku tahu kalian merokok!!" teriaknya. Beberapa detik kemudian 3 gadis muncul dari kamar mandi di sana.
"Berikan aku rokok kalian!!" Samuel berteriak tegas lalu mereka memberikan rokok mereka padanya.
"Aku tidak tahu apakah ada peraturan di sini atau malah tidak ada, dan aku memang guru sementara tapi aku melakukan ini untuk masa depan kalian juga. Pemberitahuan ini untuk kalian, bukan untuk sekolah. Aku tak mau tahu kalian harus pergi ke kantor ku nanti sepulang sekolah, biarkan aku mencatat nama kalian dan kalian bisa pulang," kata Samuel. Tanpa wajah apa apa mereka lalu pergi keluar meninggalkan Samuel yang membuang rokok itu di tempat sampah kamar mandi.
"Erick bilang sekolah ini sangatlah baik tapi kenapa ini lebih buruk dari yang ku kira, lebih baik aku kembali mengecek memastikan masih ada rokok lagi apa tidak," Samuel masuk ke kamar mandi wanita itu dan mengecek di tempat kecil ada rokok tidak. Lalu saat dia mengecek di pengharum ruangan yang ada di salah satu dalam kamar mandi, ia terdiam ketika menemukan sesuatu di sana saat membuka alat pengharum ruangan itu dan rupanya ada kamera kecil di sana membuatnya terdiam.
Kamera itu ada di dalam alat itu.
"Ini.... Kamera....? Apa ada orang yang sengaja meletakan ini supaya melihat wanita berganti?" Samuel menjadi terkejut sendiri. Lalu ia turun dan pergi sambil membawa kamera itu ke kantornya. Menyalakan laptopnya dan melihat rekaman kamera kecil itu. Dan rupanya benar, kamera itu telah merekam semua wanita di sana. Samuel menjadi tercengang melihatnya, tapi tiba tiba ada Seo Jin.
"Sensei," dia ada di depan. Seketika membuat Samuel terkejut dan menutup layar laptopnya.
"E..... Ada apa?" tatap nya menyembunyikan sesuatu.
"Aku lihat kau tadi berteriak tegas pada 3 wanita di kamar mandi tadi?" Seo Jin menatap.
"Yah memang benar.... Apa mereka memang selalu begitu?" tanya Samuel dengan serius.
"Mereka memang begitu, kau tak perlu heran lagi... Di sini memang ada peraturan tapi mereka akan melakukan nya lagi dan mereka juga tak akan datang di kantormu nanti," kata Seo Jin membuat Samuel terdiam.
"Apa maksudmu?"
"Mereka memang seperti itu," kata Seo Jin, tapi ia terdiam ketika melihat sebuah buku gambar kecil di depan nya. Ia perlahan mengambilnya membuat Samuel terkejut. "Heh....!! Jangan di ambil..... Itu memalukan!!"
Tapi Seo Jin sudah membukanya dan wajahnya sangat terkesan. Karena Samuel menggambar wajah hanya dengan sebatas arsiran bolpen.
"Bukankah ini sangat luar biasa? Sensei... Kau harus menjual ini... Ini gambaran mu bukan?"
"Yah begitulah.... Aku sudah tak bisa menjualnya."
"Kalau begitu biar aku saja," Seo Jin mengambil buku gambar itu.
"Cih... Kau... Gadis pengganggu," Samuel mulai kesal.
"Sebabnya bukan itu yang ku bahas.... Aku ingin menunjukan ini," Seo Jin mencari sesuatu di sakunya lalu di tunjukan ke Samuel. Seketika Samuel terkejut karena Seo Jin membawa kartu Identitas polisinya.
"I... Itu!!!"
"Aku menemukan ini saat kau berjalan keluar membawa tas mu itu.... Terjatuh dari tas mu."
"G-gadis baik.... Terima kasih~" Samuel akan mengambilnya tapi Seo Jin menahan wajah Samuel dengan tangan nya untuk tidak mendekat.
"Apa yang kau lakukan!!" Samuel menatap kesal.
"Kau seharusnya beruntung ini tidak di temukan yang lain... Jika ini di temukan mereka, maka kau sudah menjadi pembicaraan sekolah."
"Aku tahu itu... Berikan padaku..."
"Tidak akan."
"Apa...?! Kenapa!?"
"Jika ingin mengambil kartu ini, kau harus menjelaskan padaku lebih dulu, siapa kau," Seo Jin menatap paksa membuat Samuel terdiam dan menghela napas panjang.
"Selagi kau tidak menyebarkan fakta soal hal ini, aku akan memberitahu mu, aku adalah pengurus inti dari nama organisasi kartu itu," kata Samuel.
"Kenapa kau malah mengikuti program pertukaran guru?"
"Aku memiliki misi penting, ini bukan urusan bocah kecil seperti mu, jadi sebaiknya berikan padaku!" Samuel akan mengambilnya dari tangan Seo Jin, tapi Seo Jin menariknya dengan cepat membuat Samuel semakin kesal.
"Aku akan memberikan nya padamu setelah aku menjual gambar gambar mu yang bagus ini, tunggu saja besok," kata Seo Jin.
Samuel terdiam kaku. "Gadis itu menjengkelkan sekali sih...."
Setelah itu tampak Samuel berjalan menuju ke lorong, dimana lorong di sana ada mesin kotak penjual minuman, dia membeli minuman di sana.
Tapi ketika memasukan uang, ada tangan yang menampar dan menempel di mesin penjual itu di belakang Samuel.
Hal itu membuat Samuel menoleh dan rupanya 3 gadis ada di belakang nya.
"Hei, kamu, pria tinggi yang menjengkelkan... Berani sekali kau melakukan itu pada kami, kembalikan rokok kami sekarang!" mereka menatap tajam dan begitu menantang.
Rupanya yang dikatakan Seo Jin benar, mereka bertiga benar benar menantang Samuel dan tidak ada takut takutnya sama sekali melawan guru seperti nya.
Samuel hanya terdiam, dia lalu merogoh sakunya, mereka berpikir dia akan mengambil rokok mereka yang tadi di sita oleh Samuel.
Tapi siapa sangka, Samuel mengeluarkan kertas catatan, dia menulis dan mencatat.
"Kalian dari kelas 12 a, aku akan mencatat kalian dan nama kalian, aku tahu semua," kata Samuel membuat mereka terkejut.
"Tak hanya di panggil kepala sekolah, orang tua kalian juga akan bersekolah," tambah Samuel.
Hal itu membuat salah satu gadis itu kesal dan akan memukul Samuel. Tapi Samuel hanya menghindar dan memegang tangan nya, dia memegang dengan kencang membuat gadis itu kesakitan.
"Ak..... Akhhh....!!"
"Hoi, sudah cukup, lepaskan dia!! Kami tidak akan melakukan nya lagi," mereka menyerah.
Di balik masker Samuel, dia tersenyum kecil dan melepasnya, kemudian mereka segera pergi dari sana.
"Gadis yang tidak di ajari dari kasta atas..." pikirnya sambil kembali mengambil minuman soda yang ia ambil dari mesin penjual minuman itu.
Lalu kembali berjalan pergi dari sana. Tapi ada hal yang membuatnya tertarik yakni dia melewati sebuah ruangan seni.
Dia tertarik untuk ke sana, karena situasi sepi dan semua siswi sedang melakukan pembelajaran, dia berjalan masuk ke sana.
Tapi siapa sangka, ada Seo Jin yang di bawah lantai mengerjakan sesuatu. Dia menoleh ketika Samuel datang dan Samuel juga terdiam kaku ketika melihatnya.
"Kenapa kau tidak ada di kelasmu?!" Samuel harus menatap kesal padanya.
Tapi Seo Jin menunjukan sesuatu dari yang ia buat tadi, itu adalah banyaknya gambaran Samuel yang ia bungkus dengan bingkai yang cantik membuat Samuel terdiam menatap itu.
"Aku membuat bingkai agar terlihat menarik, dengan begitu semuanya akan langsung tertarik membelinya."
"Ck, aku tak peduli itu, kenapa kau tidak di kelasmu, dan oh ya, kembalikan kartuku sekarang, aku akan menahan mu di sini sebelum kau benar benar memberikan kartuku," Samuel mengulur tangan dengan wajah kesal.
Lalu Seo Jin berdiri dari duduk di bawah tadi. "Sebelumnya aku ingin memintamu sesuatu dulu, aku mengatakan hal ini nanti karena aku berpikir kau pasti bisa melakukan nya," kata Seo Jin.
Samuel bergerak dengan gregetan lalu menghela napas. "Hiz.... Baiklah cepat."
"3 hari yang lalu, sahabatku Minki telah hilang, dan pihak sekolah benar benar tak peduli itu karena bukan kesalahan mereka, karena Minki hilang pada malam hari bukan saat sekolah. Saat itu aku melihatnya di pemberhentian bus sedang duduk dan sebuah mobil menjemputnya, setelah itu aku benar benar tidak menyangka dia tak akan masuk selama 3 hari. Aku memiliki perasaan dia di culik oleh orang dari bar... Aku berencana mencarinya jadi apa kau mau mencarinya, kau seorang polisi pelacak kan, di sini tertulis sangat jelas... Jika tidak mau.... Aku ungkap identitas mu di depan semua orang," Seo Jin bernada memprovokasi nya.
"E..... Gadis ini licik juga... Tapi yah.... Sepertinya ini memang harus di selidiki. Memang nya gadis seperti mu punya teman dekat, aku meragukan itu," Samuel meremehkan nya dulu karena Seo Jin selalu menyendiri dan tingkahnya, tidak sama seperti mereka.
"Aku hanya ingin meminta bantuan mu bukan, atau aku akan menyebarkan info ini agar kau gagal dalam misi mu," Seo Jin menatap tajam. "Minki sudah jelas teman ku, kami selalu dekat," tambahnya.
"Gezz..... Kalau begitu serahkan padaku kau tak perlu turun tangan."
"Tunggu... Sebenarnya aku ingin ikut mencari."
"Apah.....?! Kau gila.....?! Kau masih gadis... Ngak.... Ngak akan," Samuel menolaknya.
"Cih... Aku akan mencarinya!!... Dan kartu ini tetap aku ambil dan bawa," Seo Jin menyela dengan kesal lalu berjalan pergi. Dia membawa gambaran Samuel dan meninggalkan nya di ruangan seni itu.
"Gadis itu.... Hiz... Bikin emosi.... Dia bahkan mengambil buku gambar yang sudah aku gambar banyak itu... Hilang sudah cita citaku dan masa lalu ku," Samuel semakin kesal.
"Tunggu, cita-cita ku memang sudah hilang...."