Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.
Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.
Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
023 - Kencan Panas
Jelita pikir, jika ia memberi sebuah ciuman kepada Saka, pria itu akan mendorongnya agar menjauh lantaran tak terima mendapat serangan dari seorang wanita gila.
Namun Jelita salah, Saka justru membalas ciumannya. Mereka justru tak berhenti berciuman bahkan melanjutkan ciuman mereka begitu tiba di kamar Saka.
Ini gila, namun kegilaan ini bukannya dihentikan, malah terus dilanjutkan.
Padahal awalnya Jelita hanya mencium Saka dengan tujuan untuk menghilangkan kecurigaan Saka terhadap Jelita yang kemungkinan besar adalah wanita yang disuruh oleh seseorang untuk mendekati Saka.
Bibir yang saling beradu, saling mencecap, dan lidah yang menari seirama, menghitung satu per satu susunan gigi yang tersusun rapi, berlomba untuk saling mengungguli.
Apa ini yang dinamakan dorongan hormon dopamin?
Saat Jelita memegangi rambut Saka, dengan serakah tak mengizinkan pria itu melakukan aksi yang terlalu dominan ketika memagut bibir Jelita seakan hendak menelan Jelita secara utuh.
Akal sehat Saka sudah menjerit histeris, menyuruh Saka untuk berhenti mencium wanita itu.
Namun tubuh Saka justru menggendong wanita itu dan merebahkan ke tempat tidurnya.
Wanita itu begitu pandai memprovokasinya, ciuman yang begitu intens membuat Saka mengabaikan jeritan akal sehatnya.
Ia menginginkan wanita itu, wanita itu harus bertanggung jawab karena sudah menggoda sisi buasnya yang tak terjamah.
"Tu-tuan, aku tak bisa bernapas.”
Wanita itu merengek di bibir Saka.
"Apa sekarang kau lupa cara bernapas?"
Saka balik menggoda, mata mereka saling bertemu.
Jelita mengusap dada bidang pria itu, merasakan jantung pria itu bergemuruh karena ledakan hasrat.
"Tuan," kata Jelita setengah merengek.
"Panggil namaku, Pretty," kata Saka sambil menyapukan tangannya ke dalam paha wanita itu.
"Em, Saka, apakah kau sungguh menginginkanku?"
"Apakah itu pertanyaan yang pantas ditanyakan di saat seperti ini?" Saka balik bertanya.
Wanita cantik itu tersenyum, menyambut kembali bibir Saka.
Pria itu terlalu pandai membuat Jelita tidak bisa berpikir, yang ada ia hanya ingin merasakan kesenangan yang tak pernah ia rasakan dalam hidupnya.
Bibir pria itu menyapu kulitnya, tangan pria itu menggerayangi seluruh tubuhnya, membuka setiap helai kain yang menutup tubuhnya.
Inikah yang namanya terhipnotis?
Tergoda dan terbuai untuk membenamkan diri dalam telaga kenikmatan yang datang menghempas bak gelombang menghantam karang.
...***...
Jelita terbangun dan terkejut karena melihat ada tangan yang melingkari pinggangnya. Ia menoleh dan mendapati Saka masih terpejam dengan napas teratur di punggungnya.
Ugh!! Tidak! Bagaimana ini?!
Kenapa aku malah tidur dengan laki-laki ini?! Jelita membatin gusar.
Jelita perlahan turun dari tempat tidur dengan menahan rasa tidak nyaman di sekujur tubuhnya. Ia sungguh tak menyangka bahwa pengalaman pertamanya justru ia lakukan bersama Saka.
Secara hukum yang berlaku, tentu tidak masalah karena mereka memang suami dan istri. Hanya saja, pria itu pasti tidak tahu identitas asli wanita yang sudah menghabiskan malam panas bersamanya.
Jelita mengambil gaunnya dan mendapati gaun itu terbelah dua karena semalam Saka merobeknya seperti orang kesurupan.
Jelita mengambil tasnya di lantai yang dipenuhi pakaian mereka berdua.
Jelita kembali ke tempat tidur dengan gawai cerdasnya. Ia mengambil foto dirinya dan Saka yang masih terlelap.
"Hmm, lagi-lagi mengambil foto tanpa izin.”
Jelita tersentak kaget mendengar suara Saka, dan dalam sekejap, pria itu sudah berhasil merampas gawai cerdas di tangan Jelita.
"Hmm, saya hanya mengambil kenang-kenangan sebelum kita berpisah, apa tidak boleh?" tanya Jelita.
"Jadi, kau berpikir bahwa setelah ini kita sungguh akan berpisah?"
Saka melihat-lihat isi galeri foto di gawai cerdas Jelita.
Jelita segera merangkak naik ke tubuh Saka untuk merebut kembali gawai cerdasnya, namun tentu dengan gerakan yang membuat Saka kembali tergoda dan melahap dua buah ranum yang menggantung di depan wajahnya.
"Aahh.."
Jelita kembali melenguh akibat perbuatan Saka.
"Hmm, jadi, kau sungguh tidak mau bertemu denganku lagi?"
Saka kembali menyusuri dada dan leher Jelita dengan bibirnya.
"Memangnya, kau masih mau bertemu denganku?" tanya Jelita sambil membelai lembut rambut Saka.
"Tentu saja, kita masih punya lima kencan lagi kan?" jawab Saka.
"Hmm, lalu, setelah lima kencan lagi?" tanya Jelita.
"Kita lihat saja nanti.”
Saka menyeringai sambil kembali memagut bibir wanita cantik yang berada di atas tubuhnya.
Wanita cantik itu benar-benar sangat pandai menggoda Saka membuat Saka kehilangan kendali atas dirinya.
Wanita itu benar-benar bisa membuat Saka melupakan segalanya. Wanita itu bagaikan wine yang membuatnya mabuk meski hanya minum seteguk namun ia tak akan berhenti untuk menikmati setiap tetesnya.
Mengapa tidur dengan wanita ini rasanya begitu nikmat dan membuatnya begitu kecanduan?
Perasaan ini sungguh berbeda dari yang ia rasakan terhadap Sera.
Saat bersama Sera, Saka ingin selalu melindungi dan menjaga Sera bahkan dari hasratnya sendiri.
Lain halnya dengan wanita yang saat ini sedang menikmati tubuh Saka, tubuhnya yang tanpa sehelai benang bak sekuntum bunga yang merekah, menggoda lebah untuk menghisap setiap tetes madu yang terasa begitu nikmat, manis, dan legitnya duniawi.
Peluh yang merembes di pori-porinya bahkan terasa sangat manis di lidah Saka.
Ini gila, tapi Saka benar-benar suka dengan kegilaan ini.
...***...
Dua orang pramuniaga dari sebuah butik premium datang membawa koleksi busana dari butik mereka ke kamar tempat Saka menginap.
Jelita yang saat ini baru selesai mandi jelas terkejut karena Saka menyuruhnya untuk memilih gaun yang Jelita inginkan.
"Saka, apa maksudnya ini?" tanya Jelita keheranan.
"Tentu saja aku harus mengganti gaunmu yang semalam kurusak," jawab Saka.
Apa dia sedang pamer kalau dia adalah pria kaya yang bahkan bisa membawa butik ke dalam kamar tempatnya menginap? batin Jelita.
"Lekas pilih, kita masih ada kencan lain," bisik Saka.
"Bagaimana jika aku tidak mau memilih?" tanya Jelita.
Saka mengulas senyumnya sambil mengecup puncak kepala Jelita.
"Aku bayar semua pakaian ini, kalian boleh pergi," perintah Saka pada dua pramuniaga itu.
Jelita mengambil roti untuk mengisi perutnya yang lapar sementara Saka menyelesaikan pembayaran semua pakaian yang dibeli pria itu.
"Apa kau tidak suka dengan semua pakaian itu?"
Saka bergabung di meja makan bersama Jelita, pria itu bahkan minta Jelita menyuapinya.
"Bukan tidak suka, tapi bagaimana aku membawa semua itu? Bagasi pesawatku hanya bagasi kabin tujuh kilogram," jawab Jelita sambil menyuapkan potongan roti ke mulut Saka.
"Haha! Astaga!" Saka tertawa sambil menarik kembali wanita itu ke atas pangkuannya.
Saka kembali memagut bibir wanita itu dengan hasrat menggebu.
Mereka kembali memadu kasih seakan mereka tidak akan pernah bertemu lagi setelah menghabiskan malam panas yang membakar gairah.
Seakan semua yang mereka lakukan ini hanya akan menjadi kenangan semata.
...----------------...