Kisah Dania yang bertahan dengan suami yang tak mencintainya. Dania bertahan karena cintanya pada Cilla anak dari suaminya. Akankah Pram membuka hati untuk Dania? Sanggupkah Dania bertahan? Atau Dania akan menyerah menjadi bunda pengganti bagi Cilla? Ikuti ceritanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Bunda Pengganti 30
Hari ini Dania tak datang ke cafe, selain masih menahan sakit akibat luka kemarin, Pram pun tak mengizinkan Dania untuk pergi kemana-mana. Dania sedang duduk di taman belakang, saat Chelsea datang.
" Dania, kamu kenapa?"
Chelsea memindai seluruh tubuh Dania, luka -luka di tubuhnya masih terlihat jelas. Dania tersenyum.
" Cuma jatuh aja kok, Mbak."
" Udah ke rumah sakit?"
Dania tertawa. Sedangkan Cilla tampak menunduk sedih.
" Cuma luka ringan kok Mbak. Oya, duduk mbak."
Chelsea pun duduk, tak lama Fatma pun datang bergabung.
" Dani, Tante, Sea kesini mau ngantar undangan pernikahan Sea dan Revan. Tante datang ya. Acaranya Minggu depan."
Chelsea menyodorkan undangan berwarna Gold pada Dania dan juga Fatma. Kedua wanita berbeda usia itu pun memberikan ucapan selamat pada Sea.
Setelah berbincang cukup lama, akhirnya Sea pulang setelah Revan menjemputnya. Dania yang melihat Cilla menunduk sedih, pun datang menghampiri.
" Sayang, cantiknya Bunda kok murung? Kenapa?"
Cilla mengangkat wajahnya, matanya sudah tampak berkaca-kaca.
" Maafin Cilla, Bunda. Karena Cilla bunda jadi sakit."
Dania terharu mendengar penuturan putri sambungnya itu. Lalu memeluknya dan menghadiahi ciuman di pucuk kepala Cilla.
" Bunda gak Apa-apa, Sayang. Ini cuma luka kecil. Besok juga sembuh. Cilla jangan sedih gitu, nanti bunda juga sedih."
Dania berkata dengan ekspresi wajah yang di buat sedih.
" Bunda gak marah sama Cilla?"
" Enggak, Sayang. Justru bunda jadi sedih, kalau sampe Cilla yang luka."
Lalu Cilla kembali memeluk Dania. Dan adegan itu, di rekam oleh Fatma. Fatma pun mengirim percakapan antara Dania dan Cilla ke Pram.
Pram yang melihat hanya tersenyum. Rasa tak sabar tiba-tiba hadir di hatinya. Rasanya saat ini, dirinya ingin cepat pulang ke rumah dan bermain bersama mereka.
Sore hari, Pram pulang ke rumahnya, hari ini Pram memilih pulang lebih awal. Di ruang teve sudah ada Dania yang sedang menemani Cilla mewarnai. Pram langsung duduk di sebelahnya, membuat Dania terkejut.
" Mas, kamu udah pulang?"
Pram melihat ke arah Dania. Lalu menghela nafasnya.
" Kalau aku sudah disini, berarti aku sudah pulang Dania."
Dania tersenyum mendengar jawaban Pram.
" Bagaimana lukamu? Apa masih sakit?"
"Sudah lebih baik, besok aku akan ke cafe."
" Apa uang dariku kurang, sampai kamu tidak ingin berlama-lama di rumah. Kalau kurang, bulan depan aku akan tambah."
Setelah berkata seperti itu, Pram langsung menuju ke kamarnya. Dania hanya melihat punggung Pram. Lalu mengedikkan bahunya.
" Aneh.." Gumamnya.
Fatma yang melihat itu, tersenyum penuh arti. Dirinya yakin, bahwa Pram saat ini sudah mulai jatuh hati pada Dania.
" Sayang, suami kamu udah pulang kan? Kamu temani dia dulu."
Tak ingin membantah, Dania pun langsung menuju kamarnya, suara air di kamar mandi, menandakan Pram di dalam. Dania pun menyiapkan pakaian yang akan di gunakan Pram. Dan menyimpannya di atas ranjang.
Suara pintu kamar mandi yang terbuka, mengalihkan pandangan Dania. Dirinya masih memegang undangan dari Chelsea dan berniat memberikannya pada Pram. Namun pemandangan di depannya membuat Dania terpaku sesat. Lalu Dania mengalihkan wajahnya ke arah lain. Pram yang keluar kamar mandi hanya memakai handuk di pinggang, dan rambut yang basah menambah kadar ketampanan nya sore itu.
" Mau ke mana? Tetap disini, bantu aku mengeringkan rambutku."
Dania mengalihkan pandangannya, karena Pram dengan santainya memakai pakaiannya di depan Dania. Setelah Pram selesai berpakaian, barulah Dania mendekat. Dania mengeringkan rambut Pram menggunakan handuk lain.
" Tolong pijat ya. Kepalaku pusing."
Dania mengangguk, lalu memijit kepala Pram. Sedangkan Pram memejamkan matanya menikmati pijatan tangan Dania di kepala nya.
" Dan, bisakah kita pindah ke ranjang?"
"Haaahhh????? Aaappaaa.."
Pram melihat ke arah Dania, keningnya berlipat melihat wajah Dania yang gugup. Pram menyentil kening Dania, dan membuat gadis manis itu mengaduh. Dan mengusap keningnya.
" Pikiranmu itu jangan mesum. Kepalaku sakit, aku mau berbaring, dan kau memijatnya. Atau jangan-jangan, kau memang menginginkan nya?"
Mata Dania membulat, mendengar ucapan Pram.
" Mmmeenginginkan appa???"
Dania semakin gugup mendengar ucapan Pram. Sedangkan Pram semakin mendekatkan dirinya. Membuat dengan cepat membalikkan tubuhnya, namun sayangnya lutut Dania terpentok sudut nakas. Dan membuat Dania mengaduh, dan hampir menjerit.
" Kenapa??"
Pram melihat wajah Dania yang menahan sakit, dengan menggigit bibir nya. Pram membulatkan matanya saat tau, lutut Dania yang terluka kini berdarah. Pram dengan cepat mendudukkan Dania di tepi ranjang, dan segera mengambil kotak obat.
Pram dengan hati-hati membersihkan luka yang kembali berdarah di lutut Dania. Sedangkan Dania hanya meringis, menahan sakit di lututnya.
" Maaf,..."
Ucap Pram di sela-sela tangannya yang sedang membersihkan lutut Dania yang berdarah.
" Tidak apa, aku yang salah, mestinya aku hati-hati. "
Tanpa sadar, Dania meremas bahu Pram, saat Pram memberika obat luka. Terasa perih memang, namun Dania tak ingin menjerit, alhasil bahu Pram lah yang menjadi sasarannya.
Pram melirik sekilas tangan Dania, bibirnya tersenyum walau bahunya terasa sakit akibat cengkraman tangan Dania. Setelah selesai, Pram pun menutup luka di lutut Dania dengan kain kasa.
" Sekarang kamu disini aja, makan malam biar di bawa Mbak Ratih ke kamar."
Dania menurut, lututnya memang masih sakit kalau di bawa berjalan. Pram pun keluar kamar, dan menemani Cilla. Sampai waktu makan malam, Pram melihat Dania yang tertidur, membangunkannya. Dania menggeliatkan tubuhnya, dan membuka mata.
" Makan malam dulu, setelah itu kamu bisa lanjutkan tidur. "
Dania menggeleng, membuat Pram bingung.
" Cilla bagaimana? Aku ketiduran, jadi.."
" Gak apa, Cilla sudah makan, dan sekarang dia sudah di kamarnya."
Dania pun mengangguk, lalu turun dari ranjang, pelan- pelan, karena lututnya masih terasa perih. Pram membantu Dania berjalan, memegangi lengannya. Membuat Dania salah tingkah.
Dania makan dengan tenang, sedangkan Pram membuka laptopnya, memeriksa beberapa pekerjaan. Dania mengingat undangan yang akan di berikan untuk Pram,namun lupa meletakkan nya dimana.
" Kamu kenapa, Dania? Apa yang kamu cari?"
" Hm... undangan dari Mbak Chelsea, tadi aku meletakkannya dimana ya?"
Pram melihatnya sekilas, lalu menunjukkan undangan itu.
" Aku sudah membacanya."
Dania melihat ke arah Pram. Tidak ada ekspresi apa-apa di ucapannya.
" Maaf, Mas."
Pram mengangkat wajahnya, melihat ke arah Dania. Tatapan mata mereka bertemu, namun Pram cepat memutuskan pandangan mereka.
" Sudahlah, mungkin Sea memang bukan jodohku. Saat ini aku cuma berharap, lukamu segera sembuh, agar saat menghadiri pernikahan Sea, tidak ada perban di tangan atau kaki mu."
Dania mengangguk.
" Seandainya aku tidak ikut hadir bagaimana? "
" Apa kau ingin pergi dengan orang lain, Reyhan misalnya?"
Mata Dania membulat seketika.
" Apaaaa????"
semoga ceritanya tidak mengecewakan