NovelToon NovelToon
Mimpi Buruk Clara

Mimpi Buruk Clara

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Teen School/College / Keluarga / Persahabatan / Cinta Murni
Popularitas:390
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

"Aku pikir kamu sahabatku, rumah keduaku, dan orang yang paling aku percayai di dunia ini...tapi ternyata aku salah, Ra. Kamu jahat sama aku!" bentak Sarah, matanya berkaca-kaca.

"Please, maafin aku Sar, aku khilaf, aku nyesel. Tolong maafin aku," ucap Clara, suaranya bergetar.

Tangan Clara terulur, ingin meraih tangan Sarah, namun langsung ditepis kasar.

"Terlambat. Maafmu udah nggak berarti lagi, Ra. Sekalipun kamu sujud di bawah kakiku, semuanya nggak akan berubah. Kamu udah nusuk aku dari belakang!" teriak Sarah, wajahnya memerah menahan amarah.

"Kamu jahat!" desis Sarah, suaranya bergetar.

"Maafin aku, Sar," bisik Clara, suaranya teredam.

***

Mereka adalah segalanya satu sama lain—persahabatan telah terjalin erat sejak memasuki bangku kuliah. Namun, badai masalah mulai menghampiri, mengguncang fondasi hubungan yang tampak tak tergoyahkan itu. Ketika pengkhianatan dan rasa bersalah melibatkan keduanya, mampukah Clara dan Sarah mempertahankan ikatan yang pernah begitu kuat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 17. Karena Aku Peduli

Blood Moon Cafe. Cafe yang lumayan aesthetic dengan sentuhan kpop dan gaya anak muda, yang lokasinya ada di pertengahan kota, Clara dan Sarah sedang duduk dan ngopi-ngopi di sana.

Sarah memesan Iced green tea mixed with Japanese booba, sementara Clara memilih ice cappucino. Mereka hanya saling diam sedari datang, karena Sarah ingin membiarkan Clara menenangkan pikirannya dan merenung.

Clara kemudian menoleh ke Sarah yang menyesap minumannya dengan tenang. Tatapan Sarah pun tertuju pada minumannya sendiri.

"Kamu ngajak aku ke sini cuma mau diem-diaman kayak gini, Sar? nggak mau ngajak aku ngobrol atau gimana gitu? kalau cuma kayak gini mah di rumah juga bisa Sar, ngapain juga pakai ke cafe segala?" tanya Clara, sedikit kesal. Ia merasa canggung dengan keheningan di antara mereka, rasanya seperti dimusuhi, dan itu membuatnya tidak nyaman.

Sarah menoleh, mendapati Clara menatapnya tajam, wajahnya tampak kesal. Ia meneguk minumannya, lalu mengangguk singkat. "Aku ngajak kamu ke sini bukan cuma mau diam-diaman kayak gini, aku pengen ngajak kamu ngobrol. Tapi, aku pengen kamu nenangin pikiran kamu dulu. Aku mau kamu merenung dan mikirin semuanya. Nanti setelah pikiran kamu jernih kita bisa ngobrol lagi," katanya dengan tenang dan lembut.

Clara mendengus, memutar bola matanya malas. "Kalau gitu mending pulang aja lah, males aku di sini!" Ia hendak berdiri, tapi Sarah cepat-cepat menahan tangannya. Wajahnya pun terlihat kesal.

"Clara, dengerin aku ya, aku nggak mau kamu sedih terus. Aku mau kamu bahagia dan nggak marah-marah terus. kamu masih ingat ucapan aku tadi, kan? Tolong kamu pikirin baik-baik, apa yang harus kamu rubah dalam diri kamu," kata Sarah berusaha menasehati.

Clara terdiam. Ia tahu jika ia sudah salah dengan marah kepada Sarah tadi, sementara Sarah berusaha menasehatinya. Pikirannya kacau, tak karuan. Yang ada dalam pikirannya hanyalah rasa marah. Ucapan Sarah seharusnya bisa ia cermati, tapi malah dibalas dengan amarah. Ia tak mampu memahami nasihat Sarah.

"Maaf ya, Sar, aku udah marah sama kamu tadi. Kepalaku lagi nggak karuan sekarang," kata Clara singkat, wajahnya tampak bersalah.

Sarah mengangguk, senyum hangat terukir di wajahnya. "Iya nggak papa kok, aku ngerti," katanya.

Tiba-tiba, Sarah teringat sesuatu. Matanya membulat, dan ia menepuk keningnya sekilas. Dengan cepat, ia menepuk tangan Clara yang tergeletak di atas meja. "Ra, aku mau tanya sama kamu soal Grace," katanya tiba-tiba.

Clara mengerutkan kening, terkejut dengan pertanyaan Sarah yang mendadak. Ia tak mengerti kenapa Sarah tiba-tiba membahas Grace. "Kenapa tiba-tiba kamu nanya soal dia? aku udah bilang kan kalau aku menyesal kemarin udah datang ke tempat itu dan mabuk-mabukan? kamu masih mau marah sama aku?!" tanyanya, nada kesalnya terdengar jelas. Matanya yang tajam tertuju lurus ke Sarah yang tampak terkejut melihat perubahan sikap Clara yang tiba-tiba marah.

"Kok kamu marah? Aku kan nggak nanya soal itu," tanya Sarah bingung. Ia heran Clara tiba-tiba marah dan bicara seperti itu, padahal ia sama sekali tak menyinggung masalah tersebut.

Clara masih kesal. Ia menarik tangannya dari genggaman Sarah di atas meja, agak kasar. "Halah ngaku aja deh, Sar! Kamu marah kan gara-gara aku pergi ke tempat itu sama Grace dan mabuk-mabukan? Iya oke, aku ngaku salah. Aku minta maaf karena udah pergi ke tempat itu tanpa bilang sama kamu dan akhirnya mabuk-mabukan di sana.

Tapi itu juga Grace yang ngajak aku, dia bilang nggak ada temen buat dia ajak ke sana, jadi ya waktu dia ngajak aku, aku mau aja. Lagian kenapa harus marah sih Sar? kita udah dewasa kan? hal yang kayak gitu harusnya lumrah lumrah aja buat kita lakuin."

Clara bicara dengan nada tinggi, entah setan apa yang merasukinya karena tiba-tiba ia mengatakan itu semua padahal Sarah tidak menanyakannya juga tidak marah kepadanya.

Apakah ini karena emosinya masih meluap sehingga ia tanpa sadar melontarkan kata-kata itu? Sarah hanya diam selama Clara berbicara. Ia ingin balik marah kepada Clara, tapi itu bukan jalan keluarnya. Dari dulu orang tuanya selalu mengatakan kepadanya jika marah-marah bukan jalan keluar.

Marah hanya akan memperkeruh masalah, tak akan menemukan solusi. Itu sebabnya Sarah selalu tenang menghadapi masalah, tak seperti kebanyakan orang yang mudah tersulut emosi.

"Ra, aku nggak marah sama kamu," kata Sarah akhirnya, suaranya tetap tenang meski ada sedikit keraguan. "Aku cuma khawatir. Aku tahu kamu bisa ngambil keputusan sendiri, tapi aku pengen kamu inget kalau ada konsekuensi dari setiap pilihan yang kita buat."

Clara terdiam sejenak, sedikit terkejut dengan nada suara Sarah yang tidak berubah. "Tapi, Sar... aku ngerasa kamu terlalu berlebihan. Kita kan udah dewasa. Kenapa harus ngurusin dalam setiap langkah yang aku ambil?" tanyanya dengan nada defensif.

Sarah menghela napas, berusaha merangkai kata-kata yang tepat. "Karena aku peduli, Ra. Lihat kamu sekarang, kamu nggak kelihatan bahagia. Dan itu yang bikin aku khawatir. Aku cuma pengen yang terbaik buat kamu, bukan ngatur hidup kamu."

Clara menunduk, merasa ada benang merah antara kekesalannya dan kekhawatiran Sarah. Ia tahu sahabatnya itu bukan ingin mengatur hidupnya, melainkan peduli. Namun, rasa marah dan frustrasi yang mengendap di dalam dirinya membuatnya sulit untuk menerima.

"Maaf, Sar," kata Clara lirih, hampir tidak terdengar, tapi Sarah mendengarnya dengan jelas. Ia mengangguk perlahan, tersenyum tipis, lalu menghela napas panjang.

"Nggak papa, Ra, aku ngerti kok. Ehm, kamu mau pesen lagi?" tanya Sarah, berusaha mencairkan suasana yang semula menegang dengan menawarkan Clara untuk memesan lagi. Ia ingin mengalihkan pembicaraan agar suasana kembali nyaman.

Clara menganggukkan kepalanya, sedikit ragu. "Aku sih mau, tapi aku bingung mau pesan apa," jawabnya, sedikit lebih tenang. Ia mengambil menu dan mulai membolak-baliknya, berusaha mengalihkan pikirannya dari ketegangan yang baru saja terjadi.

Sarah tersenyum, senang melihat Clara mulai membuka diri. "Gimana kalau kamu coba Strawberry Smoothie? Katanya enak banget," sarannya dengan semangat. Clara mengernyitkan dahi, tetapi kemudian tersenyum kecil.

"Strawberry Smoothie? Oke deh, aku coba," jawab Clara, lalu memanggil pelayan untuk memesan. Sementara itu, Sarah memesan lagi Iced Green Tea-nya yang sudah hampir habis.

Setelah pelayan pergi, suasana antara mereka terasa mulai mencair. Clara menghela napas dalam-dalam, mencoba membuang sisa-sisa amarah yang mengendap. "Maaf ya, Sar, aku tahu aku kadang suka impulsif. Kadang emosi ini bikin aku nggak bisa berpikir jernih," ucapnya dengan tulus.

Sarah mengangguk, merasa lega mendengar pengakuan Clara. "Nggak apa-apa, Ra. Kita semua manusia, dan kadang kita butuh waktu untuk merenung. Yang penting kita saling mendukung," jawabnya lembut.

Obrolan mereka pun berlanjut, menjelajahi berbagai topik, mulai dari film terbaru yang mereka tonton hingga drama Korea yang sedang populer. Clara merasa suasana semakin nyaman dan hangat, seperti yang selalu ia rasakan ketika bersama Sarah.

"Eh, ngomong-ngomong, kamu udah nonton episode terbaru dari drama itu belum? The Penthouse 2," tanya Clara, antusias.

"Belum, aku belum sempat! Jangan kasih spoiler, ya!" jawab Sarah dengan tertawa, dan seketika suasana kembali ceria di antara mereka.

Bersambung ...

1
Yokai-nya Rena
Nyess banget jadi Clara
◍•Grace Caroline•◍: Eh dah rilis ternyata 😍 makasih dah mampir kakk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!