Keesokan paginya Ana pun terbangun dari tidurnya dan mendapati pria itu sedang duduk di atas ranjangnya sembari melihat ke arah jendela.
Ana bergegas bangun dan menghampirinya "Bagaimana keadaanmu Tuan?" tanya Ana tersenyum.
Tuan itu diam tak bergeming dengan tatapan melihat ke arah jendela.
"Tuan katakanlah sesuatu?"
Tuan itu menoleh dan menatap Ana "Kau siapa?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noona frog, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam
Keduanya turun ke bawah beriringan, sesampainya mereka langsung duduk bersama Robert dan Cristy. "Aku tidak akan membiarkanmu makan sendirian, aku tau kau malu makan bersama kami, iya kan?" ucap Robert.
Ana menggeleng "Tidak Kakek, aku hanya tidak enak" ucap Ana nyengir.
Ana sesekali kali melirik Harry di lihatnya selalu saja sama Harry terus menatapnya, "Kenapa dia menatapku begitu" pikir Ana. Ana merasa gugup bagaimana tidak Harry memandangnya terus dari tadi.
Robert tertawa "Jangan berkata seperti itu, kau sudah ku anggap sebagai keluarga. Makanlah!" perintah Robert.
Ana mengangguk "Baik kek"
"Eem, Ana bagaimana dengan keluarga mu apa mereka tau kalau menginap di sini?" tanya Cristy.
"Tante! apa maksudmu?" ucap Harry.
"Apa yang kau bicarakan Cristy?" Robert menimpali.
"Aku hanya bertanya saja"
Ana tersenyum "Tidak papa kakek, orang tuaku sudah lama meninggal dan kakakku dia menghilang baru-baru ini"
"Benarkah Kalau begitu aku minta maaf, aku tidak bermaksud" ucap Cristy merasa bersalah.
Setelah beberapa menit, Acara makan malam pun selesai, Robert sudah lebih dulu di antar oleh Harry ke kamarnya.
Saat Harry ingin balik ke kamarnya Cristy menahannya "Apa?" tanya Harry.
"Ada apa dengan Ayah kenapa dia tiba-tiba berbicara seperti itu"
"Yang mana?"
"Secepat itu dia menganggap Ana keluarganya, Aku bahkan juga melihat mu menatapnya tidak suka saat kita makan tadi, Ada yang Anehkan antara Ayah dan Ana?" Kata Cristy menelisik.
Harry terkekeh "Kau yang Aneh!" ucap Harry meninggalkan Cristy yang kebingungan.
Cristy menunjuk dirinya "Aku Aneh, ada apa dengan mereka berdua?"
Ana memaksa membantu para pelayan membersihkan meja makan "sudah Nona biarkan kami saja kalau Tuan liat kami akan di marahi" ucap pelayan memohon.
"Sudahlah tidak papa, kalau dia marah maka aku akan bilang aku yang memaksa"
"Tapi Nona"
Langkah Ana terhenti "O yaa aku belum tau namamu siapa?"
"Namaku Eden, Nona" ucap Eden.
"Baiklah Eden, jangan takut" ucap Ana tersenyum.
Akhirnya Ana selesai dengan urusan perdapuran "Akhirnya selesai kalau begitu aku balik ke kamar"
"Terima kasih Nona" ucap Eden.
Ana pun beranjak pergi kembali ke kamarnya namun ketika ia hampir sampai langkahnya terhenti melihat Harry sedang bersandar di samping pintu kamarnya sambil memainkan ponselnya.
Harry sengaja menunggu Ana naik, di saat itu juga Jonas sedang menelponnya "Kenapa kau tidak memberitahuku" ucap Harry menelpon.
Jonas terkekeh "Aku sengaja, bagaimana dengan kejutanku kau menyukainya kan?" ucap Jonas menggoda.
Harry tersenyum puas "Secepat itu kau menyadarinya"
Jonas membanggakan dirinya "Ya iyalah aku seorang dokter jadi aku tau gejala penyakit yang sedang menimpamu saat ini"
Harry terkekeh "Hehh.. Kau tau apa!"
"Aku tau banyak, karena aku ahlinya" ucap Jonas di balik telpon.
Harry menyadari kedatangan Ana, "Sudahlah!" Harry langsung menutup telponnya.
"Apa yang sedang dia lakukan di situ?" pikir Ana. Ana ingin berbalik sebelum Harry menyadari kedatangannya, namun Harry menahannya "Mau kemana?"
Ana terkekeh "Aku ingin balik ke dapur ada yang ketinggalan"
Harry berjalan mendekati Ana, Ana mengerjapkan mata "Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Ana gugup sehingga tubuhnya menubruk dinding karena Harry semakin mendekatkan tubuhnya.
Degh!
Jantung Ana berdegup kencang saat ini wajah Harry ada diatasnya karena tinggi Ana hanya sebatas bahu Harry, hembusan nafas Harry terasa menghembus di wajah Ana "Oh, Tuhan tolonglah aku" gumam Ana.
"Kita terlalu dekat, minggirlah! Bagaimana jika ada yang melihat" ucap Ana terbata-bata berusaha mendorong tubuh Harry.
"Biarkan saja mereka melihat" ucap Harry santai.
Terdengar suara derap langkah kaki menaiki anak tangga, Ana menegang matanya melebar, karena ketakutan Ana dengan langkah seribu langsung menarik tangan Harry masuk ke dalam sebuah kamar.
Tokk tokkk tokk!
"Harry apa kau di dalam?" panggil Cristy di luar, namun tidak ada sahutan dari Harry di dalam "Apa dia sudah tidur?, secepat ini?" ucap Cristy heran.
Harry tersenyum melihat Ana yang saat ini ada di pelukannya, Ana begitu dekat dengannya, Ana sendiri tidak menyadari bahwa ia sedang bersandar pada Harry dengan kedua tangannya menutup mulut Harry karena tengah mendengarkan suara di balik pintu.
Setelah tidak ada tanda-tanda suara Cristy di balik pintu, Akhirnya Ana tersadar ia mendongak melihat Harry yang sedang tersenyum usil padanya. Ana langsung ingin menjauhkan dirinya dengan mendorong Harry.
Namun Harry memeluknya dengan erat sungguh Ana tidak bisa melepaskannya "Apa yang kau lakukan, lepaskan!" ucap Ana mencoba berontak.
"Haruskah?" kata Harry tersenyum nakal.
"Lepaskan!" Pekik Ana.
Harry pun melepaskan Ana dari pelukannya, namun saat Ana berbalik, ia di buat melongo karena kali ini dia sedang bukan ada di kamarnya.
Ana mengerjapkan mata "Ini kamar siapa?"
Harry mendekat dan berbisik di telinga Ana "Ini kamarku, mau kah kau menemaniku tidur malam ini" ucap Harry menggoda.
"Tidak!" Teriak Ana bergegas keluar dari kamar Harry.
Harry merasa puas karena dapat menggoda Ana, ia senang melihat Ana yang salah tingkah.
Begitu sampai di kamarnya Ana terdiam sejenak di balik pintu ia memukul dadanya berulang kali jantungnya berdegup dengan kencang, Harry selalu bisa membuatnya malu dan salah tingkah.
Ana kembali teringat momen di mana mereka sedang tidur bersama, Aroma tubuh Harry yang kuat dan khas tidak akan pernah ia lupakan. Ana menggeleng "Apa yang sedang ku pikirkan?", "Kenapa tiba-tiba pikiranku ke sana lagi" pekik Ana merutuki dirinya.
-
-
-
To be continued...