Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu istimewa
Siang ini, Reifan berada di ruang kerjanya. Sejak tadi, dia masih menatap foto Amira wanita yang sudah sepuluh tahun di cintainya. Rasa penyesalan saat ini selalu menghantuinya. Rasanya sebelum bertemu Amira langsung, Reifan tidak akan bisa tenang.
"Amira, di mana kamu sekarang. Aku rindu Amira. Aku rindu sama kamu dan anak kita," gumam Reifan.
Tok tok tok...
Seseorang mengetuk pintu ruangan Reifan.
"Masuk...!" seru Reifan.
Aditya masuk ke dalam ruangan Reifan.
"Pak Reifan, saya membawa berkas-berkas yang kemarin anda minta," ucap Aditya sembari meletakan berkas-berkas di atas meja kerja Reifan.
"Terimakasih,"
"Kalau begitu, saya permisi dulu Pak," ucap Aditya.
Sebelum Aditya pergi, Reifan menghentikan langkahnya.
"Tunggu."
Aditya memutar tubuhnya dan menghadap ke arah Reifan.
"Ada apa Pak?"
"Bagaimana penyelidikan kamu? apakah kamu sudah menemukan keberadaan Amira?"
Aditya diam. Sebenarnya dia sudah tahu di mana Amira tinggal. Namun dia tidak ingin mengatakan keberadaan Amira pada Reifan. Aditya ingin menjaga perasaan Amira. Selama ini Aditya merasa iba pada Amira, karena Reifan selalu saja menyakiti wanita itu. Bahkan Reifan sudah dua kali menceraikan Amira dan dua kali merujuknya. Dan sepertinya untuk kali ini, Reifan tidak akan bisa merujuk Amira lagi karena Reifan sudah menjatuhkan talak tiga pada Amira.
"Maaf Pak Reifan, belum ada kabar soal Bu Amira. Kalau sudah ada kabar, saya pasti akan memberitahu anda."
"Cepat! dapatkan informasi tentang Amira. Karena kemarin aku cari dia di panti, dia tidak ada."
"Baik Pak."
Aditya kemudian pergi meninggalkan Reifan di ruangannya.
Maafkan aku Pak Reifan. Aku sudah berbohong. Sebenarnya aku sudah tahu keberadaan Amira. Tapi aku tidak mau memberi tahukan hal ini padamu. Karena aku tidak mau Amira semakin terluka, batin Aditya.
Ring ring ring...
Deringan ponsel Reifan membangunkan Reifan dari lamunannya. Dia mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan dari ibunya..
"Halo Ma."
"Reifan, kamu ada di mana?"
"Aku masih di kantor."
"Kamu mau pulang jam berapa?"
"Nggak tahu Ma. Kerjaan aku masih banyak."
"Reifan. Jangan bilang kamu mau lembur lagi. Sekali-kali Reifan, kamu makan malam di rumah. Malam ini, kita mau kedatangan tamu penting. Dan kamu harus pulang sebelum makan malam. Biar kita bisa makan malam bareng di rumah"
"Iya Ma. Nanti aku usahain pulang cepat."
"Ya udah, mama tunggu ya."
Setelah menutup telponnya, Reifan menatap sekeliling. Hari ternyata sudah sore. Reifan mematikan komputernya dan membereskan barang-barangnya untuk bersiap pulang.
Setelah itu, Reifan pergi meninggalkan ruangannya. Dia melangkah sampai ke parkiran mobil. Reifan masuk ke dalam mobil dan meluncur pergi meninggalkan kantornya.
Setelah menempuh beberapa menit perjalanan, akhirnya mobil Reifan sampai di depan rumahnya. Reifan turun dari mobilnya dan masuk ke dalam rumahnya.
Reifan menatap sekeliling.
"Ke mana orang-orang. Kenapa rumah sepi banget," ucap Reifan.
Reifan kemudian melangkah sampai ke kamarnya.Reifan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Tiba-tiba dia teringat dengan Amira.
Biasanya setiap pulang kerja, Amira selalu menyambut kepulangan Reifan dengan hangat. Begitu juga si kecil Kayla. Tanpa mereka, hidup Reifan seakan sangat hampa. Reifan benar-benar menyesali semua perbuatannya yang telah mengusir Amira dan Kayla dari rumah.
Setetes air mata Reifan membasahi pipinya.
"Maafkan aku Amira, Kayla. Aku sudah mengusir kalian dari rumah ini. Kesalahanku, memang tidak pantas untuk dimaafkan,"gumam Reifan.
Tok tok tok....
Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar Reifan. Reifan buru-buru mengusap air matanya.
"Siapa?"
"Pak Reifan, ini bibik Pak."
Reifan bangkit dari duduknya. Setelah itu dia membuka pintu kamarnya. Seorang wanita paruh baya sudah berdiri di depan pintu. Dia Bik Ijah asisten rumah tangga di rumah Reifan.
"Ada apa Bi?" tanya Reifan.
"Pak Reifan di tunggu ibu di bawah."
"Aku baru sampai Bi. Aku mau mandi dulu."
"Oh iya Pak Reifan."
Bik Ijah kemudian pergi meninggalkan kamar Reifan. Setelah itu Reifan menutup pintu kamarnya dan pergi untuk mandi.
Selesai mandi, Reifan turun ke bawah. Di bawah, ibu dan adiknya sudah duduk di sofa ruang tengah.
"Reifan, sini duduk Nak!" pinta Bu Rianti.
Reifan kemudian duduk di dekat ibunya.
"Ada apa sih Ma?"
"Mama mau kenalin kamu sama seseorang. Sebentar lagi dia juga sampai."
"Siapa?"
"Nanti juga kamu kenal."
Beberapa saat kemudian, ketukan pintu dari luar rumah terdengar.
"Tunggu di sini ya, itu pasti dia," ucap Bu Rianti.
Bu Rianti buru-buru pergi ke depan untuk menyambut tamunya.
"Selamat malam Tante," ucap seorang wanita cantik yang saat ini sudah berdiri di depan pintu.
"Hana, ayo masuk!" Bu Rianti mempersilahkan Hana masuk.
Hana dan Bu Rianti kemudian masuk ke dalam. Sesampainya di ruang tengah, Bu Rianti dan Hana menghentikan langkahnya. Reifan terkejut saat melihat Hana.
"Reifan, lihat siapa yang datang," ucap Bu Rianti sembari merangkul bahu Hana.
"Siapa dia Ma?" tanya Reifan.
"Dia Hana anak teman Mama," jawab Bu Rianti.
Hana tersenyum menunjukkan gigi putihnya. Hana kemudian mengulurkan tangannya di depan Reifan.
"Hai, aku Hana," ucap Hana.
"Reifan," ucap Reifan sembari membalas uluran tangan Hana.
"Kamu tahu Reifan, Hana ini anak teman Mama. Dia lulusan luar negeri lho. Ayahnya seorang pengusaha dan ibunya seorang desainer terkenal. Dan mempunyai cabang butik di mana-mana," ucap Bu Rianti.
Dengan bangganya Bu Rianti mengenalkan Hana pada Reifan. Namun tampaknya Reifan tidak begitu memperdulikan keberadaan Hana. Sejak tadi Reifan hanya diam. Reifan sudah muak dengan sikap ibu dan adiknya yang selalu ingin menjodoh-jodohkannya dengan seorang wanita . Padahal, perceraiannya dengan Amira baru beberapa bulan. Dan Reifan juga belum bisa melupakan Amira walau dia sudah menceraikannya.
Desti bangkit dari duduknya dan menghampiri Hana.
"Kak Hana, ayo duduk Kak. Tunggu bibi, dia lagi nyiapin makan malam untuk kita," ucap Desti sembari merangkul Hana dan mengajaknya duduk.
Reifan yang sudah tidak tahan dengan sikap ibu dan adiknya bangkit dari duduknya.
"Kamu mau ke mana Reifan?" tanya Bu Rianti.
"Aku capek Ma. Aku mau ke kamar," jawab Reifan dingin.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Reifan kemudian pergi meninggalkan ruang tengah. Reifan kembali ke kamarnya dan duduk di sisi ranjang.
Reifan mengepalkan tangannya geram. Dia kemudian memukul-mukul kasur untuk melampiaskan emosinya.
"Mau sampai kapan sih mama mencampuri urusan pribadi aku. Seandainya, dia bukan ibu kandung aku, pasti sudah aku usir dia dari rumah ini," geram Reifan.
Tok tok tok...
Suara ketukan pintu terdengar.
"Siapa?"
"Bibik Pak."
"Ada apa lagi bik...!" ucap Reifan dengan nada tinggi.
"Makan malam sudah siap Pak. Bapak di tunggu Bu Rianti di ruang makan."
"Aku nggak mau turun Bik. Suruh mereka makan duluan saja."
"Oh, baik Pak Reifan."
Bi Ijah kemudian pergi meninggalkan kamar Reifan. Sementara Reifan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Reifan menatap ke langit-langit kamar. Saat ini dia sangat merindukan mantan istri dan anaknya.
"Amira, Kayla, di mana kalian sekarang. Kenapa aku belum bisa menemukan kalian. Aku ingin minta maaf sama kalian. Aku benar-benar menyesal karena aku lebih percaya pada mama dari pada sama kamu Amira," gumam Reifan.