Mawar seorang wanita yang bekerja di sebuah bar, tanpa sengaja menemukan seorang anak laki-laki yang membuatnya terikat dalam sebuah pernikahan dengan pria dingin namun hangat.
Di dalam pernikahan itu, harus banyak tugas yang mawar jalankan. Tapi akankah pernikahan itu berjalan sesuai dengan kesepakatan awal, atau berbelok ke arah lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Arga pulang dari bar dengan kemeja yang berantakan, ia menatap langit-langit rumahnya yang di hiasi oleh lampu dengan ukuran yang sangat besar.
"Pak." Terdengar suara wanita memanggil namanya, Arga langsung menoleh dan melihat sekertaris nya berdiri tak jauh darinya.
Hani berjalan ke arah Arga yang tengah duduk, ia juga sudah menyiapkan meminum untuk menghilangkan rasa pusing Arga.
"Besok kau datang ke butik pakaian pengantin." Ucap Arga pada Hani.
Mendengar hal itu Hani terkejut, ia tersenyum tipis dengan jantung yang berdebar-debar.
"Ke butik pakaian pengantin? Untuk apa Pak?" Tanya Hani dengan wajah yang memerah.
"Aku ingin kau memilihkan pakaian pengantin untuk calon istri ku, dan aku juga akan ke sana bersama dengan calon istri ku." Jelas Arga dengan mata yang terpejam.
Hani yang mendengar hal itu terdiam dengan tatapan tak percaya, seorang Arga Wiguna memiliki seorang calon istri.
"Anda akan menikah? Dengan siapa?" Tanya Hani dengan ekspresi panik dan kesal, ia seakan tak terima dengan ucapan Arga yang mengatakan jika dia memiliki seorang calon istri.
Arga membuka matanya secara perlahan, "Apakah aku harus menjelaskannya kepada mu? Memangnya kau siapa, sampai aku harus menjelaskan semuanya kepada mu." Ucap Arga dengan nada dingin, yang membuat nyali Hani langsung ciut.
Setelah itu Hani langsung di suruh untuk pergi oleh Arga, hingga tak beberapa lama asisten Arga datang dan langsung menatap sosok Arga.
"Pak Arga, apa anda serius?" Tanya Bima dengan tatapan penuh keseriusan.
Arga kembali membuka matanya, ia menatap dingin Bima. Orang-orang nya hanya bisa menggangu waktu istirahatnya saja, "Apa?" Tanya Arga malas.
"Menikahi wanita itu, apa anda serius?" Tanya Bima memastikan, ia dan Arga sudah berteman sejak kecil. Dan Arga menjadikan Bima sebagai asisten nya, karena pria itu adalah salah satu orang kepercayaan Arga.
Arga kembali membuka matanya, "Memangnya kapan aku tidak pernah serius dalam mengambil sebuah keputusan?" Tanya Arga dengan tatapan dingin dan malas.
Bima sedikit tersentak saat melihat Arga menatapnya seperti itu, "Tapi wanita itu bukan wanita baik-baik, dia bekerja di bar! Dia pasti bukan wanita benar, bagaimana jika para tetua tahu akan hal itu? Ini bisa mencoreng nama baik keluarga anda." Jelas Bima, yang kembali menjelaskan terkait reputasi keluarga.
"Persetan dengan reputasi keluarga, apa kau pikir aku peduli dengan reputasi keluarga itu. Yang terpenting adalah Rangga." Jelas Arga.
"Tapi Pak.." Sebelum bima melanjutkan ucapannya, Arga langsung memotong ucapan Bima.
"Apa kau keberatan dengan keputusan ku, jika kau tidak suka. Maka kau bisa mengundurkan diri." Jelas Arga dengan tegas, ia bukan orang yang suka di nasehati oleh orang lain. Apalagi oleh orang-orang yang menentang keputusannya.
Bima yang mendengar hal itu hanya terdiam dengan rasa takut, "Maaf Pak Arga, aku tidak bermaksud ikut campur." Jelas Bima.
"Iya, sebaiknya kau pergi. Aku ingin beristirahat." Jelas Arga yang kembali memejamkan matanya.
Bima berjalan keluar dari ruang tamu, ia langsung di tarik oleh seseorang.
"Ada apa kau menarik ku?" Tanya Bima kesal, ia langsung melepaskan tangannya dari Hani.
Hani menatap kesal ke arah Bima, "Jangan geer dulu, aku ingin bertanya tentang calon istri Pak Arga. Apa itu benar? Dia akan menikah?" Tanya Hani yang masih tidak percaya.
Bima menghela nafas, "Iya, pak Arga akan menikah. Dan kau harus datang ke butik untuk menyiapkan gaun pengantin." Jelas Bima yang sudah menuliskan tugas Hani.
"Enggak, kenapa pak Arga bisa menikah dengan wanita lain. Lalu siapa wanita yang akan menikah dengan Pak Arga?" Tanya Hani dengan kesal.
"Jika kau penasaran, kau bisa menanyakannya langsung ke Pak Arga. Aku tidak punya wewenang untuk memberitahukan mu." Jelas Bima dengan tegas.
"Cepat beritahu aku, siapa wanita itu? Hanya kasih tahu aja, apa susahnya sih." Jelas Hani dengan nada kesal, karena Bima malah enggan untuk memberitahukan wanita yang akan menikah dengan Arga.
"Sudah ku katakan, aku tidak memiliki wewenang untuk memberitahukan hal ini kepada mu. Jika kau penasaran, kau bisa melihat saja besok sosok wanita yang akan menjadi istri nya Pak Arga." Jelas Bima.
Mendengar hal itu Hani langsung mengerang frustasi, sementara Bima memilih mengabaikan wanita itu dan segera pergi meninggalkan Hani.
....
Keenakan harinya, Hani pergi ke butik yang sudah di pesan oleh Arga. Ia melihat berbagai macam gaun pengantin yang indah, hatinya terasa panas saat membayangkan jika wanita yang menikah dan memakai gaun pengantin bukanlah dirinya melainkan wanita lain.
"Selamat datang Nona, ada yang bisa saya bantu." Seorang pegawai toko langsung menyapa Hani.
Namun Hani memasang wajah kesal dan marah, "Aku di tugaskan oleh Pak Arga untuk melihat-lihat baju pengantin." Jelas Hani.
"Oh.. Pak Arga, baik. Saya akan mengajak anda untuk melihat-lihat." Ajak pegawai tersebut.
Di saat Hani tengah melihat-lihat, sosok Arga pun datang dan membuat Hani langsung mengalihkan pandanganya. Tapi tatapannya langsung tertuju pada sosok wanita di belakang Arga.
"Apa wanita itu?" Gumam Hani dengan tatapan mata yang kesal.
Arga bersama dengan Mawar memasuki butik khusus pakaian pengantin, tak lupa Rangga selalu mengikuti Mawar.
"Sekertaris ku sudah memilihkan beberapa gaun pengantin, dan kau bisa langsung memilih mana yang paling bagus." Jelas Arga yang berjalan ke arah Hani.
Mawar melihat sosok seorang wanita yang ia tebak jika itu adalah sekertaris Arga, tapi Mawar merasa jika terdapat aura kecemburuan yang sangat kuat dari wanita itu.
"Bagaimana, kau sudah memilihkan gaun pengantin untuk calon istri ku?" Tanya Arga.
Hani seketika tersadar, ia langsung menunjukkan beberapa gaun pengantin yang telah ia pilih. Arga langsung menunjukkannya kepada Mawar untuk bisa memilih, namun Mawar bukan orang yang ahli dalam memilih pakaian.
"Kau saja yang pilih." Jawab Mawar yang bingung untuk memilih.
Mendengar hal itu Arga meminta pegawai butik untuk mengeluarkan pakaian yang paling indah dan cantik, agar bisa di coba langsung oleh Mawar.