"Oke, aku mau menikah dengan Kiara," putus pria.
"Alhamdulilah, aku sangat bahagia Bang mendengar keputusan kamu. Kak Ara pasti sangat bahagia karena bisa menjadi istri Abang," balas gadis itu dengan senyum sumringah, ia bahagia karena Kakak sepupu kesayangannya bisa menikah dengan pria yang dicintainya.
"Tapi aku ada syarat yang harus kamu lakukan."
"Katakan apa syaratnya Bang, aku bakal ngelakuin apapun agar Abang mau menikah dengan Kak Ara."
"Aku mau kamu jadi istriku, aku mau kamu menjadi istri pertamaku. Kiara tetap akan aku nikahi, tetapi dia akan menjadi istri keduaku." Mendengar ucapan dari pria yang ia panggil Abang barusan, jelas gadis itu kaget sekali. Bagaimana bisa punya ide gila seperti itu.
"Aku mau, Bang," putus gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1
Seorang gadis cantik berusia dua puluh tiga tahun, sedang sibuk dengan segala macam pekerjaan di harapannya.
"Kerjaan enggak selesai-selesai huh,"keluh gadis itu. Sebuah ketukan membuyarkan konsentrasi gadis itu.
"Masuk!" titah gadis itu. Masuklah tiga gadis cantik ke ruangan itu.
"Manda udah waktunya istirahat loh, masih kerja mulu. Nanti aja kita lanjutin kerjanya, sekarang yuk cari makan siang," ajak salah satu dari mereka.
Gadis yang sibuk dengan pekerjaannya adalah Amanda Stevani Ferlando, kini gadis itu bekerja sebagai CEO di perusahaan peninggalan mendiang eyangnya. Manda yang memang sudah menjadi haknya untuk memimpin sendiri perusahaan keluarganya, ia tidak punya alasan menolak.
Manda menjadi CEO sekaligus Owner ASF Corp, awal mulanya bukan itu nama perusahaannya. Namun, semenjak Manda yang memegang kendali. Manda sengaja menggantinya. Rezka tidak masalah, ia akan menyetujui keputusan putrinya asalnya keputusannya benar.
Manda mengajak ketiga sahabatnya sejak SMA untuk bekerja di perusahaannya, mereka tidak menolak malah senang sekali dengan tawaran Manda. Jadi mereka bisa terus bersama, sejak SMA, kuliah pun di kampus yang sama walau fakultas berbeda. Lalu sekarang kerja di tempat yang sama.
Manda memberikan kerjaan pada sahabatnya sesuai dengan kemampuan mereka, tidak hanya asal. Tentu saja Manda menginginkan perusahaan bisa maju saat ia pegang, bukan malah hancur karena ulahnya. Manda memang baru satu tahun lebih memegang kendali perusahaannya, tetapi Manda sudah mempelajari soal perusahaan sejak lulus SMA.
Manda juga kuliah jurusan bisnis, sengaja agar ilmu dapat ia gunakan untuk perusahaannya. Tanpa paksaan dari siapapun, semenjak kedatangan Emma yang ingin merebut semua milik Manda. Rezka dan Lea menjelaskan bahwa apa saja harta peninggalan Stella yang akan menjadi milik Manda, saat 17 tahunlah semuanya resmi menjadi milik Manda. Saat itu perusahaan masih dipegang oleh orang kepercayaan Stella, tetapi jika ada apa-apa tetap harus menginformasikan pada Manda dan keluarganya. Dulu hanya menginformasikan pada Rezka, untung saja perusahaan tetap berjalan walau di kelola orang kepercayaan Stella saja.
Orang kepercayaan Stella adalah orang yang sangat jujur, Manda tidak lupa dengan jasa beliau. Untuk jabatan Manda menjadikannya wakil direktur utama, tidak lupa memberikan 10% saham perusahaan.
Selain menjadi CEO, Manda tidak mengabaikan pendidikannya. Setelah lulus S1, kini Manda sedang menjalani program kuliah S2.
"Ayolah, nanti sakit loh gara-gara telat makan. Emang kamu mau Manda? Enggak boleh kerja lagi sama Aunty Lea, karena kamu terlalu forsir tubuh kamu," bujuk Zatta. Manda membenarkan ucapan sahabatnya, Mommynya memang sangat protektif, selalu mengingatkan Manda makan. Kalau Manda sakit gara-gara telat makan, ya jelas tidak akan ada izin untuk Manda kerja lagi.
Menurut Lea, toh ia dan dirinya masih sanggup membiayai anak-anaknya. Jadi Manda tak perlu kerja pun semua keinginan Manda bisa Lea berikan.
Akhirnya Manda mengalah, ia langsung membereskan berkas-berkas pentingnya. Lalu pergi bersama sahabatnya untuk mencari makan siang.
Saat jalan keluar kantor, tiba-tiba ponsel Manda yang ada di tas Manda berbunyi.
"Aku angkat telfon bentar ya, kalian duluan aja ke mobilku," ujar Manda, sahabatnya menuruti ucapan Manda. Manda mengangkat telfon, ternyata yang menelfonnya adalah Lea -Mommnynya.
"Assalamualaikum Manda sayang,"salam Lea
"Waalaikum salam Mom."
"Udah waktunya istirahat kan? Jangan lupa makan ya sayang, Mommy enggak mau kamu sakit gara-gara telat makan. Maafin Mommy ya tadi enggak sempat buatin kamu bekal."
"Iya, Mom. Ini Manda sama sahabat Manda mau keluar kantor. Cari restoran buat makan siang."
"Yaudah, hati-hati sayang. Mommy tutup ya telfonnya."
Setelah Lea menutup telfonnya, Manda langsung memasukkan ponselnya ke tas. Manda menyusul sahabatnya yang sudah lebih dulu masuk mobil.
"Udah selesai telfonnya?" tanya Shena pada sahabatnya.
"Udah," balas Manda.
"Siapa yang nelpon?"Kali ini yang bertanya adakah Sheira, memang terkesan kepo. Namun, Sheira juga tidak akan memaksa jika Manda menolak menjawab pertanyaannya.
"Mommy ku."
"Tuh kan benar, untung kamu udah langsung mau makan siang. Kalau enggak mau ditelfon pasti ngomel tuh ke kamu Manda," oceh Zatta.
"Iya, Nyonya. Kita ke Abraham Resto aja ya," kata Manda saat sudah ada dibalik kemudi. Ketiga sahabat itu setuju dengan usulan Manda, toh makanan di Abraham Resto juga enak. Manda mengendarai mobilnya ke Abraham Resto.
Mereka sampai di Abraham Resto, lalu mencari meja kosong. Beruntung masih ada meja kosong, karena Abraham Resto hari ini sangat ramai. Sheira memanggil pelayan lalu memesankan makanan untuk dirinya sekalian dengan ketiga sahabatnya, ponsel Manda berbunyi.
Manda langsung mengangkat video call masuk, tidak lain dari pria yang Manda cintai.
"Assalamualaikum cantiknya Abang."
Terlihat wajah tampan yang sangat Manda rindukan sedang tersenyum, Manda juga membalas senyuman pria tampan itu.
"Waalaikum salam Bang."
"Lagi apa nih cantik? Ini kamu lagi istirahat kan? Abang enggak ganggu kamu lagi kerjakan?"
"Manda lagi makan siang nih, sama sahabat Manda. Iya lagi istirahat hehehe, sama sekali enggak ganggu."
Yang memvideo call Manda ada Digo, pria yang Manda cintai.
Ketiga sahabat Manda tersenyum melihat interaksi Manda dan Digo, sejak dulu mereka memang tidak punya hubungan spesial. Namun, mereka sangat dekat melebihi orang yang berpacaran. Lebih tepatnya pacaran LDR, karena Digo sedang ada di London. Digo juga sudah lulus kuliah, tetapi belum bisa kembali lagi ke Indonesia. Digo juga sebentar lagi lulus kuliah S2, selain kuliah Digo juga bekerja di perusahaan Daddynya yang ada di London sebagai Direktur Utama.
"Haii Zatta, Shena, Sheira. Gimana keadaan kalian?"
Digo menyapa ketiga sahabat gadis yang ia cintai, Manda langsung memberikan ponselnya pada ketiga sahabatnya.
"Alhamdulilah kita baik kok Bang. Abang juga baik-baik kan di sana?," balas mereka kompak.
Manda cemberut, Digo langsung menyadarinya.
"Kenapa cantiknya Abang? Kok cemberut sih, kamu cemburu ya cantik, karena Abang nyapa sahabat kamu?" Digo bertanya sekaligus menggoda Manda, karena Digo yakin Manda tidak akan cemburu dengan sahabatnya sendiri. Apalagi Digo juga memang sejak dulu sudah akrab dengan ketiga sahabat Manda, jadi hanya menyapa saja tentu tidak membuat Manda cemburu.
"Enggak cemburu kok, siapa juga yang cemburu? Manda tuh kesel sama Abang, masa sahabat Manda ditanyain keadaannya sedangkan Manda enggak ditanya ih nyebelin, " rengek Manda manja.
"Owh karena itu, kan Abang udah liat cantiknya Abang baik-baik aja. Benar kan yang Abang bilang? Cantiknya Abang baik keadaannya. Soalnya kalau kamu kenapa-napa ya pasti Abang kerasa dong. Kan kamu separuh jiwanya Abang, cantik."
Mendengar perkataan Digo, Manda langsung tersenyum. Ketiga sahabatnya juga langsung mencie-ciekan mereka, sontak membuat pipi Manda merona karena malu.
"Abang gombal banget sih."
"Emang siapa yang gombal? Padahal Abang serius loh."
Makanan pesanan mereka sudah sampai, Manda ingin mematikan video callnya karena mau makan.
"Iyain, biar Abang seneng. Oh iya Bang, Manda matiin dulu ya Video callnya, Manda mau makan siang dulu. Laper soalnya."
"Jangan dimatiin dong cantik. Abang tuh masih kangen banget, kan beberapa hari ini enggak video call soalnya kita berdua sama-sama sibuk. Enggak papa, kamu makan aja biar Abang liatin kamu sama sahabat kamu makan," tolak Digo, mendengar penolakan Digo. Manda tidak jadi memastikan video callnya. Ia menaruh ponselnya di meja, sedangkan ia dan sahabatnya makan siang. Digo jauh di sana memperhatikan Manda tanpa kedip, ia sangat merindukan Manda. Ingin sekali cepat menyelesaikan kuliahnya, agar bisa cepat kembali ke Indonesia. Dan bisa menikahi Manda, Digo tidak sabar waktu itu tiba.
Enam tahun lebih di luar negri, Digo memang agak jarang pulang ke Indonesia. Keluarganyalah yang datang ke London untuk menjenguknya. Jika Manda ada waktu, Manda juga ikut ke London agar bisa bertemu dengan Digo. Rezka jelas mengizinkannya, kan Manda perginya dengan Rakha dan Trissya, Kakak ipar Rezka sendiri. Mereka juga pasti akan menjaga Manda dengan baik.
Selesai makan, Video call Digo belum Manda matikan. Manda ingin ke kasir untuk membayar makananya.
"Biar aku aja yang bayar, aku yang traktir kalian bertiga hari ini," kata Sheira, ketiga sahabatnya tentu sangat senang karena ditraktir.
Setelah Sheira membayar, mereka akan bangkit dari kursi mereka. Mereka akan segera pergi dari Abraham Resto, video call masih tersambung. Tiba-tiba ada yang menelfon Manda, Manda meminta Digo mematikan video callnya. Agar Manda bisa menerima telfonnya, siapa tau penting. Digo hanya bisa menuruti Manda, lalu mematikan video callnya padahal masih belum puas video callnya.
Ternyata Keiralah yang menelfon Manda.
"Assalamualaikum Aunty Kei, ada apa ya?" Manda memang langsung tanya ada apa, karena tidak biasanya Aunty Keinya menelfonnya apalagi siang-siang gini.
"Manda hiks-hiks." Manda bingung, yang ia dengar Auntynya memanggil namanya lalu menangis. Manda semakin penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya.