Kimmy mencoba berusaha melupakan Jasson, laki-laki yang sudah ia sukai sejak dari kecil. Ia memilih fokus dengan pendidikannya untuk menjadi calon dokter.
Setelah tiga tahun, Kimmy kembali menjadi wanita dewasa dan mendapat gelar sebagai seorang dokter muda. Namun pertemuannya kembali dengan Jasson, pria yang memiliki sikap dingin itu justru malah membuat usahanya selama ini menjadi sia-sia.
Sebuah jebakan memerangkap mereka berdua dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun pernikahan mereka berdua semata hanya tertulis di atas kertas dan di depan keluarga saja. Perjanjian demi perjanjian mereka sepakati bersama. Meskipun dalam hubungan ini Kimmy yang paling banyak menderita karna memendam perasaannya.
Banyak sekali wanita yang ingin mendapatkan hati Jasson, tak terkecuali teman sekaligus sekretaris pribadinya. Lantas, akankah Kimmy mampu meluluhkan hati laki-laki yang ia sukai sejak kecil itu?
Kisah ini bagian dari My Introvert Husband 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdegub hebat
Kimmy berada di dalam mobil yang dikemudikan oleh sopir pribadi keluarganya. Sepanjang perjalanan, Kimmy hanya diam seakan sedang memikirkan sesuatu. Kedua matanya menatap kosong jalanan yang ia lintasi dari dalam kaca jendela mobil. Rasanya perkataan Kelly yang membahas tentang menikah dengan dokter Mark masih terngiang di telinganya.
"Dokter Mark memang baik. Tapi entah kenapa aku sama sekali tidak nyaman dengannya. Bahkan membayangkan kata menikah saja aku sudah sangat tersiksa, apalagi aku benar-benar menikah dengannya. Apa yang sedang dipikirkan oleh mama hingga menginginkanku menikah dengan dokter Mark?" gumamnya sambil berdecak kesal.
"Apa ini maksud papa dan mama waktu itu mengundang keluarga dokter Mark ke rumah?"
"Arghhhh ...." Kimmy meremmas rambutnya dengan frustasi, ingin sekali rasanya ia berteriak sekencang mungkin, namun itu tidaklah mungkin.
"Semakin usiaku bertambah kenapa beban pikiran juga semakin berat? Semua orang melihatku baik-baik saja, tapi kenyataannya? mereka tidak pernah tau bagaimana setiap hari aku harus berperang dengan kekacauan di dalam batinku."
"Dari kecil aku hidup tidak dengan kemauanku sendiri, semuanya selalu dipaksa dan harus mengikuti keinginan mama dan papa, bahkan mereka sama sekali tidak pernah menanyakan sedikitpun apa keinginanku." Kimmy mengusap kedua sudut matanya yang basah akan cairan bening yang mengalir secara tiba-tiba.
***
Membutuhkan waktu kurang lebih satu jam lamanya untuk Kimmy tiba di rumah sahabatnya tersebut. Bahkan karna terlalu larut akan lamunan dan pikirannya, Kimmy tak menyadari bahwa dirinya saat ini sudah sampai di tempat tujuannya.
"Nona, sudah sampai." Ucapan sopir pribadinya tak membuat Kimmy bergemming dan mengharuskan laki-laki paru baya itu memutar lehernya hingga menoleh ke belakang untuk berkata sekali lagi kepada anak majikannya tersebut.
"Nona kita sudah sampai ...."
Telinga Kimmy tersentak membuat lamunannya membuyar.
"Oh, kita sudah sampai ya, Paman?"
"Iya, Nona. Kita sudah sampai."
Kimmy terkekeh dan segera bersiap-siap membawa barang-barangnya untuk turun dari mobil.
"Besok saya jemput jam berapa, Nona?"
"Kimmy tidak tau besok akan pulang jam berapa. Besok saja Kimmy akan mengabari Paman."
"Baiklah kalau begitu, Nona."
"Kimmy turun dulu, ya, Paman. Hati-hati ...." Kimmy segera turun dari mobil saat paman sopir menyautinya.
Kimmy dengan penuh semangat melangkah masuk ke dalam rumah sahabatnya tersebut. Saat Kimmy tau di halaman rumah terlihat tidak ada mobil milik Jassonyang terparkir di sana, dirinya merasa begitu sangat lega.
"Syukurlah, untung saja Jasson tidak ada di rumah. Mungkin dia tau kalau aku akan menginap di sini, itu sebabnya dia pergi. Bukankah dari dulu dia seperti itu? Sebegitu tidak sukanya dia dengan diriku." Kimmy tersenyum getir. Ia mempercepat langkah kakinya dan menghentikannya tepat di depan pintu rumah yang masih tertutup rapat. Sebuah bell yang ada di samping pintu itu segera ia tekan berulangkali, namun tidak ada jawaban maupun sautan dari dalam.
"Apa tidak ada orang di rumah? tapi pasti Bi Molley ada." Kimmy tak menyerah, ia kembali menekan bell tersebut hingga berulang dengan tidak sabarnya.
Merasa masih tidak ada jawaban. Tangan Kimmy segera beralih merogoh tas ransel dan mengambil ponsel miliknya yang ia letakan di dalam sana. Tangannya bergerak lincah menyentuh layar ponsel yang menyala itu, ia mencari nomer ponsel milik Jesslyn dan hendak menghubungi sahabatnya tersebut. Namun niatnya terurungkan tatkala dirinya mendengar suara seseorang dari dalam, pintu yang ada di hadapannya saat ini terlihat bergerak, seseorang hendak membukanya.
Ceklek
Pintu terbuka, kedua mata Kimmy dibuat terkejut saat melihat orang yang membuka pintu tersebut bukanlah bi Molley ataupun Jesslyn, tapi melainkan Jasson.
Ya, laki-laki itu terlihat tengah telanjang dada dengan tubuh yang mengkilat karna berlumuran dengan keringat, sebuah handuk kecil juga nampak menggantung di lehernya. Sepertinya Jasson selesai melakukan olahraga. Bahkan sangking terkejutnya melihat laki-laki itu, Kimmy hampir saja melepaskan ponselnya dari genggamannya, namun untung saja tidak membuat benda itu terjatuh.
Kimmy dan Jasson cukup lama beradu pandang, sebelum akhirnya Kimmy tersadar dan seketika menundukan pandangannya ke bawah.
"Kau mencari Jesslyn?" tanya Jasson dengan wajah yang datar. Tidak ada senyuman maupun keramahan di wajah laki-laki yang memiliki tubuh dua kali lipat lebih besar dari tubuh Kimmy, bukankah sikap Jasson memang dari dulu seperti itu? pikirnya.
"Iya, aku kemari mencari Jesslyn. Memangnya mau mencari siapa lagi! di mana Jesslyn?" tanya Kimmy, ia masih menundukan pandangannya dan tidak berani melihat ke arah Jasson sedikitpun.
"Dia sedang pergi bersama mama dan papa, masuklah." Jasson membuka lebar pintu rumah itu dan memerintahkan Kimmy untuk masuk.
Jasson hendak meninggalkan Kimmy untuk masuk ke dalam rumah. Namun pertanyaan Kimmy membuat langkah kakinya terhenti. "Jesslyn pergi ke mana? apa dia akan lama?"
Jasson yang saat ini berdiri dengan jarak dua meter dari Kimmy segera menoleh ke arahnya, masih melihat Kimmy berdiri di ambang pintu dan menundukan pandangannya.
"Tanyakan sendiri kepadanya. Apa gunanya kau memiliki ponsel!" seru Jasson.
"Masuklah! Jangan seperti orang yang sedang meminta sumbangan!" sambungnya seraya berlalu pergi dari sana.
"Sialan, dia sungguh menyebalkan!" umpat Kimmy.
Kimmy memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya dan memperhatikan tubuh tegap Jasson dari belakang yang sedang menaiki anak tangga dengan begitu gagahnya, bahkan Kimmy masih bisa melihat dengan jelas keringat laki-laki itu berjatuhan menetes di lantai. Kimmy tiba-tiba memegangi dadanya yang berdegup dengan sangat hebat.
.
Tersudutkan,
Ku pilih sunyi untuk bersandar
Karena hari hampir berlalu
Demikian pula hati memaksa sadar
Bahwa ujung malam akan pudar.
Selaksa luka pun menjadi biasa
Tambah satu tidak mengapa
Asalkan cahaya tidak di padamkan
Walau sumbu hampir habis kian terbakar.
Seok kaki pun sudah biasa
Menjadi sepi pun tidak mengapa
Karena keramaian tidak tentang berbagi cerita
Kembali nanti pagi jadi semula.
Kini, sunyi jadi teman cerita
Seberapa ramainya kehidupan ku dengan luka
Manusia sejuta perkara
By: Joel
.
.
.
.
.
Ini puisi dari salah satu pembaca.
Barangkali dari kalian ada yang punya kata-kata atau puisi yang mau di post di karya Nona, bisa DM Ya.
Tapi follow dulu ig Nona. @Nona.Lancaster.
Nona sudah bilang dari awal ya, Nona masih mau fokus menyelesaikan MGW jadi Nona update OMJ sesempatnya. Terimakasih atas pengertian kalian.
🥰🥰🥰