NovelToon NovelToon
Ibu Susu Bayi Sang Duda

Ibu Susu Bayi Sang Duda

Status: tamat
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Ibu Pengganti / Pengasuh / Menikah Karena Anak / Tamat
Popularitas:216.9k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hari yang seharusnya menjadi momen terindah bagi Hanum berubah menjadi mimpi buruk. Tepat menjelang persalinan, ia memergoki perselingkuhan suaminya. Pertengkaran berujung tragedi, bayinya tak terselamatkan, dan Hanum diceraikan dengan kejam. Dalam luka yang dalam, Hanum diminta menjadi ibu susu bagi bayi seorang duda, Abraham Biantara yaitu pria matang yang baru kehilangan istri saat melahirkan. Dua jiwa yang sama-sama terluka dipertemukan oleh takdir dan tangis seorang bayi. Bahkan, keduanya dipaksa menikah demi seorang bayi.

Mampukah Hanum menemukan kembali arti hidup dan cinta di balik peran barunya sebagai ibu susu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Hanum or Alma

“Sudah! Sudah! Kita mundur saja!” seru salah seorang dari mereka, menyeret rekannya yang sudah hampir tak mampu berdiri. Satu per satu, mereka melangkah mundur, lalu berlari meninggalkan tempat itu, menghilang di antara kerumunan warga yang sejak tadi hanya menonton.

Julio masih berdiri dengan napas berat, tubuhnya tegak melindungi wanita yang ada di belakangnya. Matanya terus mengawasi arah para preman pergi, memastikan mereka benar-benar tidak kembali.

“Tenang, mereka sudah kabur,” ujarnya singkat, menoleh pada wanita yang masih gemetar.

Wanita itu mendongak pelan. Rambut panjangnya yang berantakan menutupi sebagian wajahnya, matanya basah, tubuhnya goyah seolah hampir rubuh kapan saja. Julio menahan lengannya, lalu dengan hati-hati menuntunnya mendekat ke arah mobil hitam yang terparkir beberapa meter dari mereka.

Mobil itu berdiri angkuh di tengah hiruk pikuk gang kumuh, begitu kontras dengan suasana sekitar. Dan di samping mobil, Abraham berdiri dengan tubuh tegap, wajahnya tenang namun mata tajamnya menyimpan badai.

Julio membawa wanita itu mendekat.

“Tuan, ini dia,” katanya pelan.

Wanita itu akhirnya berdiri di depan Abraham. Nafasnya tidak beraturan, wajahnya pucat pasi, namun justru itulah yang membuat siluetnya semakin mirip dengan Alma, istri yang tujuh bulan lalu Abraham kuburkan dengan tangannya sendiri. Untuk sesaat, dunia seolah berhenti berputar.

Pandangan Abraham menelusuri wajah wanita itu, dari garis rahang, hidung, hingga mata yang bergetar menahan air mata. Jantungnya berdetak keras, perasaan campur aduk menyergap, rindu, takut, marah, sekaligus harapan samar yang hampir mematahkannya.

Namun, di detik berikutnya, mata Abraham jatuh pada satu detail kecil yang selama ini hanya dimiliki oleh Alma. Sebuah tanda lahir samar di belakang telinga kiri istrinya, yang sudah tujuh bulan terkubur bersama jasadnya. Dan wanita di hadapannya ini tidak memilikinya.

Abraham terhenyak, seperti tersadar dari mimpi panjang yang menyesatkan, ia mundur setapak. Tatapannya berubah dari penuh gejolak, menjadi dingin, kosong, lalu menusuk. Wanita itu, menyadari perubahan ekspresi Abraham, buru-buru melangkah lebih dekat. Dia menunduk sedikit, suara lembutnya bergetar namun sengaja dipermanis.

“Terima kasih … kalau bukan karena Anda, saya mungkin sudah mati dipukuli tadi. Saya sungguh berutang budi…”

Nada bicaranya sengaja dibuat merayu, seolah ingin menarik simpati. Namun Abraham hanya menatap datar. Tanpa berkata sepatah pun, pria itu berbalik. Tangannya membuka pintu mobil, lalu melangkah masuk.

Wanita itu tercekat, matanya melebar. “Tunggu!” panggilnya, namun Abraham tak menoleh. Hanya dentuman pintu mobil yang tertutup rapat terdengar, lalu mesin meraung, membawa mobil itu perlahan menjauh dari gang.

Julio sempat menatap sekilas wanita itu, wajahnya penuh tanya, namun sebagai bawahan ia tahu harus mengikuti tuannya. Dia pun cepat-cepat masuk ke mobil, meninggalkan wanita itu berdiri kaku di tengah kerumunan.

Asap knalpot mengepul, mobil hitam itu lenyap ditelan jalan raya. Wanita itu yang disebut Raline masih terpaku di tempat. Nafasnya tercekat, tubuhnya gemetar, bukan lagi karena takut pada para preman, melainkan karena tatapan terakhir Abraham yang terasa begitu menusuk dan mengabaikan.

Hening hanya berlangsung beberapa detik sebelum langkah sepatu hak terdengar mendekat. Dari balik kerumunan, seorang wanita anggun dengan rambut tergerai rapi dan senyum penuh percaya diri muncul.

“Kerja bagus,” ucapnya datar, namun ada nada puas di balik suaranya.

Raline menoleh, matanya melebar.

“Bu … Rania.”

Wanita elegan yang selama ini dekat dengan Abraham, sosok yang diam-diam ingin merebut posisinya di hati pria itu. Dia melangkah mendekat, menepuk pelan bahu Raline seperti seorang bos yang sedang menilai hasil kerja bawahannya.

Tak lama, dari arah belakang, tiga preman yang tadi kabur kembali muncul. Namun kali ini wajah mereka tidak lagi garang melainkan penuh kepatuhan. Mereka mendekat dengan kepala menunduk, seakan hanya menunggu perintah.

Raline terpaku, matanya melebar saat menyadari sesuatu.

“Jadi … mereka … semua ini...”

“Ya,” potong Rania cepat, senyum puas mengembang di wajahnya. “Semua ini sudah ku atur. Preman-preman itu hanya bagian dari skenario. Mereka membuatmu terlihat lemah, menderita, terpojok … sehingga ketika Abraham datang, dia akan mengira sedang menyelamatkan seseorang yang sangat mirip istrinya. Peranmu sempurna, kau sudah menimbulkan keraguan di pikirannya. Aku sudah membayar kontrakan mu pada mereka selama tiga tahun,"

Raline terdiam, tubuhnya bergetar. “Tapi … dia … dia tidak percaya. Aku lihat sendiri dari tatapannya. Dia tahu aku bukan istrinya.”

Rania terkekeh, suara tawanya dingin. “Ah, itu wajar. Abraham memang pintar, penuh perhitungan. Tapi kau jangan khawatir. Ini baru langkah awal. Operasi plastik yang kau jalani sudah cukup membuatmu terlihat nyaris identik dengan Alma. Butuh waktu, butuh momentum, dan aku tahu kelemahan Abraham, yaitu emosinya. Lihat saja, semakin lama dia akan goyah.”

Raline menunduk. “Operasi itu … tidak mudah, dan rasa sakitnya masih...”

Rania menyodorkan sebuah amplop tebal, penuh dengan uang tunai. “Anggap saja ini bayaran atas rasa sakitmu. Kau lakukan apa yang ku perintahkan, maka hidupmu akan jauh lebih baik dari sekarang. Kau hanya perlu terus memainkan peranmu sebagai Alma. Biarkan Abraham semakin bingung. Biarkan dia bertanya-tanya apakah istrinya benar-benar mati atau tidak.”

Tangan Raline bergetar saat menerima amplop itu. Matanya berkaca-kaca. Dia ingin menolak, ingin berteriak bahwa semua ini salah, tapi lidahnya kelu. Uang di tangannya terasa begitu berat, seberat beban yang kini dipaksakan ke pundaknya.

Rania melangkah maju, mendekatkan wajahnya ke telinga Raline. Suaranya lirih namun penuh racun.

“Abraham pria kuat, tapi pada akhirnya … dia pria juga. Dan pria mudah sekali dibodohi ketika hatinya sudah terikat oleh bayangan cinta masa lalu. Ingat itu, Raline, kau hanya perlu menjadi bayangan itu.”

Senyum Rania melebar, tatapannya penuh keyakinan.

“Percayalah, Abraham akan kita kendalikan. Ia bahkan tidak akan menyadari bahwa seluruh permainan ini dikendalikan olehku.”

Malam semakin jatuh, angin berhembus pelan, membawa aroma debu dan rahasia yang baru saja terungkap. Di balik bayangan, Raline menggenggam erat amplop di tangannya. Hatinya berperang antara rasa bersalah, rasa takut, dan rasa ingin bertahan hidup.

Sementara itu, Rania melangkah menjauh dengan percaya diri, diikuti ketiga preman yang kini bersikap patuh bak anjing penjaga. Senyum liciknya tertinggal di udara, tanda jelas bahwa permainan baru saja dimulai.

Suasana di dalam mobil itu terasa begitu hening. Hanya suara mesin yang meraung lembut dan lalu lintas sore yang sesekali memecah keheningan. Abraham duduk di kursi belakang, tubuh tegapnya bersandar, namun rahangnya mengeras menahan amarah yang mendidih. Kedua tangannya terkepal di atas lutut, jemarinya tampak menekan dengan kuat seakan ingin meluapkan sesuatu yang tak bisa diucapkan begitu saja.

Julio yang duduk di kursi kemudi beberapa kali melirik lewat kaca spion. Dia bisa merasakan hawa dingin yang memancar dari pria yang sudah lama ia jadikan panutan itu. Wajah Abraham tidak berubah banyak, tetap tenang dan kaku, tapi matanya, mata itu menyimpan bara api yang membakar dalam diam.

Akhirnya, Abraham membuka suara.

“Dia bukan Alma.”

Nada suaranya dalam, tegas, dan begitu dingin. Julio tidak menjawab, dia tahu bosnya bukan sedang meminta tanggapan.

“Alma punya tanda lahir kecil di belakang telinganya,” lanjut Abraham, menoleh sedikit ke arah jendela, menatap jalanan yang berkelebat.

“Wanita itu tidak punya. Jadi jelas, ada seseorang yang sedang mempermainkan aku. Seseorang sengaja membuat wanita itu terlihat mirip dengan Alma ... hanya untuk menguji seberapa jauh aku akan goyah.”

Julio menarik napas panjang, kemudian berkata hati-hati, “Saya kira Tuan sudah menduga permainan ini dari awal…”

Abraham menoleh, menatap Julio lewat pantulan kaca spion. “Tepat, aku memang sudah mencium bau busuk sejak awal. Tapi aku harus memastikan siapa dalang di balik semua ini. Dan sekarang aku sudah tahu, Julio.” Suasana kembali hening sejenak.

Abraham menunduk sebentar, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Pandangannya kembali tajam, penuh keputusan.

“Mulai malam ini, aku tidak ingin ada satu pun kerja sama yang mengikat kita dengan perusahaan yang berhubungan dengan Rania. Aku tidak peduli seberapa besar keuntungan yang ditawarkan. Aku tidak ingin Biantara Group tercemar oleh permainan kotornya.”

Julio langsung menegakkan tubuhnya.

“Baik, Tuan. Saya akan segera menindaklanjutinya.”

[Ibu, tolong pindahkan Kevin ke kamar ibu. Aku ingin berbicara empat mata dengan Hanum malam ini, tak ingin ada yang mengganggu kami hingga besok pagi,] Abraham mengirim pesan itu pada Siska. Setelah membacanya, Siska tak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya.

1
Kimo Miko
bagaimanapun keadaannya, bagaimanapun perasaan cintanya pada alma harus realistis vahwa alma sudah meninggal. dan hanum sekarang adalah istri yang sah decara agama dan negara dan lagi kevin yang menjaga dan merawat 24jam adalah hanum. hal itu tidak bisa dipungkiri. mau tidak mau yang namanya manusia tetap lama lama berpaling
meskipun masih ingat yang meninggal tapi yang masih hidap harus tetap dijaga segalanya dari keamanan hatinya, sandang papannya.
Kimo Miko
waaahhhh.... ada lintah yang pingin nempel kembali dari masa lalu abraham
Kimo Miko
mana ada orang tak cinta tak sayang. ada ikatan pernikahan meskipun tak ada cinta tapi tiap hari ketemu dan hanum sosok perempuan yang gak neko neko , adanya hanya iya dan iya tak pernah membantah lelaki yang menikahinya. yang lelaki seperti abraham lama lama ya lemes gak kayak kanebo kering
Kimo Miko
cinta tidak harus digembar gemborkan tapi dibuktikan dan di wujudkan. seperti abraham contohnya. sebentar lagi lilis bakal diempleng empleng galeh mau dibuat adonan donat 😁
Kimo Miko
tenang hanum ada cctv. biar lilis sendiri yang masuk penjara
Kimo Miko
😁😁😁😁😁😁 nyesel ya sudah kehilangan hanum.
Kimo Miko
halo.... galih.... kenapa harus lapir sama kamu hanum menikah dengan siapa. batu berlian kau buang dan kau pungut kerikil tajam yang akhirnya mengenaimu sendiri. meskipunhanum dirumah dianggap ibu pengasuh buat kevin diluar diakui sebagai istri seorang abraham biantara
Kimo Miko
hanum nasibmu kok ngenes buaaaanget sih. punya suami selingkuh sampai kamu keguguran kemudian dicerai. nikah lagi dapat suami menganggap sebagai ibu susu anaknya. sama saja dijadikan istri tapi tak dianggap dan hanya dimanfaatkan kesannya seperti sapi perah
Sastri Dalila
👍👍
Kimo Miko
sambil menunggu masa idhahnya hanum bisa jadi ibu susunya dulu karena darurat doalnya bayinya menolak susu formula
Kimo Miko
untung kamu sudah dicerai galih. kalau belum makan hati tiap hari. biarkan Tuhan yang membalaskan sakit hatimu hanum. balasan dari Tuhan lebih berat
Kimo Miko
singa saja sama anaknya sayang. mbak kunti yang sering bergelantungan juga sayang sama bayinya. eee.... galih..... manusia punya akal pikiran dan perasaan kok bisa tega . itu otak terbuat dari sampah kali ya.,...
Ceriwis
/Drool/
Asyatun 1
keren thoor
Asyatun 1
lanjut
Erlinda
kenapa sih ada istri setolol Hanum ini
Erlinda
jujur aq paling benci melihat tokoh wanita yg bodoh lemah dan goblok seperti Hanum ini. cuma diam menangis seakan ga punya mulut utk bicara dan membalas perlakuan buruk yg diterima nya sumpah Thor gemes banget AQ melhat perempuan tolol ini
ken darsihk
Tamat yak
Btw terimakasih author bacaan yng bagus 👏👏👏❤❤❤
Aisyah Alfatih: kembali kasih kak..🤭
total 1 replies
ken darsihk
❤❤❤❤❤❤
ken darsihk
Galih gendong anak kecil anak nya siapa itu ??
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!