Termasuk dalam series Terpaksa Menikahi Tuan Muda (TMTM)
Sekretaris Han, bisakah dia jatuh cinta?
Kisah hidup Sekretaris Han, sekretaris pribadi Tuan Saga, sekaligus tangan kanan dan pengambil keputusan kedua di Antarna Group.
Dia meneruskan sumpah setia mengabdi pada Antarna Group, hidupnya hanyalah untuk melihat Tuan Saga bahagia. Bahkan saat Saga mengatakan dia bahagia bersama Daniah, laki-laki itu tidak bergeming, dia yang akan memastikan sendiri, kebahagiaan tuan yang ia layani.
Hubungannya dengan Arandita memasuki babak baru, setelah gadis itu dipecat dari pekerjaannya sebagai pengawal pribadi Nona Daniah.
Bagaimana hubungan mereka akan terjalin, akankah usaha Aran mengejar dan meraih Sekretaris Han membuahkan hasil.
Simak kisahnya hanya di novel Lihat Aku Seorang (LAS) 💖💖
ig : @la_sheira
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Ketulusan
“Tunggu di depan, aku akan turun.” Pesan di layar hp.
Aran sudah ada di loby stasiun TV. Langkah kakinya yang masih maju mundur menghantarkannya sampai ke tujuan juga. Obrolan dengan Firman yang membuatnya bolak balik di tempat tidur selama beberapa hari. Hatinya belum sepenuhnya mengiyakan. Hilir mudik orang yang sibuk dengan aktifitas membuat pikiran dan hatinya sahut-sahutan meyakinkan diri walaupun kakinya sudah melangkah di stasiun TV.
Tanyakan dulu alasannya pada presdir, lalu putuskan. Jangan tunjukan wajah berterimakasih Arandita, sedikitlah jual mahal.
Begitu niatannya hari ini. Dia belum mengambil keputusan final menerima pekerjaan ini. Dia mau bertanya alasan presdir memanggilnya terlebih dahulu. Tidak selang lama saat Aran menguatkan hati. Seniornya muncul.
“Aku senang kau mengambil keputusan ini, ayo aku akan menemanimu.”
Firman menarik tangan Aran melewati pintu pemeriksaan, dia menempelkan tanda pengenalnya lalu tersenyum pada penjaga. Orang baru yang bekerja setelah gadis di sampingnya keluar. Dia pasti tidak mengenal wajah Aran gumamnya.
“Kakak.”
“Kenapa.”
“Aku pasti bisa melakukannya kan!” Menaikan tangan mereka yang terkait ke udara. “Ayo Arandita semangat!”
Aku tidak tega melihat pancaran semangat di mata Kak Firman. Dia benar-benar teman yang luar biasa. Dia terlihat jauh lebih senang ketimbang aku sendiri.
“Akhirnya, Aran yang aku kenal menemukan kembali identitasnya yang terkubur.” Mengusap kepala Aran. “ Eh, kau meluruskan rambutmu lagi, kau bilang sekarang cukup menyukai rambutmu yang asli.”
Aran tertawa sambil menggoyangkan ujung rambut lurusnya yang dia biarkan terurai. Dia mau mengubur semua hal itu menjadi serpihan masa lalu yang tak berarti. Dimulainya dengan rambutnya. Terserah, bodo amat dia mau menganggapku kembali menjadi serangga menyedihkan. Terserah, aku akan hidup dengan kepala tegak dan melupakannya. Aku akan kembali menjadi Arandita yang dulu. Dan semua itu dimulai dengan rambut. Begitulah saat susah payah dia mencaci maki dirinya sendiri yang galau saat pagi tadi di salon.
Lift terbuka, seorang laki-laki berdiri dan menganggukkan kepala saat tatapan mata mereka bertemu.
“Kau sudah datang?” katanya singkat, seperti biasa. Dia memang terlihat tidak pernah menyukai siapapun. Aran dan Firman keluar dari lift.
“Jangan perdulikan kepala sekretaris, kau tahu kan bagaimana sifatnya.” Firman berbisik di telinga Aran. “Jangankan padamu, padaku saja dia begitu. Eh, tapi semenjak dia menikah dia sudah lumayan ramah.” Masih bicara pelan sambil tertawa. Tawa Firman lenyap saat kepala sekretaris bicara.
“Kau mau mengantar dia sampai kemana? ” Kepala sekretaris itu menghardik.
Sial, dia sadar juga aku tidak dibutuhkan disini.
“ Baik Pak saya pergi.” Melirik Aran. “ Tegakkan kepalamu.” Aran mengepalkan tangan sambil mengucapkan terimakasih dengan bahasa bibir. Berjalan menjauh. Sekali lagi, Firman hanya bisa melihat punggung Aran yang semakin buram di pandangannya.
Kepala sekretaris tidak bicara sepatah kata pun, namun saat Langkah mereka terhenti di depan pintu ruangan presdir dia berbalik. Memberi isyarat kepada stafnya untuk pergi.
Kenapa ini?
“Jaga sikapmu Aran,”
Ah, dia mau mewanti-wanti supaya aku bersikap bijak di dalam nanti. Cih, memang aku punya kuasa apa dan mau melakukan apa.
Walaupun mau sok jual mahal, sesungguhnya dia tidak punya kartu apa pun untuk dia pakai sebagai jaminan untuknya bisa jual mahal.
“Aku tahu bagaimana perasaanmu saat pergi dari sini.” Dipecat secara tidak terhormat, bahkan tidak mendapatkan gaji semua orang tahu bagaimana sakit hatinya itu. “Namun kesempatan seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya lagi. Kepala sekretaris melihat pintu yang masih tertutup. Pemanggilan kerja kembali seseorang yang sudah dipecat secara tidak terhormat, belum pernah terjadi sebelumnya. “Tahanlah dirimu, anggap yang terjadi di masa lalu sudah lewat, kau tak butuh mengingatnya lagi. Yang harus kau pikirkan adalah, kau akan kembali bekerja di sini, dengan pimpinan yang sama, lingkungan yang sama dan pekerjaan yang sama.”
Dia ini mau bicara apa si. Supaya aku berterima kasih kepada presdir karena mendapat surat pemanggilan kerja. Begitu, ya, ya, aku bahkan belum jual mahal.
“Jangan berharap ketulusan, kau sudah dikhianati sekali jadi jangan berharap lebih.” Ketika kepala sekretaris melanjutkan kalimat panjangnya Aran mulai klik. Kemana arah pembicaraan itu. “Terima saja semua dan lupakan masa lalu, yang harus kau pikirkan hanya bagaimana kau bekerja keras dan bertahan di tempat ini.”
Apa yang katanya presdir mau minta maaf itu cuma omong kosong?
“Masuklah, dan ingat kata-kataku tadi.” Walaupun suaranya datar, namun Aran tahu, kepala sekretaris sedang menunjukan rasa simpatinya. Dan setelah langkah kakinya, membawanya masuk. Untuk pertama kalinya dia bertemu dengan laki-laki tua yang terlihat elegan namun masih tampak jelas ambisi di wajahnya itu. Seseorang yang mencacinya sambil melemparkan surat pemecatan. Dan yang sedang berdiri di dekat sofa, nona muda yang sudah mengkhianatinya.
Tangan Aran sudah terpaut, melihat wanita itu ada di depannya semua kejadian di masa lalu seperti beraturan tergambar jelas di kepalanya. Janji-janjinya tentang uang, dan tak akan menunjukan namanya. Semua muncul mengompori hati hingga noktah benci langsung menggelitik hati tanpa bisa ia cegah.
Begitu pula kata-kata kepala sekretaris yang berdengung di telinganya. Untuk melupakan masa lalu dan jangan mengharapkan ketulusan .
“Duduklah Aran.”
Gadis itu duduk setelah nona muda duduk, ada jarak yang memisahkan mereka. Bukan hanya fisik namun juga hati. Saat Aran sedang berusaha menenangkan pikirannya, presdir sudah berpindah kesamping putrinya.
“Kau bisa kembali ke posisimu semula, meja kerjamu juga masih ada.”
Ahhh, gila, jual mahal apanya, dia bahkan tidak bertanya keputusanku, dia sudah menyimpulkan.
“Baik presdir.”
Aku memang tak berdaya di hadapan kapitalisme dunia kerja.
Laki-laki itu tergelak senang, lalu dia meraih tangan putrinya. Mengusap lembut tangan itu, walaupun putrinya terlihat canggung dan memaksakan diri tersenyum pada Aran.
“Aku tahu, diantara kalian sempat ada kesalahpahaman, aku dulu hanya mendengarkan putriku. Bahkan sampai memecatmu karena semua kerja sama dengan Antarna Group langsung berhenti saat itu.”
Aran sedang menelaah dengan serius setiap kata-kata presdir, adakah penyesalan dan permintaan maaf disana.
“Nah sekarang minta maaflah,” ujar presdir pada putrinya.
Apa! Dia hanya menyuruh anaknya untuk minta maaf. Dan tidak berfikir yang sudah dia lakukan dulu sepihak dan salah.
Aran terkejut ketika nona muda bangun dan mendekat ke arahnya. Duduk tepat disampingnya. Itu membuat Aran refleks mundur beberapa centi.
“Aran. Maafkan aku, dulu aku ketakutan dan tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Aku takut pada ayah dan juga Sekretaris Han. Padahal aku berjanji akan bertanggung jawab dan tidak menyebut namamu. Tapi, situasi dulu benar-benar membuatku tidak punya pilihan lain. Maaf Aran. Sekarang, kau sudah mendapatkan pekerjaanmu lagi, ayo lupakan masa lalu.” Nona muda tersenyum canggung. Dia menggenggam tangan Aran. “Kapan-kapan ayo pergi makan malam bersama, aku yang akan mentraktirmu.” Sekarang melihat ke arah ayahnya dengan mimik sedikit kesal. Seperti mengatakan. Sudah cukup kan, aku sudah minta maaf.
Kata-kata itu diucapkan dengan runut seperti sudah terhafal di luar kepala. Ketulusan, hah!Jenis makanan apa itu. Nona muda sama sekali tidak punya bakat akting sama sekali.
Sial, padahal aku ingin berteriak dan menepis tangannya. Mulutku bahkan tidak bisa menanggapi adegan tidak natural ini. Aku kehilangan kata-kata.
Tapi, kalau sampai Aran melakukannya, dia tahu, pandangan mata presdir pun tidak setulus itu. Alasan apa yang membawanya bisa mendapat surat pemangilan bekerja lagi juga sepenuhnya belum dia ketahui. Saat dia masih sibuk berfikir nona muda di sampingnya bicara lagi.
“Kau masih marah ya? Apa aku harus berlutut memohon padamu?”
Sudah gila ya? Kalau sampai kau melakukannya aku pasti ditandai lagi oleh ayahmu.
“Sudah tidak apa-apa Nona, semuanya sudah berlalu juga.”
Aku cuma bisa mengumpat dalam hati.
“Aran memang berhati besar.” Presdir berucap ketika anaknya sudah berpindah ke sampingnya dan menarik tangan. “Baiklah semua masalah sudah selesai, keluarlah, biar ayah yang bicara dengan Aran.”
“Baiklah Ayah, aku pergi ya.” Nona muda menyambar tas tangannya, lalu pergi tanpa menoleh sedikitpun pada Aran.
Hah! Memang apa yang aku harapkan.
Setelah kepergian nona muda yang terasa kembali aura antara pimpinan dan bawahan. Dulu Aran pun tak pernah punya kesempatan untuk sampai ke ruangan ini. Hanya bertemu dengan presdir pada saat pemecatannya.
“Arandita, mari lupakan semua masa lalu yang pernah terjadi. Bekerja kembali dan tunjukan prestasimu.” Laki-laki tua itu memang pandai bicara dan memilih kata.
“Apa boleh saya menanyakan sesuatu?”
“Apa?”
“Kenapa saya mendapatkan kesempatan kedua bekerja lagi disini?”
Ketukan pintu, selang beberapa detik kepala sekretaris muncul. Dan presdir sudah beranjak dari tempatnya duduk. Tidak menyisa harapan sama sekali untuk Aran mendapat penjelasan.
Hei, kami bahkan belum selesai bicara.
“Baiklah, rasanya cukup. Ambil kartu identitasmu, kau bisa menyapa teman-temanmu dan aktif bekerja mulai besok.” Aran melihat presdir yang berlalu pergi tanpa menunggu jawabannya. Sementara sorot mata kepala sekretaris seperti mengatakan apa yang aku katakan tadi benar kan.
Hah!
Bersambung
apa si Arya mnjdi cerita kisah key dn Abian yah
sweet banget.