Bagaimana jika di hari pernikahan setelah sah menjadi suami istri, kamu ditinggal oleh suamimu ke luar negeri. Dan suamimu berjanji akan kembali hanya untukmu. Tapi ternyata, setelah pulang dari luar negeri, suamimu malah pulang membawa wanita lain.
Hancur sudah pasti, itulah yang dirasakan oleh Luna saat mendapati ternyata suaminya menikah lagi dengan wanita lain di luar negeri.
Apakah Luna akan bertahan dengan pernikahannya? Atau dia akan melepaskan pernikahan yang tidak sehat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Suara klakson mobil membuyarkan lamunan Luna. Sebuah sedan mewah hitam terparkir di depan lobi apartemennya. Seorang sopir berseragam rapi keluar, membukakan pintu.
"Selamat malam, Nona Luna. Saya sopir dari keluarga Adiguna. Bapak Reza meminta saya untuk menjemput anda," ucapnya sopan.
Luna tersenyum tipis. Ia tahu Reza akan menjemputnya, tapi tidak menyangka akan mengirim mobil dan sopir. Itu menunjukkan betapa pentingnya dia bagi Reza. Luna sama sekali tidak menyangka kalau dia akan menjadi orang penting dan berharga di mata orang lain. Tidak seperti kehidupan sebelum nya.
Setibanya di sebuah rumah besar bergaya modern, Luna disambut langsung oleh Reza yang tersenyum lebar kepadanya.
"Selamat datang, Luna. Terima kasih sudah mau datang," sapa Reza. "Adik ku, Arya, sudah datang sehari yang lalu. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu denganmu."
Luna mengangguk. "Tentu, Pak Reza. Saya juga sudah siap."
Mereka masuk ke ruang makan yang elegan, di mana seorang pria muda sedang duduk dengan tenang. Pria itu menoleh saat mereka masuk. Sosoknya tinggi, tegap, dengan wajah tampan dan sorot mata yang tajam. Dia adalah Arya Adiguna, adik Reza.
"Arya, ini Luna. Orang yang akan menjadi asistenmu," kata Reza, memperkenalkan Luna.
Begitu mata Arya bertemu dengan mata Luna, sejenak ia terkejut. Sepertinya dia mengenal wanita yang dikenalkan kakak sebagai asistennya itu , seolah ia pernah melihat Luna sebelumnya tapi dimana? Buru-buru dia mengendalikan dirinya, tersenyum tipis, dan berdiri untuk menyambut uluran tangan Luna.
"Hai, Luna. Senang bisa bertemu denganmu," ucap Arya, suaranya dalam dan berwibawa. "Aku Arya, "
"Halo , Pak Arya. Senang juga bisa bertemu denganmu," balas Luna, mengulurkan tangan.
Di dalam hati, Arya merasa ada sesuatu yang aneh. Wajah Luna terasa tidak asing baginya, tapi ia tidak bisa mengingat di mana ia pernah bertemu dengan wanita itu. Ia memutuskan untuk tidak membahasnya, khawatir salah dan membuat suasana canggung makan malam menjadi canggung.
Mereka bertiga duduk di meja makan. Makan malam dimulai dengan hangat, diiringi obrolan ringan tentang berbagai hal, dari pengalaman Reza dan Arya di luar negeri hingga rencana masa depan perusahaan. Tidak ada ketegangan, tidak ada perdebatan, hanya percakapan yang menyenangkan.
Setelah makan malam selesai, mereka pindah ke ruang kerja. Ini adalah saatnya mereka membahas rencana untuk acara pergantian CEO esok hari. Agar semua berjalan lancar.
"Jadi, Luna, besok kamu harus hadir di depan dewan direksi dan petinggi perusahaan," kata Reza. "Kamu akan mulai bekerja sebagai asisten Arya. Semua berkas dan laporan sudah disiapkan. Arya, kamu harus mendengarkan Luna. Dia sangat kompeten dan bisa membantumu. Ingatlah dia pernah mengancam kakak mu ini, kalau kamu tidak mau bekerja sama dengan baik, maka dia akan langsung mengundurkan diri, "
Arya mengangguk. "Tentu, Kak. Aku akan mendengarkannya. Aku tidak mau bersikap ceroboh karena ini adalah pertama kalinya aku bekerja secara resmi di perusahaan dan tidak ingin membuat kesalahan. "
"Dan jangan semena-mena dengan Luna," Reza mengingatkan dengan nada serius.
"Tidak akan, Kak. Aku janji," jawab Arya, menatap Luna dengan senyum tipis.
Luna menatap Arya. Ia melihat ada sedikit kesombongan di mata pria itu, namun juga ada ketulusan. DIa tahu, tugasnya tidak akan mudah. Namun, dia siap menghadapinya. Setelah semua rencana dibicarakan dengan matang, Arya menawarkan diri untuk mengantar Luna kembali ke apartemen.
"Biar aku yang antar Luna pulang, " tawar Arya.
"Tidak usah, Arya. Biar sopir saja yang mengantar," potong Reza tidak mengizinkan.
"Benar kata Pak Reza, biar sopir saja yang mengantarku pulang. Aku merasa sungkan jika atasanku yang mengantarku pulang. " Tolak Luna juga.
"Tidak, Kak, Luna. Biar aku saja yang antar. Aku juga butuh udara segar. Sekalian kita bisa membicarakan hal-hal lain di jalan," jawab Arya.
Reza menghela nafasnya mengangguk, menyetujuinya. Meski dilarang Arya pasti memiliki seribu satu cara untuk melakukan apa yang ingin dia lakukan . Luna pun akhirnya tidak menolak. Dia merasa perlu untuk bisa berbicara lebih banyak dengan Arya berdua, agar besok mereka bisa bekerja sama dengan lebih baik. Di dalam mobil, Arya dan Luna hanya diam. Suasana hening dan sedikit canggung. Hingga akhirnya Arya membuka pembicaraan.
"Luna," panggil Arya, memecah keheningan. "Wajahmu tidak asing bagiku. Apa kita pernah bertemu sebelumnya di suatu tempat mungkin?"
Luna tersenyum tipis. "Mungkin saja. Dunia ini kecil. Terkadang kita pernah ketemu tapi tidak saling kenal."
Arya menatap Luna, mencoba mengingat-ingat. "Apa kamu pernah ke kafe di dekat kantor Adiguna?"
Luna mengangguk. "Ya, dulu aku sering ke sana, aku kan sejak beberapa tahun terakhir memang bekerja sama dengan perusahaan Adiguna sebagai konsultan hukum dan bisnis."
Arya terdiam sejenak, tidak salah lagi kalau begitu mungkin memang karena pekerjaan Luna dia bertemu dengannya,karena dulu dan juga sering datang ke perusahaan. Tapi dia ingat, dia pernah melihat Luna di kafe itu. Wanita yang selalu duduk di pojok, sibuk dengan laptopnya. Wanita yang selalu terlihat anggun dan berwibawa, namun juga memiliki aura misterius yang pernah mencuri hatinya sebelum kepingan hati itu dia bawa pergi ke luar Negeri untuk melanjutkan kuliah. Dia tidak pernah menyangka wanita itu akan menjadi asistennya.
"Aku tidak menyangka kamu akan menjadi asistenku sekarang," kata Arya.
"Takdir memang aneh, awalnya aku menolak karena aku tidak terbiasa dengan pekerjaan ini. Tapi pak Reza terus membujukku kalau aku pantas" jawab Luna.
"Tapi aku mohon padamu, aku hanya bekerja sebagai asisten yang membantu mengurus pekerjaanmu, Pak Arya. Bukan asisten pribadi yang mengurus semua kebutuhan pribadimu. Seperti membangunkanmu dipagi hari, menyiapkan sarapan dan lainnya. " Luna mencoba menegaskan apa tugasnya kepada Arya.
"Baik, aku mengerti. " jawab Arya singkat
Mereka kembali terdiam. Arya tidak berani bertanya lebih banyak. Ia merasa ada aura yang sangat kuat dari dalam diri Luna, aura yang membuatnya sedikit gentar. Ia tahu, Luna bukanlah wanita biasa.
Setibanya di depan apartemen Luna, Arya turun dari mobil, dan membukakan pintu untuknya.
"Terima kasih atas tumpangannya," ucap Luna.
"Sama-sama. Sampai bertemu besok, Luna," kata Arya. "Tolong jangan mundur, saya butuh bantuanmu."
Luna tersenyum tipis. "Saya akan berusaha, Pak Arya. Selamat malam."
Luna masuk ke dalam apartemennya, sementara Arya masih berdiri di depan mobil, menatap kepergiannya. Hatinya dipenuhi rasa penasaran. Dia merasa, ada banyak hal yang tidak dia ketahui tentang Luna. Dia tidak sabar untuk memulai pekerjaan besok, tidak hanya untuk memimpin perusahaan, tetapi juga untuk mengenal lebih jauh wanita misterius yang akan menjadi asistennya.
"Sepertinya menarik, " ucap Arya sebelum pergi meninggalkan apartemen Luna.